Prasasti Aksara

Prasasti Aksara

Prasasti - 1

Nora tersenyum manis walau tangannya terasa sakit saat di tarik Aksara Menuju ke taman belakang sekolah. Saat sampai ditujuan, Aksa melempar Gadis itu tanpa merasa bersalah mendengar ringisan Nora.

" Yunora Prasasti... Gue kasih tau sama Lo... untuk. Terakhir. Kalinya... Jauhin Cewek gue!!" Bentakan Aksara bahkan tak menggentarkan Yunora yang kini hanya tersenyum manis menatap pria tampan itu.

Hujan yang mengguyur keduanya bahkan tak membuat Mereka merasa harus mengakhiri pembicaraan mereka. " Cewek kakak yang mana sih kak?? Milly?? si Milly itu pacar kakak?

aku gak paham deh kak, Letak bagusnya dia dimana sih?? Kak Aksa gak tau aja dia itu jal--"

"JANGAN. PERNAH. LO SEBUT NAMA DIA PAKE MULUT KOTOR LO!!!" Aksara benar-benar sudah naik pitam. Wajahnya merah padam secara menyeluruh bahkan hingga telinga, Matanya menyorot tajam kepada Nora yang kini mengatup bibirnya.

" Gue udah muak sama Lo, Ra. Gue gak suka sama Lo, Apa Lo gak paham?"

" Kalo Kak Aksa ngomong jelas kayak gini, Milly gak perlu dapet bully. Tinggal bilang kalo dia yang kakak suka 'kan? kenapa susah banget.." Nora merasa jengkel hingga akhirnya ia membalik badannya, meninggalkan Aksa yang terpaku, menatap tak percaya punggung kecil didepannya.

" Lo akan bayar semua yang Lo lakuin Ra. even bukan gue yang mewujudkannya." Ucap Aksa dingin sebelum berbalik.

Tak lama kemudian bel pulang sekolah berbunyi. Banyak yang terkejut melihat Nora basah kuyup masuk ke kelas disaat guru masih memberi tambahan materi sedikit walau bel pulang sudah berbunyi. Gadis itu membuat kelas menjadi hening karena ia dengan lancang masuk ke kelas setelah membolos, dan membereskan barang, terutama saat gadis itu melangkah keluar tanpa menggubris gurunya.

" Yunora! kamu mau kemana?!"

" Pulang. ibu gak denger bel nya udah bunyi? Walau cuma sekedar waktu dan beberapa menit, tetep aja kehitung korupsi Bu. Korupsi dimulai dari yang kecil-kecil kayak gini. permisi." Ucap Gadis itu sambil keluar dari ruang kelasnya dan berjalan menuju gerbang sekolah.

banyak siswa sekolah yang menatapnya aneh karena dirinya sangat basah tapi tidak memperdulikan bahwa dirinya membuat orang yg ia senggol juga ikut basah.

Nora berhenti saat melihat jaket yang dilipat rapih disodorkan kepadanya. Gadis itu menatap tangan yang memegang jaket itu. Milly menatap tak enak hati kepada Nora. " Kamu basah Ra... pake jaket aku dulu gapapa kok. nanti kamu sakit.."

ucapan penuh nada cemas itu membuat Nora merasa muak. memangnya dia basah karena siapa? perempuan didepannya ini semakin lama semakin membuatnya darah tinggi diam-diam.

Nora menghela nafasnya lalu mengambil jaket itu, namun ia lansung menempelkan jaket tersebut ke wajah Milly. Gadis yang sedikit lebih tinggi dari Nora ini, mencoba memegang tangan Nora yang masih menempelkan jaket di wajah Milly.

hingga tibalah saatnya kaki Nora menyenggol kaki Milly dan gadis itu nyaris saja jatuh terbanting jika saja Nora tidak menahan punggung gadis itu dengan tangannya yang lain.

" Duh, Mill... hati-hati dong... kalo Lo jatoh kan nanti gue ketawa... sayang dong tawa cantik gue jadi mubazir..." ucap Nora dengan nada yang manis sambil berjongkok didepan Milly yang terbaring di lantai koridor , mengatur nafas karena tadi sempay sesak tertutup jaket.

Saat Nora berdiri, Ia menoleh ke sekeliling dan mendapati Aksara tengah berjalan mendekat dengan wajah merah padamnya.

" Lo gak nge--"

" Buat kali ini, gak ada urusannya sama Kak Aksa. Udah ah mau balik, bye!" Ujar Nora santai sambil berjalan berlalu meninggalkan Aksara yang tak melepas pandangan tajamnya dari gadis itu.

Nora menahan bahu Seseorang yang tengah berjalan menuju parkiran sekolah. " Bang Ruda, nebeng . Mama pulang jadi Papa jemput mama."

" Abang kamu kemana emang?" Ruda tersenyum manis sebelum ia membuka sweater hitamnya dan memberikannya kepada Nora.

" Abang ada seminar di kampus. dadakan katanya." Ucap Nora sambil mengikat Sweater Ruda di pinggangnya. sweater itu bahkan menutupi lutut Nora.

Ruda dan Nora berteman sejak kecil berkat rumah mereka yang bersebelahan. Ada banyak teman seperumahan Nora, namun mereka berbeda sekolah dengan Nora dan Ruda.

Itulah kenapa Ruda bisa mengantar Nora bahkan hingga masuk ke rumah gadis itu. " Numpang minum, Ra.. kalo bisa sih numpang makan, soalnya abis ini mau ngebasket." Nora mendengus lalu menunjuk dapur rumahnya, seolah mempersilahkan Garuda untuk menyamankan diri sendiri.

Nora membuka pintu kamarnya, mengganti pakaiannya dan kini melangkah ke arah kamar Orang tuanya. " Ma?? udah sampe?" Tanya Nora Sebelum ia membuka pintu kamar orang tuanya. Bandara dan rumahnya tidak lah begitu jauh, seharusnya mereka sudah sampai.

Nora tak akan heran jika Ayahnya sudah pergi ke kantor lagi karena pria itu memang sangat sibuk. Saat ia membuka pintu kamar ibunya, Kamar itu kosong. hanya ada koper Besar milik ibunya di samping kasur.

Nora tersenyum sambil duduk memperhatikan koper besar ibunya. Ia merindukan Wanita itu. Terutama merindukan pujian ibunya jika memakan kue buatannya.

" Ma? dikamar mandi ya?" tanya Nora didepan pintu kamar mandi dalam itu. hanya ada Suara air mengalir deras, tanpa ada suara pergerakan apapun didalam. Nora mengerutkan keningnya, Ia menarik daun pintu itu, dan ternyata tidak dikunci.

Nora membuka perlahan pintunya, " Ma.. kok pintunya gak dikun-- MAMA!!!" teriakan Nora menggema, bahkan berhasil mengejutkan Garuda yang tengah melahap roti lapis yang baru ia buat di dapur itu.

Nora berlari mendekati Bathtub, Menarik paksa tubuh ibunya yang terendam air merah yang memenuhi Bathtub itu. " Mama!! Mama please.."

Nora berusaha mengeluarkan tubuh ibunya dari bathtub, melakuka CPR , berharap ibunya akan mengeluarkan air yang memenuhi paru-paru wanita itu. Rasa sesak mulai memenuhi hati Nora. Gadis itu menempelkan telinganya ke dada kiri ibunya, berharap mendengar detakan walau kecil. " Ma..." lirih gadis itu. Air matanya mulai mengalir, tapi ia menghapusnya kasar. Ibunya masih hidup, untuk apa ia menangis.

Nora menatap sekeliling tubuh ibunya, mencari sumber warna merah Dari air Bathtub yang sudah bau amis darah itu.

Gadis itu terkejut saat ia melihat aliran darah masih keluar dari pergelangan tangan kiri ibunya. " Mama... mama!! Engga... gak bisa... Mama gak boleh pergi!!! Nora menarik kepala ibunya, dan merasakan aliran sesuatu lagi disekitar leher ibunya.

Ternyata ibunya seingin itu untuk mati hingga merobek lehernya juga. Tamat sudah, air mata Nora mengalir deras, memeluk erat kepala ibunya yang mulai dingin.

Tidak, Nora tidak boleh menyerah. Ibunya mungkin hanya kehabisan darah... ya, Nora bukanlah dokter yang bisa menentukan ibunya mati atau tidak. Nora menarik tubuh ibunya, Walau isakan masih bisa terdengar, Nora masih berusaha mengangkat tubuh ibunya.

Seragamnya sudah penuh dengan darah, Rambutnya berantakan dan sepatu putihnya kini berubah menjadi merah muda.

" Ra? tadi kenapa teri--"

" Bang Ruda, Please bawa Mama ke rumah sakit... Mama berdarah banyak.. please.."

Garuda terkejut bukan main melihat keadaan Nora dan bahkan ibu gadis itu. ia menghampiri Nora dan mencari denyut nadi ibu, Tapi melihat pergelangan yang telah terluka cukup dalam itu, Garuda memilih untuk meletakkan jarinya didepan hidung sang ibu.

Tangan gemetar dan wajah yang pucat. Tentu Garuda belum pernah melihat orang dengan keadaan seperti ini. Tapi melihat Nora yang putus asa, mana mungkin ia bisa mundur begitu saja.

tak ada..

Tak ada apapun. " Ra, Mama Ka--"

" please bawa ke rumah sakit... please.. Mama mungkin bisa selamat jadi aku mohon..." Ucap Nora sambil mengusap kedua telapak tangan didepan wajahnya, seolah benar-benar tengah memohon.

Garuda merasa itu sia-sia, Tapi sekali lagi, keputusasaan Nora membuat Garuda tak bisa menolak gadis itu. Pria itu menggendong ibu Nora dan memasukkannya ke dalam mobil sedangkan Nora ikut masuk di bangku depan.

" Telpon Abang atau Papa kamu dulu, Ra. Mungkin mereka bisa ke rumah sakit sekarang juga." Ujar Garuda.

Ia menoleh dan mendapati Wajah pucat pasi Nora dan tangan gadis itu yang bergemetar hebat saat memegang ponsel.

" Ra, kalau gak bisa Abang aja." Ujar Garuda sambil mengambil ponsel Nora dari tangan gadis itu.

Semua berjalan begitu lambat, Saat perawat di IGD berteriak meminta dokter untuk segera datang, saat seorang perawat lainnya melakukan CPR ke dada Ibunya,

Nora merasa semuanya berjalan begitu lambat.

Terutama saat Nada nyaring yang monoton itu masuk ke ke telinganya dan gambaran garis lurus di monitor samping brangkar ibunya terlihat di matanya.

Nora melirik wajah ibunya yang kini benar-benar pucat. Gadis itu tak mengerti, tapi entah kenapa wajah ibunya terlihat tengah tersenyum damai.

Sangat Berbeda dengan dirinya yang terjatuh lemas di lantai sambil memukul dadanya yang terasa sesak. Rasanya seperti sesuatu didadanya ditarik paksa tanpa persetujuannya.

Pelukan hangat Garuda bahkan tak bisa menghalau dinginnya semesta yang Nora rasakan atas kehilangan ibunya.

" La? Mama mana? katanya Mama masuk rumah sak--" Suara bass khas milik kakak kandung Nora, Nagara, membuat Nora mendongak, menatap pias kakaknya.

Gara bahkan tak bisa berkata-kata saat melihat seragam Putih Nora yanh sekarang berwarna merah pekat. Gadis itu berdiri, menghampiri kakaknya dan menarik kepala Gara untuk masuk ke dalam ceruk leher gadis itu sendiri.

" La, ken--"

" Mama udah tidur lelap kak... dia.. pulang lebih dulu.." Bisikan lirih, tangan Tremor yang memeluk lehernya itu, seolah tak mengizinkan Gara untuk menahan diri.

Adiknya yang pemberani dan kasar kini benar-benar lemah.. tentu ini bukan candaan dan mimpi belaka. Gara memeluk erat pinggang adiknya, mengubur wajahnya di ceruk leher sang adik bersama isakan lemahnya disana.

" kita bisa.... Mama gak perlu khawatir mikirin kita.." bisik Gadis itu perlahan.

...****************...

Pemakaman tengah berlangsung di Taman makam keluarganya, Sedangkan Nora tengah menulis materi yang Gurunya jelaskan dikelas. Gadis itu membolos.

membolos dari kegiatan mengantar sang ibunda ke tempat peristirahatan terakhirnya.

" Yunora, kalau memang gak kuat, kamu bisa izin pulang. jangan paksakan diri kamu.."

Nora hanya menggeleng sambil tersenyum singkat sebelum kembali fokus dengan materi yang ada dipapan tulis. Cukup semalam ia menangis hingga matanya kini membengkak dan hidungnya merah. Ia harus melanjutkan hari-harinya lagi.

Tapi sepertinya itu bukanlah hal yang mudah. Karena baru saja ia mengatakan ia harus menjadi tenang khusus hari ini, Ia dihadapkan sumbu peledak emosinya.

" Lo tau gak? ibunya bunuh diri Gara-gara stress.. gak heran sih kenapa Nora tuh tempramental dan kasar.."

Nora menuliskan segala kalimat bermakna sama itu, menganggapnya angin belaka. Sampai ditengah koridor, tepat dihadapannya, Milly berdiri dengan pandangan menyalang ke semua orang.

" Kalian gak tau arti berduka?! jahat banget ngomongin ibunya yang meninggal didepan Nora!!" Bentak Milly keras. Gadis itu berbalik, menatap iba Nora dan memegang pundak Nora, mencoba menguatkan.

" Kamu gapapa 'kan Ra? gausah didengerin..." Nora hanya diam menatap datar perempjan manis didepannya. ia hanya perlu menunggu sejenak,

" itu 'kan kenyataan.. Gue sempet heran darimana sifat barbar Lo sih, tapi kalo nyokap Lo gila, gak heran kalo Lo juga ikut gila. Ups! Surga Nerima orang gila gak ya? hehehehe.." Senyum dan tawa iblis itu membuat Nora menatap tajam perempuan dihadapannya. Ia menarik rambut Milly dengan sangat keras hingga gadis itu mendongak dan menyeret Milly ke pinggir koridor.

" Lo cari mati? Lo pilih pala Lo gue jedotin ke tembok atau gue lempar ke bawah, Bangsat!!" Bentak Nora sambil sambil menekan tubuh Milly hingga terlihat akan jatuh.

Nora menarik mundur dan menjatuhkan tubuh Milly ke lantai, Gadis itu belum selesai. ia mengambil sebuah pot bunga keramik lalu melemparnya tepat didepan Milly hingga gadis itu menjerit.

Milly selama ini bermain dengan predator yang salah. Milly sangat keliru mengira bahwa Nora hanyalah Anak macan. Nora lebih mirip Puma yang tengah kelaparan sekarang.

Nora membawa pot lainnya dan mendekati Milly yang berusaha kabur. Tangan gadis itu menahan bahu Milly, " Gua ganti pilihan, Lo lompat sendiri atau gue pecahin pot ini dikepala Lo?"

" NORA!! BERHENTI!!"

Mendengar suara itu bahkan sudah tak memberi efek apapun lagi pada Nora. Gadis itu diambang kewarasannya. Nora menoleh ke sumber suara, tempat Aksara berdiri dihadapannya dengan pandangan tajam seolah siap membunuhnya.

memangnya kenapa? Nora tak masalah jika dibunuh langsung oleh Aksara jika pria itu memang mau? Nora sudah tak mengerti apapun lagi.

apa yang salah? salahnya mulai dari mana? kenapa ibunya bunuh diri? kenapa ibunya depresi padahal ibunya tak pernah terlihat sedih bersamanya? apa yang salah dengannya? Nora hanya berusaha menolong Aksa dari kebodohan pria itu yang terkelabui oleh akting Milly yang terlalu sempurna.

Hanya karena sebuah uluran tangan dulu, dan Nora merasa punya Budi seumur hidup. Dan sekarang Nora justru dihakimi saat ia hanya memberi pelajaran pada mulut besar gadis brengsek didepannya.

Senyum sarkas Milly yang begitu tipis terlihat Dimata Nora. Gadis itu tak bisa menahannya lagi. Ia Mengangkat tangannya yang memegang pot, dan mengayunkannya kencang hingga membentur kepala.

wajah pucat dan terkejut Milly dan posisinya yang melambung lalu terjatuh di lantai koridor, dan sepasang tangan yang menarik wajahnya dan menghadapkan pandangannya kepada wajah panik Aksara,

Nora justru tersenyum kecil. sebenarnya semua ini dimulai dari mana?

Jika Nora bisa mengulang waktu mungkin ia bisa mengetahui dan bahkan mencegah ibunya pergi seperti itu, dan mungkin ia tak perlu mengulang segala kesalahpahaman Aksara dan dirinya.

" Mari kita lihat, apa kau akan mengulanginya lagi?" bisikan riang itu membuat Nora menoleh dengan segala rasa sakitnya, Cahaya menyilaukan membuatnya memejamkan mata sejenak,

dan saat sudah mulai terbiasa dengan cahaya itu, Nora terkejut melihat jendela gudang sekolahnya.

Tunggu dulu, kenapa Ia di gudang sekolah bersama ketiga orang ini dimana yang dua lainnya berdiri sambil tertawa menyirami baju satu siswa yang terduduk dilantai gudang?

ini... bukankah ini Kejadian saat ia masih semester dua? tapi seingat Nora dirinya tengah berada di masa akhir semester 3, alias kelas dua.

apa ini? apa Nora melindur?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!