"Maxwell!" Protes Keyra dengan dahi yang berkerut.
Rara dan Kiky juga ikut menatap Maxwell. Mereka terkejut dengan sikap Maxwell yang seolah melindungi Niken.
Rara berusaha menarik tangannya dari genggaman Maxwell.
"Lepaskan tanganku!" Sambil melototkan kedua matanya, tapi Maxwell malah membalasnya dengan tatapan dingin.
Sementara Niken, ia mulai menurunkan buku yang tadi ia gunakan untuk melindungi tubuhnya. Dan tanpa sengaja matanya malah beradu pandang dengan Maxwell yang masih menahan tangan Rara.
Untuk beberapa saat, keduanya pun saling bertatapan. Mata sipit Niken menatap bola mata Maxwell yang berwarna cokelat. Keduanya terdiam dengan pandangan yang saling terkunci pada satu sama lain.
"Maxwell....!!" Keyra yang tidak menyukai adegan itu kembali menegur Maxwell. Dan kali ini dengan suara yang sedikit meninggi. Ia melepaskan tangan pria itu dan melepaskan genggamannya dari tangan Rara.
"Kenapa kau malah melindungi Niken?" Ucapnya dengan sorot mata tajam menatap Niken. Lalu kembali memalingkan wajahnya menatap Maxwell. "Baby, Niken ini adalah gadis yang paling tidak tahu diri, dia sangat pantas mendapat hukuman dari Rara," sambungnya dengan suara manja yang dibuat-buat.
"Bukan melindungi, aku hanya tidak suka melihat kekerasan didepan mataku." Jawab Maxwell dengan datar.
Ia kembali menatap Niken, sementara gadis itu mulai mengambil kesempatan untuk kabur. Niken berjalan pelan, dan tanpa disadari Rara dan Kiky, ia perlahan memasuki kelas.
"Lalu kenapa kau memandanginya?" Tanya Keyra lagi.
"Siapa yang memandanginya. Udah ah, aku mau ke kelas." Maxwell bergegas meninggalkan ketiga gadis itu. Ia tidak peduli lagi dengan teriakan Keyra yang memanggil namanya berulang.
Keyra yang kesal pun tidak bisa menahannya. Ia hanya menatap punggung Maxwell yang semakin menjauh dari pandangannya. Tangan Keyra terkepal menahan emosinya yang kian memuncak di dada.
Setelah kepergian Maxwell, dengan geram ketiga gadis itu berjalan memasuki kelas dan menuju kearah Niken yang sekarang sudah duduk di kursinya. Tatapan tajam penuh kebencian menyertai setiap langkah ketiganya.
"Kau!" Ucap Keyra dengan penuh amarah. Ia mengangkat jari telunjuknya dan mengarahkannya tepat di wajah Niken. Bersamaan dengan itu, dosen yang mengisi jam pelajaran mereka pun tiba. Dosen tersebut menatap mereka dan mengisyaratkan untuk segera duduk di kursi masing-masing.
"Kali ini kau beruntung." Bisik Keyra lalu melangkah meninggalkan Niken. Rara dan Kiky pun ikut melangkah meninggalkan tempat itu sembari memberi Niken tatapan tajam.
Mendapat tatapan dan ancaman seperti itu sama sekali tidak membuat Niken takut. Gadis itu hanya menghela nafas panjang dengan sikap Keyra dan teman-temannya. Niken tidak mau mengambil pusing dengan mereka, beban hidupnya sudah terlalu banyak, dan saat ini yang terpenting baginya hanya kuliah dan pekerjaan, selebihnya ia akan membiarkannya berlalu.
*****
Selesai makan malam bersama Bunda Mila dan Zia, Maxwell kembali ke kamarnya. Ia duduk bersandar di atas ranjang miliknya sambil memainkan game di ponselnya dengan sangat serius. Pintu kamarnya sengaja ia kunci supaya Zia tidak mengganggunya. Terkadang anak itu suka jail bolak balik masuk kamarnya untuk hal-hal yang tidak penting.
Pesan dari Keyra sudah berkali-kali terlihat di layar ponselnya, namun sama sekali tidak ia hiraukan. Membacanya saja ia tidak mau. Saat ini semua konsentrasinya ia curahkan untuk game yang saat ini ia mainkan.
Maxwell kembali menggeser layar ponselnya ketika pesan Keyra muncul.
"Mengganggu saja." Gerutunya.
Beberapa detik kemudian panggilan dari nomor Keyra memenuhi layarnya, dengan cepat Maxwell menekan tombol merah, tapi sialnya karena panggilan yang hanya beberapa detik itu membuat permainannya berakhir.
"Sial...!" Umpatnya dengan kesal. Dan tidak lama kemudian, ponselnya kembali berdering, kali ini panggilan dari Irfan. Dengan malas Maxwell mengangkat telepon itu.
"Max, kau dimana?" Terdengar suara Irfan dari seberang sana disertai musik yang berdentum keras. Sejenak Maxwell menjauhkan ponsel itu dari telinganya. "Max, kau dimana?" Ulang Irfan ketika tidak mendapat jawaban.
"Di rumah." Jawabnya singkat.
"Kau yang benar saja Max, acaranya sudah dimulai dan kau masih di rumah?" Irfan terdengar kesal dengan jawaban Maxwell.
"Baby, kenapa tidak balas pesan dan tidak angkat teleponku?" Belum sempat Maxwell menjawab, tiba-tiba telepon sudah beralih ke Keyra. Sekarang suara gadis itu memenuhi pendengaran Maxwell. "Kenapa belum datang juga? Katanya kau mau menghadiri pesta ulang tahun Rara."
Kening Maxwell berkerut sambil mencoba mengingat acara yang terlewat olehnya.
"Baby!" Keyra kembali berteriak ditelepon.
"Sorry, aku lupa." Jawabnya setelah mengingat ajakan Keyra tempo hari.
"Kalau begitu segeralah kesini, acaranya sudah mulai."
"Cepatlah Max, kau memang menyebalkan. " Terdengar Irfan ikut berteriak ditelepon.
"Ya, aku akan kesana."
Padahal sebenarnya ia sangat malas untuk menghadiri pesta ulangtahun itu, tapi mau bagaimana lagi ia sudah terlanjur berjanji akan datang. Belum lagi Irfan sahabatnya pasti akan marah kalau ia tidak datang.
Maxwell mengganti baju yang ia kenakan dengan pakaian yang lebih rapi. Ia turun dan mendapati Bunda Mila dan Zia yang sedang menonton tv. Setelah pamit pada keduanya, ia pun bergegas menuju pesta ulang tahun Rara yang diadakan di salah satu kelab malam.
Tidak butuh waktu lama, Maxwell pun sudah sampai di kelab tersebut. Ia berjalan memasuki tempat itu. Bau alkohol dan musik yang berdentum dengan keras langsung menyambutnya begitu melewati pintu masuk. Ini bukanlah sesuatu yang ia sukai.
"Baby... " Keyra langsung berlari kearahnya begitu melihat kedatangannya. "Kenapa lama sekali ?" Sambungnya sambil menggandeng tangan Maxwell. Ia menarik tangan Maxwell sambil menuntunnya untuk ikut bergabung dengan temannya yang lain.
"Hai Max!" Sapa Irfan yang sedari tadi sudah berada disana. Pria itu duduk disamping Kiky dengan tangan dipenuhi gelas yang berisi alkohol. Sementara Rara tidak terlihat batang hidungnya. Maxwell tidak menjawab sapaan Irfan, ia malah geleng kepala melihat sifat sahabatnya itu yang suka minum alkohol.
"By, ayo duduk disini." Keyra menarik tangannya untuk ikut duduk dengan yang lain. Maxwell pun menurut. Kini mereka duduk berempat dimeja bulat.
Keyra meraih botol minuman dan menuangnya ke gelasnya, lalu menyodorkannya pada Maxwell.
"Tidak." Tolak Maxwell sambil mendorong tangan Keyra. Yah, meskipun terkenal badboy, Maxwell bukanlah pria yang suka minum alkohol. Mencium baunya saja dia tidak suka. Belum lagi Bunda dan Daddy-nya yang selalu melarangnya untuk minum alkohol. Dan sebenarnya memasuki kelab malam seperti ini juga dia sangat jarang. Kehidupan malam seperti ini bukanlah gayanya.
"Ayo dong, minum sedikit saja." Keyra membujuknya dengan kembali menyodorkan gelas itu padanya.
"Aku bilang tidak Keyra." Tolaknya lagi dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Maxwell tidak bisa minum, jangan memaksanya." Sahut Irfan dengan nada mengejek yang disertai tawa. Kiky pun ikut tertawa mendengarnya. Sementara Keyra dengan kesal meneguk sendiri isi gelasnya.
Rara yang sedari tadi tidak terlihat tiba-tiba muncul dari kerumunan. Ia berjalan menghampiri mereka yang duduk.
"Kalian sedang apa disini? Ayo turun, kita dance sama yang lain." Ajak Rara sambil menarik tangan Kiky. "Ayo! kau juga Irfan."
Keduanya pun langsung berdiri dan turun, ikut berbaur dengan yang lain.
"Ayo," Rara kembali mengajak Keyra. Gadis itu sudah beranjak dan ingin ikut mengejar Irfan dan Kiky, namun melihat Maxwell yang tidak ikut berdiri membuatnya terdiam. Keyra menatap Maxwell yang sama sekali tidak bergeming. "Max, ayo! yang lain sudah turun." Tegur Rara.
"Aku tidak ikut, kalian saja." Tolak Maxwell disertai senyum.
"Ayolah, sebentar saja." Bujuk Keyra.
"Tidak Key, kalau mau kau bisa pergi dengan mereka. Aku mau disini saja." Tolaknya lagi.
Penolakan yang terus menerus dari Maxwell membuat Keyra semakin kesal. Dengan tatapan gusar ia menarik tangan Rara dan meninggalkan Maxwell yang memilih tetap duduk disana. Keduanya ikut bergabung dengan Irfan dan Kiky bersama yang lain.
Dj bersorak dan kembali memainkan musik membuat semuanya terlena dalam alunan musik tersebut. Minuman alkohol yang ikut mempengaruhi kesadaran membuat mereka melakukan tarian yang semakin tidak menentu.
Sementara itu Maxwell masih duduk ditempatnya, tidak ada keinginan sedikit pun dihatinya untuk ikut bergabung dengan teman-temannya. Ia memperhatikan satu persatu temannya yang terlihat bahagia ditengah alunan musik.
Setengah jam berlalu, namun Rara dan yang lain masih larut dengan musik yang terus berdentum. Akhirnya Maxwell pun memilih beranjak dari duduknya dan meninggalkan tempat itu tanpa pamit.
Ia keluar dari kelab itu dan berjalan menuju mobilnya. Tanpa ada keraguan sedikit pun, ia melajukan mobilnya dan benar-benar meninggalkan tempat itu.
Ditengah perjalanan menuju rumahnya, hujan tiba-tiba turun dengan begitu derasnya.
"Sial!" Umpatnya sambil memperlambat laju mobilnya. Penglihatannya sedikit terganggu karena hujan deras yang mengguyur jalanan.
Dari kejauhan, samar-samar Maxwell melihat seorang gadis yang berjalan sendiri ditengah-tengah hujan tanpa payung atau pelindung apapun.
"Gadis bodoh!" Batinnya. "Pasti putus cinta yang membuatnya berjalan ditengah hujan lebat ini," ucapnya sambil menatap gadis itu yang sekarang berada persis disamping mobilnya. Betapa terkejutnya Maxwell, karena gadis itu adalah seseorang yang ia kenal. "Niken." Ucapnya dengan dahi berkerut. Dan Maxwell semakin kaget karena Niken tiba-tiba jatuh dan pingsan ditepi jalan itu.
"Sial, ada apa dengannya?" Spontan Maxwell menghentikan mobilnya. Ragu-ragu Maxwell untuk menolongnya, tapi melihat jalanan yang sepi dan hujan yang semakin lebat, membuat ia akhirnya turun dari mobil dan menghampiri Niken yang sudah tergeletak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
jaran goyang
ᥲᥲᥲᥲ ȷᥲᥣᥲᥒg
..ȷіȷіk
2024-10-14
0
Sofi Yah
akhirnya yg tak tunggu2 up juga😁😁😁👍
2021-05-11
2