laki-laki menyebalkan

Beberapa saat kemudian Joon kembali lagi ke dapur sambil menenteng bungkus kotak makanan yang barusan ia pesan, dan ia cukup terkejut melihat dapurnya sudah rapi dan bersih seperti sediakala.

Joon menoleh kearah anak-anak, "sekarang jangan nangis lagi! Ayo makan! aku sudah memesan makanan!" katanya.

Shaina dan anak-anak masih segan untuk mendekati ke meja sehingga mereka hanya diam diri di sudut ruangan, rapi Joon kembali melirik mereka dengan kesal.

"Kalian mau berdiri sana saja atau mau makan?" ketus Joon yang menyentak mereka.

Shaina mendekat ke meja makan Joon dengan mengajak anak-anak juga.

Jika diminta untuk menahan lapar sebentar lagi Shaina pasti tidak sanggup, karena sebenarnya ia sudah kelaparan sejak pulang tadi, meskipun begitu Shaina masih menyempatkan membaca basmallah sebelum ia mulai makan, karena bacaan tergolong agak keras sehingga terdengar oleh Joon dan anak-anak, membuatnya jadi perhatian mereka.

Joon kembali dibuat menganga melihat aksi makan Shaina yang dinilai kecepatan menghabiskan makanannya dibandingkan yang lain, namun Shaina masih menyempat melirik ke piring Joon yang masih terisi penuh.

"Maaf..." Shaina mengerjap pada Joon, "aku lapar" .

Joon berkerenyit sekaligus mendengus, "ini untukmu saja!" Joon mendorong piringnya yang masih terisi lengkap itu ke depan Shaina walaupun mimik wajahnya menunjukkan tidak senang harus berbagi makanannya dengan orang lain.

"Terimakasih...!" ucap Shaina dengan senyuman yang merekah.

Dengan antusiasnya Shaina kembali melanjutkan memakan makan tambahannya.

"Bisa bangkrut aku" gumam Joon disela-sela kesibukan Shaina menyantap makan siangnya yang belum pernah ia makan sebelumnya.

Perkataan Joon seperti sebuah alarm bahaya bagi Shaina yang seketika mengubah moodnya sehingga ia menghentikan aksi makannya. "Aku udah kenyang!" tandasnya Shaina dengan tatapan tajam kearah Joon.

"Baguslah kalau begitu" sahut Joon.

Jawaban Joon semakin meningkatkan kejengkelannya tapi, Shaina tetap memasang wajah tenang bahkan ia juga membereskan meja makan setelah makan. Tidak hanya itu, setelah makan Joon menunjukkan kamar untuk mereka.

"Rumahku hanya ada dua kamar, aku tak ingin berbagi ranjang dengan siapapun jadi kalian bisa tidur bertiga disini" jelas Joon.

Anak-anak mengangguk dengan wajah yang memelas. Sedangkan Shaina sudah tenggelam dalam pikirannya sendiri bahkan ia terus bercermin dan meraba-raba setiap inci dari tubuhnya, perutnya pun tak luput dari pemeriksaannya. Meski perutnya belum terlalu besar tapi sudah membentuk gundukan bak seorang wanita hamil.

Shaina berputar kiri-kanan melihat dari berbagai sudut bentuk tubuhnya yang cukup proporsional hanya saja perutnya yang gendut. Tanpa sadar sikapnya itu sedang diperhatikan oleh Joon dan anak-anak di sebelahnya.

"Cantik sekali...! tapi siapa perempuan ini? Bagaimana bisa aku ada di dalam tubuh orang ini? Di mana tubuhku?" gumam Shaina, "Oh tidak! apa aku sudah mati lalu jadi hantu?" Shaina berbalik badan kearah joon.

"Bicara apa kau ini? sebaiknya kau istirahat saja!" sergah Joon.

"Pak, apa aku sudah mati dan masuk ke tubuh orang lain? Jangan-jangan aku ini hantu perawan penasaran?" gerutu Shaina.

"CK!" decak Joon. "Makanya otak sekali-kali di refreshing jangan dipakai untuk belajar melulu, kan jadi repot kalau gila..!" ketus Joon.

Joon berlalu pergi dari ucapannya tersebut malah membuat anak-anak cemas dan khawatir hingga menangis karena sikap Mama mereka seperti orang gila yang bergerak kesana-kemari tanpa arah yang jelas. Namun berbeda dengan dipikirkan Shaina, ia bingung pada keadaannya yang berada dalam tubuh orang lain, apalagi dia dalam keadaan hamil, itu semua sulit diterima akal sehat manusia.

Isakan tangis anak-anak membuat Shaina iba dan tidak tega.

"kenapa kalian menangis?" tanya Shaina.

"Mama... aneh! mama tidak gila kan?" cetus Alice.

Sontak Shaina kaget mendengarnya sehingga terpaku di sisi ranjang.

"Mama?" Gumam Shaina, mengarahkan pandangannya pada pantulan dirinya di cermin, seorang wanita berambut coklat sebahu, dengan alis yang terukir indah bak busur, dan memiliki sorot mata yang tajam. "Jangan menangis aku hanya belum terbiasa dengan keadaan seperti ini" sambungnya.

Shaina masih tidak percaya dirinya benar-benar merasuki tubuh orang lain yang tidak ia kenal bahkan perempuan itu sudah menikah dan memiliki anak selain itu ia berada di tempat yang tidak ia ketahui, semuanya tampak asing dan sangat jauh dari tempat asalnya.

Pikirannya sedang kacau dan tidak dilanda kebingungan dengan apa yang dialaminya. Shaina masuk ke kamar mandi yang terdapat di kamar itu untuk menjernihkan pikirannya sekaligus membersihkan diri dari tubuhnya sangat lengket oleh keringat, yang entah sudah beberapa hari ia tidak mandi. Selang beberapa menit kemudian ia keluar setelah membersihkan diri, kulitnya juga sudah lembab dan segar, tapi ia kembali bingung saat hendak berganti pakaian karena di lemari yang terdapat di kamar tersebut tidak ada apa-apa selain beberapa potong pakaian anak-anak, terpaksa ia harus mengenakan pakaian sebelumnya meski tidak nyaman.

TUK! TUK! TUK!

Alice buru-buru membuka pintu saat terdengar ketukan pintu dari luar. Ekspresi ceria langsung berubah manyun saat melihat sosok dibalik pintu itu.

"Cepat bersiap, kita harus kerumahmu untuk mengambil barang-barang kalian" ujar Joon.

"Ke rumah?" tanya Shaina.

"Iya. Memangnya kalian mau pakai apa selama di rumah ku? tinggal bersamaku bukan berarti aku akan membelikan pakaian baru setiap harinya apalagi anak-anakmu sekolah kan?" ketus Joon, "cepatlah! aku tunggu di depan" lanjutnya.

Shaina masih belum mengerti dengan perubahan keadaannya tersebut hanya bisa mengikuti arah membawanya, karena ia juga tidak bisa berbuat apa-apa selain berharap ia sedang bermimpi dan akan terjaga nantinya.

Sebuah taksi sudah berhenti di pinggir jalan tepat di depan rumah, setelah mereka semua keluar, lelaki itu tidak lupa mengunci pintu rumah sebelum mereka pergi.

Joon duduk duduk di bangku depan bersebelahan dengan sopir taksi sedangkan Shaina bersama dua anak Helena.

"Ma, apa kita akan pulang ke rumah?" tanya Alfan.

Didalam mobil Shaina sibuk memandangi ke luar jendela, melihat disekitar dengan suasana baru dan beda jauh dari yang sering ia lihat di kota asalnya, sekarang ia seperti masuk kedalam film-film modern dimana gedung-gedung pencakar langit berdiri kokoh sepanjang jalan, toko bertebaran dimana-mana, rumah-rumah mewah dan berkelas memenuhi sudut pandang, serts diramaikan kendaraan umum maupun pribadi dan orang-orang yang berlalu lalang di setiap sudut kota yang semakin memperlihatkan betapa sibuknya kota itu.

"Ma! Mama! Mama!" panggil Alice dengan mengguncang-guncang tangan Shaina.

Shaina tersentak "Hah?! Aku?" ia masih celingak-celinguk pada dua anak itu.

"Mama..! Kenapa dengan Mama?" gerutu Alice.

Shaina terdiam, "aku dalam tubuh perempuan ini dan otomatis aku jadi seorang Mama bagi anak-anak ini" batin Shaina

"Oh! Maaf, ada apa ?" Shaina menyunggingkan senyuman manisnya.

"Ma, apa kita akan pulang ke rumah kita?" tanya Alice lagi.

"Oh itu? Aku tidak tahu, bahkan aku tidak tahu aku sedang dimana dan apa yang ku lakukan" jawab Shaina dengan masih mempertahankan senyuman manisnya yang berbanding terbalik dengan perasaannya.

Tanpa disadari mereka dari kaca depan mobil Joon juga mengamati sikapnya Shaina bersama anak-anak.

Beberapa saat kemudian taksi yang mereka tumpangi menepi, Shaina keluar bersama anak-anak mengikuti Joon.

"Aku tinggal disini?" tanya Shaina yang kebingungan melihat sekitarnya.

"Iya, kalian tinggal disini" jawab Joon. "Orang bodoh saja tahu ini bengkel! kalian disini saja, aku mau mengambil mobilku" tambah Joon lagi.

Joon menghampiri seorang pria bertubuh besar, mereka tampak akrab mengobrol yang diiringi canda tawa.

Pria itu melirik Shaina, melihat dari bawah kaki hingga ujung kepala, dan cara pandang pria itu sungguh mengganggu Shaina sendiri.

"Wah Joon siapa nih cewek? Apa pacarmu?" tanya lelaki itu yang diiringi senyum yang mengandung makna lain.

Mendapati pandangan seperti itu membuat Shaina tidak nyaman matanya tersorot pada perutnya, ia memundurkan langkahnya dan berdiri di belakang anak-anak untuk menutupi diri dari mata lelaki itu.

"Dia istri kakak aku dan mereka anak-anaknya" jawab Joon.

"Benarkah? Aku minta maaf nyonya karena mengira anda pacarnya joon" nada bicara lelaki itu mulai sopan.

"Terima kasih perbaikannya" seru Joon pada lelaki itu sambil melirik Shaina di belakangnya.

"Iya Joon, jaga kakak iparmu dan keponakan-keponakanmu, aku juga ikut berduka atas apa yang menimpa kakakmu" tambah lelaki itu.

"Terima kasih, aku pergi dulu" ucap Joon,

Joon menyuruh Shaina dan anak-anak masuk kedalam mobilnya, lalu mobil yang mereka gunakan turun ke jalanan bersama kendaraan lainnya meramaikan kota. Dalam perjalanan yang penuh keheningan itu karena tidak ada satupun yang mulai berbicara, khawatir Joon akan marah, tapi tidak bisa dipungkiri sesekali Shaina melirik lelaki berhidung mancung itu dengan bibir bawahnya yang agak seperti terbelah apalagi dengan alisnya yang tersulam indah dan ditutupi sebagian poninya meski rambutnya agak acak-acakan. Namun dia tetap terlihat menarik dimata Shaina yang bahkan membuatnya deg-degan setiap kali matanya tertangkap oleh Joon.

Perasaan yang belum pernah Shaina rasakan sebelumnya sekalipun saat ia berada dalam kerumunan para lelaki.

Tampan, mungkin kata itu tidak berlebihan jika disematkan pada joon karena bukan Shaina saja yang merasa begitu, beberapa perempuan yang Shaina lihat tadi juga ikut memperhatikan Joon sambil tersenyum-senyum atau bergaya menggoda untuk menarik perhatian lelaki itu.

Joon memberhentikan mobilnya di depan rumah bergaya tudor dengan ukuran halaman yang cukup luas daripada rumah Joon sendiri.

"Cepat buka pintu?" pemerintah Joon..

"Hah?!" ucap Shaina.

"Cepat buka pintu! aku tidak tahu sandinya rumahmu!" kata Joon.

"Ini rumahku?" tanya Shaina.

"Ya ampun! aku lupa dia amnesia, namanya saja tidak ingat apalagi sandi rumahnya" gumam Joon.

"Paman biar Alfan saja yang buka, Alfan tahu nomor sandi rumah" sela Alfan.

"Baguslah!! setidaknya ada yang ingat cara masuk" tukas Joon.

Ketika melangkah kedalam, rumah bergaya tudor itu juga berkonsep modern itu semakin kental dimana terdapat sebuah perapian yang menghangatkan di musim dingin, namun yang menarik perhatian Shaina ialah dengan sebingkai foto berukuran besar yang terpajang di dinding tepat di belakang sofa, dalam bingkai foto tersebut terdapat empat orang di mana duanya adalah Alice dan Alfan dan dua lainnya orang dewasa, seorang lelaki bermata coklat terang seperti yang dimiliki Joon dan satu lagi seorang perempuan yaitu Helena, dalam foto tersebut mereka duduk di sofa sambil berbagi senyuman yang penuh kebahagiaan.

Kira-kira apa yang akan dilakukan Shaina ya, dengan menjadi orang lain?

Haloo para reader yang baik hati, terima kasih udah mampir sekarang author butuh like nya...

Biar semangat nulisnya, hehehe....

Terpopuler

Comments

Akubolomu

Akubolomu

Pasti shaina syok melihat isi rumah

2021-04-10

3

lihat semua
Episodes
1 ledakan
2 MAMA?
3 laki-laki menyebalkan
4 Merepotkan
5 Barista
6 Kecewa
7 Mencari mangga muda
8 Berboncengan sepeda motor
9 Tidak berhalusinasi
10 Aku jatuh cinta
11 Aku kartu mu
12 Menunggu adik ipar
13 pusing
14 Peri kecilku
15 Marissa
16 Sangat tidak tahu malu
17 Kau memarahi ku
18 Es krim termanis
19 Tidak sengaja
20 Doaku menyertaimu
21 Bertemu di tempat kerja
22 Terlalu perhatian
23 Surat Wasiat
24 Obrolan keluarga
25 Diskors dari sekolah
26 Digigit
27 Rencana makan malam
28 Bergerak lagi
29 Dikira suami istri
30 Bertemu perempuan berjilbab
31 Aku masih hidup
32 Kekasihnya menginap
33 Hampir kebablasan
34 Posisi istimewa
35 Jangan rindukan aku
36 Belajar memasak
37 Galak
38 Surat Ervian
39 Tali cinta
40 Pengen jadi orang kaya
41 Diam-diam cemburu
42 Maafkan aku ibu
43 Curiga
44 Pengen di ganggu
45 Perempuan selalu benar
46 Kata-kata berbisa
47 Panas
48 Menemui dokter kandungan
49 Dokter sales
50 Kencan keluarga kecil
51 Akrab dengan temannya
52 Mimpi buruk
53 Dingin vs Panas
54 Jual mobil
55 Dandanan Alice
56 Makan malam bersama temannya
57 Ayo kita menikah
58 Gara-gara mimpi
59 Pencuci mulut
60 Kutu buku vs trendy
61 Joging membawa petaka
62 Sayang
63 Waw! kau seorang indigo?
64 Naik kereta + visual
65 Perkataan itu doa
66 Helena atau Shaina?
67 Konspirasi terselubung
68 Pria aneh
69 Pertanyaan keramat
70 Bioskop di rumah
71 Salah bicara
72 Serangga berbahaya
73 Ditikung teman
74 Di uji
75 Tante berbahaya
76 Hari yang melelahkan
77 Terluka
78 Merayu malam
79 Obrolan sebelum tidur
80 perasaan hati
81 keluarga besar Mama
82 Aku bukan tuan muda lagi
83 Penyesalan yang terlambat
84 Tolakan pertama
85 bullying
86 Kecewa
87 Merasa diabaikan
88 Diabaikan 2
89 Kalap mata
90 Di pecat
91 Semakin terpesona
92 Di kelabui
93 Menunggumu pulang
94 I Miss U
95 Adik Perempuanku
96 Ke pesta
97 Berdansa
98 pernyataan cinta lagi
99 Harem
100 Kebenaran
101 Orang jahat tercipta dari orang baik
102 Hari bahagia
103 Pilu
104 Rindu menyiksa batin
105 kekhawatiran sahabat
106 Hari baru
107 Berlibur
108 laki-laki tidak tahu terima kasih
109 Kekurangan ku
110 Mama #2
111 Mimpi
112 Menemui Mama
113 Bertamu
114 kemarahan seorang ayah
115 Kecemasan
116 Bermalam
117 Perpisahan lagi
118 Terungkap
119 Mengenali
120 Posesif
121 Kedua kalinya
122 Akhirnya...
123 pengumuman
Episodes

Updated 123 Episodes

1
ledakan
2
MAMA?
3
laki-laki menyebalkan
4
Merepotkan
5
Barista
6
Kecewa
7
Mencari mangga muda
8
Berboncengan sepeda motor
9
Tidak berhalusinasi
10
Aku jatuh cinta
11
Aku kartu mu
12
Menunggu adik ipar
13
pusing
14
Peri kecilku
15
Marissa
16
Sangat tidak tahu malu
17
Kau memarahi ku
18
Es krim termanis
19
Tidak sengaja
20
Doaku menyertaimu
21
Bertemu di tempat kerja
22
Terlalu perhatian
23
Surat Wasiat
24
Obrolan keluarga
25
Diskors dari sekolah
26
Digigit
27
Rencana makan malam
28
Bergerak lagi
29
Dikira suami istri
30
Bertemu perempuan berjilbab
31
Aku masih hidup
32
Kekasihnya menginap
33
Hampir kebablasan
34
Posisi istimewa
35
Jangan rindukan aku
36
Belajar memasak
37
Galak
38
Surat Ervian
39
Tali cinta
40
Pengen jadi orang kaya
41
Diam-diam cemburu
42
Maafkan aku ibu
43
Curiga
44
Pengen di ganggu
45
Perempuan selalu benar
46
Kata-kata berbisa
47
Panas
48
Menemui dokter kandungan
49
Dokter sales
50
Kencan keluarga kecil
51
Akrab dengan temannya
52
Mimpi buruk
53
Dingin vs Panas
54
Jual mobil
55
Dandanan Alice
56
Makan malam bersama temannya
57
Ayo kita menikah
58
Gara-gara mimpi
59
Pencuci mulut
60
Kutu buku vs trendy
61
Joging membawa petaka
62
Sayang
63
Waw! kau seorang indigo?
64
Naik kereta + visual
65
Perkataan itu doa
66
Helena atau Shaina?
67
Konspirasi terselubung
68
Pria aneh
69
Pertanyaan keramat
70
Bioskop di rumah
71
Salah bicara
72
Serangga berbahaya
73
Ditikung teman
74
Di uji
75
Tante berbahaya
76
Hari yang melelahkan
77
Terluka
78
Merayu malam
79
Obrolan sebelum tidur
80
perasaan hati
81
keluarga besar Mama
82
Aku bukan tuan muda lagi
83
Penyesalan yang terlambat
84
Tolakan pertama
85
bullying
86
Kecewa
87
Merasa diabaikan
88
Diabaikan 2
89
Kalap mata
90
Di pecat
91
Semakin terpesona
92
Di kelabui
93
Menunggumu pulang
94
I Miss U
95
Adik Perempuanku
96
Ke pesta
97
Berdansa
98
pernyataan cinta lagi
99
Harem
100
Kebenaran
101
Orang jahat tercipta dari orang baik
102
Hari bahagia
103
Pilu
104
Rindu menyiksa batin
105
kekhawatiran sahabat
106
Hari baru
107
Berlibur
108
laki-laki tidak tahu terima kasih
109
Kekurangan ku
110
Mama #2
111
Mimpi
112
Menemui Mama
113
Bertamu
114
kemarahan seorang ayah
115
Kecemasan
116
Bermalam
117
Perpisahan lagi
118
Terungkap
119
Mengenali
120
Posesif
121
Kedua kalinya
122
Akhirnya...
123
pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!