Rahasia Jiwa MAMA
Di ruangan laboratorium dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki kegilaan yang berlebihan terutama terhadap ilmu pengetahuan, kepenasaranan mereka di atas rata-rata, baik itu tentang bagaimana untuk mendiami suatu planet setelah bumi, berteleportasi dari satu tempat ke tempat lain atau hal-hal lainnya yang terbilang tidak masuk akal, namun tetap di amati mereka.
Seperti halnya yang sedang berlangsung disalah satu gedung laboratorium, para ilmuwannya sedang melakukan uji coba penelitian terbaru mereka dengan sudah mengantongi surat izin dari para dewan. Penelitian tersebut juga di komandoi oleh Professor Helena sendiri yang merupakan ilmuwan terbaik dan lulusan dari universitas tersohor di negeri itu, namanya sudah tidak asing lagi di telinga para pencinta ilmu pengetahuan baik didalam maupun diluar negeri.
Disela-sela break Helena pergi ke tangga darurat untuk menelpon keluarganya, sejak kemarin ia belum bertemu mereka karena semua waktunya telah ia berikan pada penelitian tersebut. Sedangkan di ruang penelitian sedang terjadi kekacauan, dimana orang-orang berlarian dari satu tempat ke tempat lain, kepanikan juga menyerang mereka sambil mengotak-atik komputer yang benda-benda yang jarang ditemui di tempat-tempat lain.
Seseorang dari mereka berlari ke ruang tangga darurat dan melihat Professor Helena di tangga tersebut.
"Professor Helena! Professor Helena! Salah satu mesin adaptor kita mengalami masalah" seru seorang lelaki berjas putih pada seorang wanita yang baru menutup teleponnya.
"Apa?" tanya wanita bernama Professor Helena.
Dengan langkah cepat wanita itu menuju ke ruangan yang diberi tahu itu.
Beberapa orang tampak berkumpul di pintu ruangan besar itu melihat sebuah benda aneh yang tergantung, tegangan listrik tiba-tiba jadi tidak terkendalikan, lampu-lampu atau aliran listrik lainnya yang terdapat di gedung itu menyala dan hidup sendiri.
"Kenapa disini semua? cepat perbaiki alat itu!" kata Helena pada orang-orang yang berkumpul di depan ruangan itu
"Kita tidak boleh masuk, benda itu sangat berbahaya dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika terkena radiasinya!"
"Kita diam saja tanpa melakukan apapun lebih berbahaya lagi, bahkan akan berdampak bagi orang lain juga!" timpal Helena. Helena menerobos masuk kedalam ruangan itu.
"Professor Helena! Anda tidak boleh masuk! Itu sangat berbahaya!"
"Tidak Professor. Kita harus mencegahnya sebelum merambat ke tempat lain yang akan terjadi lebih buruk lagi" bantah Helena
Helena berlari dengan terburu-buru mengaitkan beberapa kabel dan jarinya juga cukup lihai bermain di atas keyboard, klotak-klotik sepatunya menggema tak beraturan bersamaan cahaya yang semakin mencuat terang.
Orang-orang yang melihatnya dari luar dinding kaca ruangan itu terus berteriak, "Professor Helena! Cepat keluar! itu berbahaya!"
Seruan mereka tidak dihiraukannya termasuk perintah atasannya ikut menyuruhnya pergi namun Helena tetap berusaha keras untuk memperbaiki mesin tersebut agar tidak semakin berbahaya. lampu berkedip-kedip dan cahaya yang dipancarkan benda berbentuk bola itu perlahan redup dan stabil seperti sebelumnya, namun saat dikira masalah sudah usai, bola cahaya itu meledak yang memecahkan barang-barang didalam ruangan itu, termasuk Helena ikut terhempas jauh dari tempatnya.
Diwaktu yang sama di negara berbeda, sebuah insiden naas menimpa seorang perempuan muda, seutas kabel listrik yang terdapat di distrik kota kecil terputus dan jatuh ke jalanan hingga mengenai seorang pejalan kaki. Orang-orang membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.
Pasien bernama Shaina Hafizah berusia 25 tahun, itulah yang nama tertera di ranjang pasien dengan tubuh yang terbujur kaku korban yang tersetrum listrik dengan tegangan tinggi.
Beberapa orang yang berada di ruang pasien tersebut bertanya "Dokter, bagaimana keadaan anak kami?".
Mereka mencemaskan pasien bernama Shaina itu yang belum siuman sejak seminggu yang lalu setelah kejadian naas yang menimpanya itu.
Dokter berdiri di samping ranjang pasien usai pemeriksaannya. "Pasien sudah melewati masa kritisnya, kita hanya bisa menunggu" jawab dokter.
Perlahan-lahan jari telunjuknya bergerak, dokter kembali mendekat pada pasien termasuk keluarga si pasien. Sepasang iris hitam terlihat di balik kelopak matanya dengan bola matanya bergerak-gerak kesegala arah.
"Di-ma-na a-ku?" ucap Shaina dengan terbata-bata.
"Syukurlah sayang kamu sudah siuman..." kata bu Yani, tangannya membelai lembut rambut hitam Shaina.
"Sia-pa ka-lian?" gumam Shaina.
Keluarga terkejut dan heran melihat Shaina bertanya siapa mereka, Bu Yani mengatakan, "Shaina aku ini ibu mu kami semua keluarga mu".
"I-bu? ke-luarga? Shai-na? siapa Shai-na?" kilatan cahaya tiba-tiba melintas di otaknya "siapa aku!!!" pekik Shaina, kedua tangannya memegangi erat kepalanya yang terasa sangat sakit, dan perban masih melingkari kepalanya.
Dokter memeriksanya kembali dengan intensif, keluarga sangat cemas dengan kondisinya apalagi ketika dokter memberitahu Shaina mengalami amnesia psikologis dimana ketidakmampuannya mengingat identitasnya dan informasi pribadi penting lainnya. Dokter juga menyarankan Shaina untuk tidak banyak pikiran yang bisa membuatnya stress dan berakibat fatal disebabkan terjadinya cidera di otaknya karena akibat tegangan tinggi merambat ke saraf-saraf otaknya.
***
Ditempat yang berbeda....
Disebuah ranjang pasien di rumah sakit terdapat seorang perempuan terbaring atas nama Helena berusia 34 tahun. Para dokter sedang menanganinya karena beberapa saat yang lalu ia menunjukkan pergerakan, perlahan-lahan matanya terbuka berkelana seisi ruangan yang asing baginya.
Dia melihat dokter dan perawat sibuk dengan tugasnya mereka yang mengecek imfusnya, karena merasa tubuhnya baik-baik saja shaina bangkit dari tidurnya meski ia bingung tampilan fisik tim medis itu yang agak berbeda dari kebanyakan orang yang ia tahu.
"Kenapa saya di sini?" Tanya perempuan itu.
Dokter memberitahunya bahwa ia baru saja mengalami kecelakaan.
Mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi, ingatannya terulang pada saat ia sedang berjalan di trotoar tiba-tiba sebuah kabel menimpanya lalu ia tidak tahu apa yang terjadi.
Ia memegang kepalanya yang terasa berat, "Benar dok, saya baru kecelakaan, apa saya terluka dok? karena saya tidak merasa sakit apapun kecuali kepala saya yang terasa pusing" tanyanya.
"Dokter! Dokter! bagaimana keadaannya?" Seorang lelaki muda menerobos masuk kedalam ruangan itu. "Bagaimana keadaanmu? Ada yang sakit?" Lelaki itu mendekati si pasien dan bertanya padanya.
"Wow! cogan, dia benar-benar tampan" perempuan itu menggelengkan kepalanya, "Shaina! apa yang kau pikirkan? kau baru saja sembuh sudah memikirkan cogan" batinnya.
"Helena! kau baik-baik saja? ada yang sakit?" tanya lelaki itu.
"Aku, aku baik-baik saja" jawabnya. "Tapi tolong jauh-jauh sedikit aku tidak mengenalmu" tambahnya.
"Nyonya Helena baik-baik saja dan tidak ada yang dikhawatirkan, kandungannya juga tidak kenapa-napa" ujar dokter, dan para perawat sedang melepaskan jarum infus dari tangannya.
"Kandungan? maksud dokter?" tanya Helena.
"Iya nyonya, kandungan nyonya baik-baik saja, ini sebuah keajaiban dari yang kuasa anda dan bayi anda bisa selamat dari benturan keras itu"
Helena tersentak dan berdiri di lantai suster mencoba memegangnya, "bayi? siapa yang punya bayi? aku tidak hamil!" Helena menepuk-nepuk perutnya dan seketika ia terdiam saat memegang perutnya yang tidak rata itu.
"Tenang Helena! jangan bergerak-gerak seperti itu pikirkan bayimu" perintah lelaki itu.
"Perutku... kenapa buncit seperti ini? Bagaimana aku bisa hamil? kapan buatnya dan siapa anda? aku tidak mau hamil...!!! siapa yang akan bertanggungjawab?" gerundel Helena yang menangis.
"Helena tenang! masih ada aku! aku yang akan bertanggungjawab atas kamu dan anakmu" timpal lelaki itu.
Helena terus menangis tersedu-sedu, "Anda? Kapan buatnya? Sudah berapa lama aku pingsan? aku tidak mau punya anak di luar nikah! Hiks...! hiks...! hiks...!" sungutnya dengan kedua tangannya memegangi perutnya. "Aku mau pulang....! Mak! Ayah! siapapun dimana kalian? jangan membuangku seperti ini, bukan keinginanku hamil...." gerutunya lagi.
"Baiklah, kita akan pulang" ujar lelaki itu.
Joon diizinkan membawa pulang Helena dan dirawat di rumah saja karena keadaannya juga sudah membaik hanya saja ia masih sedikit shock.
"Aku tidak mau ikut dengan mu! Aku tidak mengenal kamu!" Sergah Helena pada lelaki itu yang mengajaknya pulang bersamanya.
Tapi lelaki itu terus memaksanya hingga mau tidak mau Helena harus menurutinya karena berbagai penolakan keras dilakukan tidak berguna. Di belakang laki-laki itu ia berjalan mengikuti langkahnya yang bahkan tidak ia kenali tapi cuma dia satu-satunya orang yang menemaninya di rumah sakit.
Matanya masih lembab karena bekas air mata, sesekali ia tersedu-sedu mengingat dirinya yang kini sudah hamil dan entah siapa yang melakukanya, hatinya semakin terluka ketika tak seorang pun dari keluarganya tampak mengunjunginya kecuali lelaki asing tak dikenalinya.
"Hari ini tanggal berapa?" tanya Helena pada lelaki yang berjalan di depannya.
"18 juni" jawabnya singkat.
Helena menghitung hari dengan jari tangannya dan ia kaget sambil berdecak kesal, "bagaimana bisa aku hamil sebesar ini? padahal seminggu yang lalu aku baik-baik saja dan tidak melakukan sesuatu yang menimbulkan kehamilan?" gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Toipah
kayanya asik dan menegangkan ceritanya,,,,,
2021-07-20
1
Ananda Trizna
kayaknya baguss ceritanya
2021-07-19
0
Mommy Agam
Haii thor, chubby mampir nih...
Awal yang menegangkan...
Like, favorit, serta bintang 5 untuk karya mu thor..
2021-06-06
1