"Bagaimana wajah saya?" Desak sang kakak senior kembali.
"Tampan, hampir sempurna di mataku," akunya begitu saja. Membuat dua senior tersebut terbatuk kecil.
Setelah mendehem kembali, teman Raimon bertanya, "Lalu apa kamu tidak ingin mengejar saya?" Perkataan yang begitu penuh godaan menurut Raimon, sanggup membuat dia terpana. Tak biasa sahabat satu ini mengeluarkan pertanyaan yang menurut dia aneh untuk ukuran temannya.
"Walau wajah Kakak tampan, saya tidak akan mengejar Kakaklah!" tegas Aini tanpa ragu-ragu.
"Kenapa?!" katanya kembali bertanya.
"Kalau Kakak lari untuk apa saya kejar, Kakak tidak punya hutangkan sama saya?" kata Aini dengan berani. Sebagian terkikik geli. Selama ini tidak ada yang berani mengerjai Rama. Walau Rama bukan pria dingin. Dia hangat namun terlalu serius.
Rama Surya, dia duduk di kelas tiga. Anak jurusan IPA dan bintangnya IPA. Sifatnya memang ramah hampir sama seperti namanya. Namun dia lebih serius dari teman-temannya. Pembawaan dia yang lebih serius membuat segan teman-teman jika ingin bergurau. Kini Rama habis-habisan diguraukan oleh siswa baru. Siapa yang tidak terkikik melihat. Seakan mereka merasa puas ada yang berani mengerjai Rama. Ahhhh betapa ironisnya nasib Rama di tengah kawan-kawan yang sudah lama ingin menjahili.
"Kamu berani juga ya sama senior?" kata Rama akhirnya serius.
"Kenapa saya harus tidak berani Kak. Kakakkan bukan hantu? Saya takut cuma sama hantu Kak!" kata Aini membuat telinga yang mendengar semakin ingin melihat kelanjutan drama Rama dan Aini.
"Nama kamu siapa?" tanya Rama kehabisan akal melawan gadis sableng di depannya. Rama mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan nama gadis cantik yang sableng di depannya.
"Insan Aini. Panggil saya Aini, Kak" jawab Aini berani memberikan nama lengkap. Membuat Rama dan yang lain geram-geram gemas dengan keberanian Aini memberikan nama lengkap.
"Saya tidak perlu nama lengkapmu, kamu kira saya petugas sensus apa!" tiba-tiba Rama kesal sendiri melihat gadis cantik penjawab.
"Yey yang bilang begitu siapa juga," gumamnya kecil. Namun Rama dan Raimon masih mendengar dengan jelas. Jika Raimon hanya tersenyum tidak dengan Rama. Tingkat gemas sudah mencapai level internasional. Dia ingin menghukum gadis cantik ini.
"Boleh aku ikut menghukum gadis pembantah ini Mon? tanya Rama pada Raimon. Rama tak enak hati melangkahi Raimon begitu saja. Dia yang tadinya cuma berniat ikut mengerjai malah jadi kesal dan ingin menghukum gadis cantik itu.
Raimon memang teman dekat Rama, dia tentu mengizinkan. Raimon belum pernah melihat Rama seantusias ini menanyai siswa/i ospek pada tahun sebelumnya. Bahkan dengan teman wanita yang lain Raimon hanya say hello.
Rama masih terkenal dengan jomblonya. Banyak teman leting yang menaruh hati padanya namun dengan sikap Rama yang serius, mereka hanya memendam dan bahkan ada yang melupakan rasa cinta monyetnya.
"Oke, kamu yang urus," kata Raimon memberi izin sepenuhnya.
"Sini kamu ikut saya," perintah Rama pada Aini.
"Baik-baik ngomong kenapa," kata Aini merasa tak suka dengan cara Rama yang main perintah. Aini merasa dia seperti anak buah Rama yang melakukan kesalahan. Rama tertegun dengar nada Aini yang tak suka.
"Ayo ikut kakak," ulang Rama dengan nada lebih lunak. Rama beranjak dan duduk di bangku panjang yang ada pada setiap lokal. Aini mengikuti tanpa bantahan lagi. Rama duduk di bangku panjang tersebut dan meminta Aini tetap berdiri. Jelas membuat Aini kembali panas.
"Kamu tinggal di mana?" tanya Rama serius.
"Di rumahlah Kak." Aini tak berniat menjawab serius. Dia justru ingin mengganggu kakak kelas tersebut. Dia berniat membalas ulah kakak kelas yang memintanya hanya berdiri.
"Saya tahu. Maksud saya rumah kamu di mana?" tanya Rama masih serius.
"Ya saya tinggallah Kak, masa bisa saya bawa-bawa rumah sebesar itu. Berat mah Kak!" Aini semakin julid saja.
"Kamu bisa sopan tidak jawabnya?" Rama mulai terpancing emosi walau nada masih terdengar lembut.
"Kurang sopan apa sih Kak? Kakak sopan tidak, belum kenal tanya-tanya aku tinggal di mana!" Aini juga ikut emosi karena dikatakan tidak sopan.
"Memang salah kalau saya tanya kamu tinggal di mana!" kata Rama heran. Dia merasa tidak ada salah bertanya alamat. Apalagi mereka akan satu almamater dan satu gedung walau hanya setahun lagi.
"Tidak salah juga sih," jawab Aini tanpa dosa.
"Lalu masalah di mana?" kata Rama mendesak Aini.
"Di sini, di saat aku berdiri, sedang Kakak enak-enakan duduk dan bertanya alamat aku." Aini protes besar-besaran. Intinya dia tidak suka di perlakukan macam anak SD kena hukuman oleh guru.
"Jadi kamu protes?" tanya Rama menelisik wajah kesal Aini. Ada kesenangan tersendiri tiba-tiba hadir di hatinya saat melihat Aini cemberut.
"Gak berani juga sih sebenarnya kalau bukan karena penat berdiri sambil ditanya-tanya," jawab Aini makin asal. Teman-teman seletingan Rama yang tak jauh dari sana makin penasaran apa yang akan Rama lakukan pada gadis berkulit kuning langsat itu. Mereka dari tadi melihat Aini asyik berdebat, membuat emosi Rama naik turun.
"Kamu mau duduk dekat saya?" tawar Rama serius. Namun Aini malah menolak dengan alasan di buat-buat.
"Mana aku mau ah Kak, macam orang sedang mojok saja!" sentil Aini makin membuat Rama gemas campur kesal.
"Kamu pikir saya mau mojok dengan kamu!" olok Rama.
"Ya mana tahu. Hati, hati Kakak yang punya kok tanya saya," jawab Aini lagi.
"Larilah kamu dulu, dua putaran lapangan basket itu!" perintah Rama. Rama benar kesal lihat Aini asyik mendebat dia saja.
"Saya berani menolak Kak kalau soal lari, maaf!"
"Alasannya!" tegas Rama.
"Saya tidak bawa baju ganti. Saya tidak sudi seragam saya basah oleh keringat. Kakak cukup paham dengan alasan yang aku utarakan?" Aini menolak dengan tegas juga.
"Jika saya menolak?" tanya Rama penasaran.
"Saya akan laporkan Kakak pada kepala sekolah atas tindakan ospek di luar batas!" ancam Aini serius.
"Hahahahaha, kamu berani sekali ya." Rama tertawa ngakak. Gadis polos yang terlihat manja ini siapa duga kalau dia keras kepala dan berani.
"Terserah! Pastinya saya tetap tidak sudi di suruh lari!" Aini masih bersikeras menolak.
"Baik, kamu ambil bukumu. Kamu minta semua tanda tangan semua kawan satu angkatanmu! apa itu kamu juga tidak bersedia?"
"Oke, saya bersedia kalau itu."
"Siapkan dalam dua hari."
"Haa dua hari? Kakak pikir panjang tak itu?"
"Kenapa?"
"Apa mungkin hanya dalam dua hari?" tanya Aini ragu.
"Bisa, kalau kamu serius!"
"Ok." Lalu Aini kabur dari hadapan kakak senior tampannya.
Sepeninggalan Aini, Raimon mendekati Rama. "Menarik ya Ram?"
"Mengesalkan yang benarnya!"
"Awas jatuh cinta kalau terlalu kesal," kata Raimon.
"Gak rugi juga kalau jatuh cinta sama dia. Dia cantik juga. Cuma sifatnya itu bisa mati muda kalau jadi lakinya!" kata Rama serius, Raimon tergelak.
"Kenapa kamu tertawa?"
"Habis kamu mikirnya jauh amat. Belum tentu juga dia mau sama kamu walau kamu tampan."
"Bukan tipe aku, aku suka cewek dewasa dan serius. Tampak sama kamu tadi, tidak ada serius sedikitpun kelakuannya.
"Apa hukuman kamu beri?"
"Aku minta kumpulkan tanda tangan seluruh kawan satu letingnya."
"Gila kamu Ram, menyusahi gadis cantik itu!" teriak Raimon.
"Tak tega? Bantulah dia!" kata Rama.
"Hmmm Raja Tega!" Raimon merutuk dan Rama hanya tersenyum miring.
Siswa/i ospek sedang istirahat. Raimon melihat Aini sibuk mengumpulkan tanda tangan kawan letingnya. Tingkah yang ramah dan ceria seolah bisa menyatu di kalangan teman yang baru dikenalnya. Namun Raimon merasa kasihan melihat gadis itu kesana-kemari. Raimon jadi menyesali membiarkan Rama ikut ambil bagian mengerjai gadis itu.
"Kenapa? Kasihan?" olok Rama.
"Aku doakan kau cinta dan ditolak gadis itu!" Raimon setengah mendoakan setengah menyumpah.
💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
H.F. RAJAK
mantab thor
2022-02-06
0
Yeni Eka
Hadir
2021-06-20
0
Fitriani
menarik banget nih sifat Aini tapi sayang thor visualnya ketuaan utk ukuran anak sma
2021-05-14
1