Gadis Pemilik Hati
Pagi yang cerah menambah semangat untuk mereka yang akan memulai aktivitas. Dan bagi mereka yang bekerja lebih pagi bahkan terlihat sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya. Para orang tua sudah mulai menyusun sarapan untuk keluarga. Sebagian ibu berteriak memanggil anak-anaknya untuk segera bersiap ke sekolah.
Hari ini, bertepatan dengan hari senin, hari yang dibenci kebanyakan orang karena harus kembali bekerja, kembali ke sekolah, dan kembali ke pekerjaan rutin yang membosankan setelah sehari sebelumnya menikmati hari libur.
Sama halnya dengan Maxwell, ia masih saja tidur di bawah selimutnya yang tebal. Padahal satu jam lagi ia harus ke kampus.
"Max!" panggil bunda Mila sambil mengetok pintunya. Tidak ada sahutan karena ia masih terlelap dalam mimpinya.
Bunda Mila yang tidak sabar langsung membuka pintu dan memasuki kamarnya.
"Maxwell!" panggil Bunda Mila sembari mengangkat selimut yang menutupi tubuh Maxwell. "Max, ayo bangun, yang lain sudah menunggu untuk sarapan."
Maxwell menggeliat sambil membuka matanya. Menyesuaikan pandangannya dengan cahaya, lalu duduk dengan malas.
"Bunda, Max masih mengantuk," ucapnya sambil menguap.
"Sudah, cepat mandi sana. Daddy sama Zia sudah menunggu untuk sarapan. Kau harus segera turun kalau tidak ingin Daddy yang kesini," jawab bunda Mila memperingati.
"Baiklah." Maxwell kembali menguap. Namun ia mulai beranjak dari tempat tidur.
Membiarkan Daddy-nya memasuki kamar, itu bukanlah ide yang baik. Maxwell bergegas ke kamar mandi setelah Bunda Mila meninggalkan kamarnya.
Sementara itu, di meja makan, semua makanan sudah mulai dihidangkan. Bunda Mila membantu Bi Lina menyiapkan sarapan dan menghidangkannya di atas meja. Setelah dirasa lengkap, ia pun ikut duduk disamping suaminya.
"Kak Maxwell mana sih? Lama deh, setiap hari harus ditungguin terus," gerutu Zia yang mulai bosan menunggu.
"Sabar dong sayang, sebentar lagi kakakmu juga akan turun," jawab bunda Mila menenangkan putrinya.
"Zia mau susul aja." Saking tidak sabarnya, Zia pun menyusul kakaknya ke kamar.
"Persis Daddy-nya, tidak sabaran," ucap bunda Mila pelan. Namun tetap terdengar jelas ditelinga Akbar, suaminya.
"Hemm....tapi dia lebih mirip kamu loh sayang," balas Daddy Akbar.
"Wajahnya emang mirip denganku, tapi kelakuannya itu, tidak ada bedanya denganmu."
"Berarti dia emang anak kita," jawab Daddy Akbar disertai tawa keduanya. Lagi pula anak siapa lagi kalau bukan anak mereka.
Zia sudah berada di dalam kamar Maxwell. Ia masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Suara air terdengar dari kamar mandi, menandakan kalau kakak laki-lakinya itu masih berada di dalam sana.
"Masih mandi? Lelet banget sih." Zia menggerutu sendiri.
"Kak Maxwell!" Zia meneriaki Maxwell sambil duduk di atas tempat tidur milik Maxwell.
"Apaan?" Terdengar sahutan dari dalam kamar mandi.
"Cepetan!" Teriaknya lagi. Tangannya kini mulai meraih ponsel Maxwell yang berada di atas tempat tidur itu. "Wow, pacar baru lagi," ucapnya pelan. Dia memandangi wallpaper ponsel milik kakaknya. Setiap wallpapernya berganti, berarti pria tersebut punya kekasih baru. Maxwell selalu memasang wallpaper ponselnya dengan foto pacar terbarunya.
"Iya bawel," sahut Maxwell yang tiba-tiba sudah keluar dari kamar mandi. "Siapa yang mengizinkanmu menyentuh ponsel itu?" Maxwell berjalan menghampiri adiknya dan langsung merebut ponsel dari tangan Zia.
"Pelit banget sih, cuma liat foto doang," ucap Zia dengan kesal.
"Tetap saja tidak boleh, privasi tahu." Sambil meletakkan kembali ponselnya di atas tempat tidur. "Keluar sana, kakak mau ganti baju." Maxwell mengusir adiknya dengan mengibaskan tangannya beberapa kali. Mau tidak mau Zia pun keluar.
"Aku akan kasih tahu bunda kalau kakak punya pacar baru lagi!" Teriaknya sebelum meninggalkan kamar Maxwell.
"Dasar mulut ember!" balas Maxwell sambil berteriak juga.
Zia kembali ke meja makan dengan terengah-engah karena berlari dari kamar Maxwell.
"Mana kakak mu?" tanya Daddy Akbar sembari melipat koran yang sedari tadi ia baca.
"Baru selesai mandi," jawabnya sambil mengatur napas.
"Itu Kak Maxwell sudah turun," serunya beberapa saat kemudian sambil menunjuk kakaknya yang sudah terlihat dan sedang berjalan menuju meja makan.
"Kalau begitu kita mulai sarapannya," seru bunda Mila setelah Maxwell duduk di samping Zia. Ini sudah menjadi tradisi di rumah mereka. Sarapan dan makan malam akan dimulai ketika anggota keluarga sudah lengkap. Setelah itu mereka pun memulai sarapan.
"Bunda, kakak punya pacar lagi," ujar Zia sambil mengunyah makanan yang di mulutnya.
Maxwell langsung melirik dengan ujung matanya.
"Kenapa? Emang benar kan, kakak punya pacar baru," balas Zia menantang tatapan kakaknya.
"Max, bunda kan sudah bilang, berhenti memacari banyak gadis, kasihan mereka." Nasihat yang selalu Maxwell dengar dari bunda Mila. Dan seperti biasa, Maxwell menganggukkan kepalanya.
"Pilih salah satu yang benar-benar kamu suka. Jangan memacarinya sekaligus, tidak baik seperti itu nak," sambung bunda Mila lagi.
"Iya Bunda. Lagi pula mereka kok yang ngejar-ngejar Maxwell. Mereka juga tahu kalau aku punya pacar yang banyak, tapi tetap saja mau dengan Maxwell," jawab Maxwell dengan sombong.
"Idih...sombong!" Zia memberi komentar dengan sinis. Maxwell kembali meliriknya. "Apa?" sambil melototi Maxwell.
"Berarti mereka tidak tulus menyukai mu. Kamu pilih satu yang kamu suka dan putuskan yang lainnya." Kali ini daddy Akbar ikut memberi komentar.
"Tapi tidak ada yang Max sukai diantara mereka."
"Lalu untuk apa kau memacari semuanya?"
"Untuk senang-senang aja," jawab Maxwell seenaknya disertai tawa.
"Huss, tidak boleh seperti itu Maxwell. Entar kena karma baru tahu rasa kamu. Nanti jumpa cewek yang kamu benar-benar suka, terus ditolak karena punya pacar banyak, baru deh kamu nyesal."
"Gak mungkin Bunda. Siapa sih yang sanggup menolak Maxwell," jawabnya lagi sombong dan kembali tertawa.
"Kamu hati-hati Max. Ingat, karma itu berlaku, dan kamu punya adik perempuan loh. Kamu pasti tidak mau juga kan kalau Zia dapat pria yang pacarnya banyak." Daddy Akbar kembali ikut menimpali.
"Zia? Mana ada laki-laki yang mau dengannya. Sudah jelek, galak lagi."
"Jelek apanya? asal kakak tau ya, di SMA pelita, aku dapat julukan bunga pelita. Kenapa?" dengan nada angkuh, "karena aku orang tercantik di sekolah, sama kayak bunda dulu, iya kan bunda?"
Bunda Mila dan daddy Akbar hanya tersenyum menanggapinya. Ya, itu adalah masa lalu mereka sewaktu bersekolah di sana.
"Kakak juga, kakak paling tampan di kampus, mirip daddy dulu," jawab Maxwell tidak mau kalah.
Berdebat seperti ini adalah kebiasaan mereka. Setiap ada kesempatan Maxwell dan Zia selalu saja berkelahi. Tapi dibalik itu semua, mereka tetaplah kakak adik yang saling menyayangi.
"Mirip Daddy dari mana? Lihat, daddy punya lesung pipi, sementara kakak tidak punya. Kakak playboy sementara daddy tidak, dan kami bertiga suka stroberi sementara kakak malah alergi. Kakak beda sendiri, wekk." Sambil menjulurkan lidahnya.
Maxwell terdiam, meskipun ia tahu Zia tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya. Tapi entah kenapa ia merasa sedikit tersinggung. Bunda Mila dan daddy Akbar pun terlihat terkejut dengan perkataan Zia.
"Zia, kenapa bicaranya seperti itu sayang? " tegur bunda Mila.
"Heheheehe becanda kok bunda," jawab Zia.
Suasana menjadi kaku. Bunda Mila pun mengarahkan supaya mereka segera menyelesaikan sarapan.
"Ayo, lanjutkan sarapannya."
Setelah selesai sarapan, bunda Mila mengantarkan suami dan kedua anaknya ke pintu depan. Mereka berpamitan lalu bergegas meninggalkan rumah. Daddy Akbar menaiki mobilnya bersama Zia. Sebelum ke kantor ia akan terlebih dulu mengantar putrinya itu ke sekolah.
Sementara Maxwell, ia menaiki mobilnya sendiri dan langsung menancap gas menuju kampusnya.
Bunda Mila memandangi kepergian mereka. Setelah itu, ia pun kembali memasuki rumah, melanjutkan aktivitasnya di rumah seperti biasanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Mirna Hasibuan
Halo semua!
Ini lanjutan Novel "Reuni Cinta Carmila" selamat membaca untuk semuanya. Semoga bisa menghibur kalian ya...
Jangan lupa like disetiap episodenya ya teman-teman. Mohon dukungan votenya juga 😁😁😁
Terimakasih 😘😘😘
2023-01-23
0