AKU (Tetap) MILIK MU
Terdengar langkah kaki yang cukup berat dari seorang pria dewasa. Pria yang memiliki wajah tampan serta netra hitam pekat, dan warna kulit tubuh yang terlihat sedikit gelap. Pria yang tampak berjalan, berkeliling melihat berbagai lukisan di sebuah galeri.
Pria berperawakan tinggi dan tegap itu, berhenti dan berdiri di depan sebuah lukisan.
"Boleh aku tau siapa yang membuat lukisan ini?" tanyanya dengan netra yang masih menatap lekat lukisan tersebut.
"Lukisan ini dibuat sendiri oleh pemilik galeri ini Tuan," jawab seorang wanita muda berusia sekitar 22 tahun.
"Bolehkah aku bertemu dengannya?" tanya pria itu lagi.
"Akan saya tanyakan terlebih dahulu, Tuan," ucap wanita itu, sembari pergi meninggalkan pria yang bertanya tadi.
Pria itu hanya diam, tidak memberikan respon apa pun terhadap perkataan wanita tadi.
Netra hitam tersebut masih menatap lekat lukisan yang ada di depannya, ada bulir bening yang jatuh tidak sengaja dari sudut mata pria asing tersebut.
"Apa benar ini nyata? aku menemukan mu," lirihnya.
Pria itu tampak menghapus bulir bening yang jatuh, mengenakan punggung tangan miliknya.
Tersirat kerinduan yang begitu dalam dari sorot netra hitam itu.
Tak lama setelah itu, terdengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya.
Pria itu tampak menoleh sekilas, kemudian kembali menatap lukisan, setelah melihat siapa yang datang.
"Maaf, Tuan. Pemilik galeri ini tidak mau menemui siapa pun," ucap wanita yang diyakininya adalah penjaga galeri ini.
Pria itu menghela panjang napasnya, rasa kecewa tersirat jelas di wajah tampan itu.
Pria itu berlalu begitu saja meninggalkan wanita muda itu.
"Tunggu Tuan!" panggil wanita itu.
Entah kenapa, ada rasa bersalah ketika melihat wajah kecewa dari pria yang pergi begitu saja.
Pria itu menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik ke belakang.
"Saya akan usahakan, jika Tuan ingin bertemu pemilik galeri ini," ujarnya
"Benarkah?" Tampak sedikit senyum tertarik di ujung bibir tipisnya itu.
Wanita itu tampak menganggukkan kepalanya.
" Tuan bisa datang lagi kesini besok," ujarnya lagi.
"Baiklah." Pria itu menjawab sekilas dan berlalu meninggalkan wanita itu.
"Siapa namamu, Tuan?" teriak wanita itu.
"Malik," jawab pria itu kemudian berlalu begitu saja.
...***...
"Apa orang itu sudah pergi?" tanya seorang wanita dewasa yang terlihat anggun.
"Sudah, Mbak. Tapi seperti nya dia mengenali Mbak," jawab wanita muda tadi.
Wanita itu hanya diam tidak menjawab apa pun yang dikatakan oleh Alira.Ya, wanita muda itu bernama Alira. Gadis yang bekerja di galeri ini sebagai penjaga galeri.
Sedangkan, wanita tersebut tampak menatap sendu foto yang ada di tangannya. Tersirat kerinduan yang amat dalam dari netra cokelat miliknya.
"Tuan tadi akan berkunjung lagi besok, Mbak." Alira mencoba membujuk wanita itu.
"Aku sudah bilang, aku tidak ingin bertemu siapa pun!" tegasnya.
"Malik. Tuan itu bernama Malik," ungkap Alira.
Jantungnya berdegup kencang ketika mendengar nama Malik.
Wanita itu mengalihkan pandangan, menatap lekat Alira yang berada di hadapannya. Mencoba bertanya lewat sorot mata. Seketika wanita itu memejamkan mata dan bersandar pada kursi kerja miliknya.
"Apa itu kau?" lirihnya pelan.
Alira pergi dari ruangan itu, ketika melihat wanita itu tidak memberikan respon apa pun. Alira berjalan pelan serta tak lupa menutup pintu ruangan.
Ya, wanita anggun itu memang terkenal dingin. Bahkan sangat tertutup dengan orang-orang di sekitarnya.
Tiga tahun sudah Alira berkerja di sana. Dari pertama galeri itu dibuat. Namun, Alira tidak pernah melihat wanita itu tersenyum sedikit pun.
Ada rasa penasaran di benaknya, tetapi Alira mencoba untuk tidak mencari tahu apa pun itu.
...***...
Wanita berusia 27 tahun itu tampak masih memejamkan matanya, mengingat kembali kenangan pahit di masa lalu.
Apa itu dirimu?
Ah tidak mungkin.
Sudah 5 tahun berlalu tapi kenapa baru sekarang?
Wanita menggeleng pelan, merasa tidak mungkin jika pria bernama Malik itu adalah pria yang pernah menjadi masa lalunya.
"Banyak orang bernama Malik di dunia ini. Mungkin ini hanya kebetulan." Yakinnya pada diri sendiri.
Wanita itu kembali memandang foto yang ada di dalam genggaman tangan.Tampak foto seorang gadis dan pemuda menggunakan seragam abu-abu, yang sedang tersenyum ke arah kamera.
Dia tersenyum mengingat kenangan masa SMA. Masa di mana kata orang-orang masa yang sangat membahagiakan.
Benar masa itu terasa sangat indah baginya, rasanya dia ingin terus berada di masa itu.
Kemudian tiba-tiba senyum itu lenyap seketika, berganti dengan bulir bening yang mengalir deras dari sudut matanya.
"Aku rindu padamu. Bahkan sangat rindu, tapi aku takut. Aku tidak pantas untukmu." Wanita itu terus terisak cukup lama, sampai terdengar napas yang sudah teratur. Dia tertidur dengan isak tangis.
...***...
Wanita berwajah cantik itu tampak mengerjapkan matanya berkali-kali, ketika merasa sinar matahari mulai terasa silau. Melihat sekelilingnya. "Ternyata aku ketiduran di galeri lagi," ucapnya sesaat kemudian.
Dia memang sering tertidur di galeri, ketika hatinya sedang sangat rapuh.
Wanita itu meregangkan otot-otot yang terasa pegal karena semalaman dia tertidur dengan posisi duduk, dengan kepala yang bertumpu pada tangannya.
Tiba-tiba terdengar suara pintu yang di buka.
Alira tampak memasuki ruangan tersebut. Dia ingin memastikan bahwa atasannya itu benar-benar masih ada di galeri.
"Mbak tidur di galeri lagi?" Alira bertanya ketika melihat atasannya itu berada di sana, masih dengan pakaian yang sama.
"Aku ketiduran di sini, Ra," ungkapnya.
"Mbak pulang aja, biar galeri aku yang jaga." Alira melihat jelas wajah wanita itu yang kelelahan.
Wanita itu pun mengangguk sembari menyambar tasnya, kemudian melangkah keluar ruangan.
"Nanti sore aku kembali lagi," ucapnya sebelum berlalu.
"Mbak kalau Tuan Malik datang lagi bagaimana?" teriak Alira.
Wanita hanya diam tidak memberi jawaban apa pun, dan berlalu pergi keluar galeri.
...***...
Alira melihat pria tinggi itu berjalan memasuki galeri. Dia merasa bingung harus menjawab apa.
Alira sudah berusaha, tetapi seperti biasa, pemilik galeri ini tidak mau bertemu siapa pun.
Pria itu berdeham. Tentu, hal tersebut langsung membuat lamunan Aliran buyar.
"Tu-Tuan." Gugup Alira, ketika tahu bahwa Tuan Malik sudah ada di depannya.
"Apa aku bisa menemuinya?" tanya Malik langsung.
"Mari Tuan saya antar keruangan pemilik galeri ini." Alira pergi mengantar Tuan Malik menuju ruangan itu.
Alira takut pemilik galeri itu akan marah, tetapi dia lebih takut melihat sorot netra hitam yang menatap tajam padanya tadi.
Alira membuka pintu ruangan itu mempersilahkan Tuan Malik untuk masuk mengikutinya.
"Tuan tunggulah sebentar. Pemilik galeri ini sedang pulang, mungkin sebentar lagi dia akan datang."
Malik menganggukkan kepala dengan mata yang fokus melihat sekeliling ruangan itu.
Ruangan yang tertata rapi, serta didominasi warna coklat muda itu terlihat begitu manis. Banyak lukisan yang terpajang di dinding coklat muda itu.
Hingga pandangan Malik terhenti pada sebuah lukisan yang di tutup kain putih, di pojok ruangan.
Malik mendekati lukisan itu. Dia merasa penasaran dengan lukisan itu.
"Maaf, Tuan. lukisan itu tidak boleh dilihat siapa pun." Alira berusaha mencegah Malik.
Malik berhenti tepat di depan lukisan, setelah mendengar larangan dari Alira.
"Tuan silahkan duduk. Saya akan keluar sebentar." Alira menunjuk kursi yang ada di ruangan itu.
Malik menganggukkan kepala, tanda dia mengerti akan perkataan Alira.
Melihat anggukkan kepala Tuan Malik, Alira pun segera pergi dari sana.
Malik masih penasaran dengan lukisan yang ada di depannya, sehingga dia ingin membuka kain berwarna putih itu.
Ketika tangannya sudah menyentuh kain itu, terdengar suara yang tidak asing di telinganya.
"Maaf permisi. Anda sudah dilarang untuk melihatnya bukan?" tanya seorang wanita dengan nada tegas.
Malik diam terpaku di tempatnya berdiri dengan posisi memunggungi sang pemilik suara.
Apa itu benar kau?
Aku mendengarmu lagi.
"Tuan bisa anda keluar sekarang?" tanya wanita itu sedikit kesal.
Malik masih bergeming, tubuhnya terasa kaku setelah mendengar suara yang delapan tahun dia rindukan.
Wanita itu tampak sangat kesal, ketika melihat tubuh pria asing yang tidak bergerak sama sekali.
Segera dia berjalan mendekati pria yang memunggunginya itu, kemudian membalikan tubuhnya.
Dan
...*****...
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian berupa like dan komentar nya.
Terima kasih yang sudah mampir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Sry Rahayu
penasaran...
2022-08-28
0
©®ultramen zero©®
cba dlu lah spa tau asik
2022-05-05
0
Itha Bire
penasaran
2022-02-23
0