...Helena kebingungan bagaimana ia bisa hamil padahal ia tidak melakukan hubungan intim dengan siapapun bahkan seorang teman laki-laki pun tidak punya....
...Ditambah lagi tidak seorangpun dari keluarganya terlihat kehadiran mereka membuatnya semakin takut dan cemas apalagi setelah mengetahui kondisinya sekarang dalam keadaan hamil, jadi mau tidak mau pilihannya ikut pemuda itu yang mengaku akan mengurusnya dan janinnya....
...Dalam koridor rumah sakit, Helena berjalan mengikuti langkah lelaki asing itu, namun langkahnya tiba-tiba terhenti oleh sebuah pantulan seorang perempuan yang terlihat di pantulan pintu yang berbahan dari kaca, ia keheranan dengan pantulan wanita itu yang selalu mengikuti gerakannya, Helena menyeringai, pantulan bayangan itu juga menyeringai, ia cemberut bayangan itu juga mengikuti sehingga tidak ada perbedaan gerakannya dengan pantulan tersebut, itu membuatnya ketakutan karena tidak ada perempuan lain selain dirinya yang berjalan di koridor rumah sakit....
Karena penasaran, Helena mencoba mendekati pada pintu dan pantulan wanita itu semakin terlihat jelas. perlahan dia mengamati setiap sudut pintu itu untuk memastikan bahwa ia sedang berhalusinasi atau ada orang lain yang sedang mengerjainya.
"AAAAA....!!" Teriaknya yang melompat ke belakang laki-laki itu.
"Kenapa?" tanya lelaki yang bersamanya.
"Hantu!!! a-ada hantu di sini!! Kalau tidak percaya lihatlah! bayangan itu terus mengikuti ku" Helena menunjuk ke pintu kaca itu.
"Ada-ada aja sih kamu! itu pantulan bayanganmu sendiri!" ujar lelaki itu.
..."Bu-bukan aku, itu bukan wajah ku" ringis Helena yang mendongakkan kepalanya dari belakang Joon....
Joon menarik Helena untuk berdiri di depan pintu yang berbahan kaca itu, "lihatlah! itu kamu!" kata Joon.
...Helena terkejut dan meraba wajahnya mengamati setiap sudut dengan ekspresi kebingungan, ia juga mulai memeriksa seluruh bagian tubuhnya, dari tangan sampai kaki, semuanya terlihat asing dan bukan tubuhnya....
"AAAA...! Siapa ini? Tubuh siapa ini? Kenapa bisa begini? ini bukannnn!!!". Helena meraba-raba wajahnya di depan kaca pintu.
Joon memeganginya agar tidak jatuh karena Helena bergerak-gerak tidak karuan, "Helena! tenangkan dirimu!" ujar lelaki itu.
Helena menghempaskan tangan lelaki itu darinya, "siapa kamu siapa? kenapa kau memegang ku dan siapa Helena?" tanya Helena, matanya penuh keheranan.
"Helena! ini aku Joon, adik iparmu!" kata lelaki yang bernama Joon.
"Joon? adik ipar? bagaimana bisa aku punya adik ipar, menikah saja belum?"
Helena mendorong Joon untuk menjauh tapi Joon menghiraukan perlakuan itu, ia tetap berusaha memegangi perempuan itu sehingga aksi dorong-mendorong mereka dilihatin oleh para suster atau pasien maupun orang lainnya yang melewati koridor rumah sakit itu.
"Pak Joon, sepertinya nyonya Helena mengalami amnesia" kata dokter setelah memeriksa keadaan Helena lagi.
Joon kembali membawa Helena diperiksa oleh dokter sebelumnya karena Helena jadi aneh dan tidak mengenali dirinya sendiri apalagi Joon.
"Saya tidak amnesia! saya ingat semuanya apa yang baru terjadi pada saya bahkan beberapa hari lalu saya sedang berbelanja lalu sebuah kabel terputus dan mengenai saya" sela Helena.
Matanya berpencar menilik setiap orang yang berada di ruangan itu termasuk orang-orang yang lewat di luar. Fisik mereka berbeda jauh dengan orang-orang ditempat asalnya.
"Hah?! Suara ku, bahasa ku juga? Bahasa apa yang ku gunakan ini? Bagaimana bisa aku disini? Apa yang terjadi???" Pekik Helena yang meringkuk di kursi pasien, Dokter dan perawat yang berada di ruangan itu tidak terkecuali Joon, lelaki yang sejak tadi bersamanya keheranan melihat sikap Helena.
Dokter dan joon melihat ke arah Helena. "Nyonya Helena shock ditambah lagi kejadian kemarin juga benar-benar telah membuatnya semakin terpuruk sehingga ia sekarang melupakan jati dirinya sendiri" jelas dokter.
"Saya bukan Helena! nama saya Shaina dan saya tidak melupakan apapun!" sergah Helena yang sebenarnya adalah Shaina.
Dokter dan Joon melihat dengan tatapan rasa kasihan terhadapnya.
"Boleh saya bawa pulang dokter? dan kami akan rutin mengecek kesehatannya lagi nanti" kata Joon.
"Pak Joon! saya bukan Helena tapi Shaina! kalau tidak percaya ya sudah aku mau pulang!!" lontar Helena.
Helena alias Shaina berlari ke luar rumah sakit tapi ia sangat terkejut dan heran dengan apa yang ia lihat, karena semuanya tampak berbeda dengan suasana kota asalnya bahkan orang-orang yang berlalu lalang adalah orang asing dengan fisik yang berbeda-beda.
"Di mana aku? kenapa tempat ini berbeda dengan kotaku?" gumamnya.
Joon mempercepat langkahnya untuk mengejar perempuan itu lalu mengajaknya pergi.
"Kita dimana? Kota apa ini sebenarnya?" Gumam Shaina.
Joon melirik Helena di sebelahnya, "Jangan khawatir kita masih di bumi" ketus Joon yang tersungging.
"Aku sungguh-sungguh bertanya..." Ringis Shaina yang memasang wajah sedihnya.
"Kita tinggal di Ausxxxx" tambah Joon.
Shaina terperanjat dan memegang sebelah kepalanya, ia tidak mengerti apa yang telah terjadi padanya.
Belum sempat berpikir ia sudah di tarik Joon untuk masuk kedalam taksi yang berhenti di depan mereka.
Kedua manik coklat Helena membesar serta mulut ternganga sambil bergumam, "dimana ini?" Lalu Shaina menampar pipinya, "Aaauuu!!" Pekiknya, "sakit" tambahnya.
Joon hanya memperhatikan setiap tindak-tanduk wanita itu tanpa menyahut setiap pertanyaan yang dilontarkan Shaina, beberapa menit kemudian taksi yang mereka berhenti di depan sebuah rumah. Joon keluar lebih dulu dan membuka pintu untuk Helena.
"Mama...!" seru dua anak kecil dari dalam rumah.
Sepasang anak kembar yang berusia sembilan tahun, mereka berlari memeluk Helena, tapi helena menghindari mereka.
"Anak siapa lagi nih? pakek panggil Mama lagi?" batin Shaina memperhatikan dua anak kembar didepannya.
"Siapa kalian?" tanya Helena.
Dua anak itu mengerjap, "Mama tidak ingat kami ya? aku Alfan Ma!" kata salah satu anak ini.
"Ma, ini Alice, Mama kenapa lupa?" tanya Alice
"Mereka anak-anakmu Helena" sambung Joon.
Helena terpaku, "Sejak kapan aku kawin sampai punya anak? tuan! aku bukan Helena tapi Shaina! namaku Shaina! ini bukan tubuh ku!" Helena mencengkeram kuat lengan Joon yang agak memohon.
Joon mengajak mereka semua masuk kedalam rumah, Shaina tidak menyerah ia terus menyakinkan Joon bahwa dia bukan Helena tapi Shaina hanya tubuhnya saja milik Helena sedangkan dirinya adalah Shaina.
"Terserah kau ini Helena, kau dan anak-anakmu akan tinggal di rumah ku demi kebaikan kalian, apalagi dengan keadaanmu seperti ini" ujar Joon.
"Aku tidak mau disini, aku mau pulang, keluargaku pasti mengkhawatirkan ku" gerutu Shaina.
Alice dan Alfan menangis karena berpikir mama mereka tidak menyukai mereka, apalagi Helena terus menggerutu sambil mengatakan dia bukan Helena tapi Shaina dan tidak mungkin memiliki anak.
"Diam!!! bisakah kalian diam? suara kalian semua sangat menggangu!" Joon menunjuk pada Helena "kau!!! siapapun dirimu aku tidak peduli kalau bukan istri kakakku aku tidak akan sudi menerimamu di rumahku!" berang Joon.
Hiks...Hiks...
Tangis anak-anak pun pecah karena Joon membentak mereka, Shaina pun ikut takut melihat orang itu juga memarahinya.
"Sial!!! Kenapa aku harus terjebak dengan orang-orang menyebalkan ini?". Joon duduk menyapu keras tengkuknya hingga ke depan kepalanya.
KRUUKK... KRUUKK!! (suara perut Shaina)
Joon menolehkan mukanya kearah Helena yang terlihat meringis.
"Kedapur sana! cari apa saja di dalam kulkas yang bisa kau makan!" tunjuk Joon.
Shaina beranjak dari duduknya menuju dapur yang ditunjukkan Joon, perutnya yang lapar Shaina mengabaikan mereka tuan rumah yang tidak menjamunya selayaknya tamu yang datang dimana akan disuguhi makanan atau minuman. Kebetulan dapur bersebelahan dengan ruang tamu Shaina tidak terlalu kesulitan untuk menemukan kulkas, meski rumah itu tampak sempit dan bergaya minimalis modern tapi semua furniturenya tertata dengan rapi sehingga terkesan nyaman.
PRANGG!!!!
Shaina terperanjat kaget kearah asal suara itu, sebuah piring makan telah hancur, terjatuh dari wastafel yang penuh dengan tumpukan peralatan makan dan minuman kotor. Suara piring terjatuh tidak hanya mengejutkan Shaina saja, tapi Joon dan anak-anak juga ikut menyusul ke dapur.
"Apa-apaan ini?" Tanya Joon, ia melempar pandangannya pada anak-anak, "siapa yang mengacaukan dapurku?! Apa yang kalian lakukan pada dapurku?" Pekiknya dengan mengarahkan pandangannya pada anak-anak itu.
Anak-anak itu terdiam sembari menundukkan wajahnya dari Joon, "maaf paman, kami lapar jadi memasak sendiri karena di kulkas tidak ada makanan" cicit Alfan.
Dengan cepat Joon memeriksa kulkasnya dan ia sangat terkejut melihat isi kulkasnya yang kosong karena ia lupa belanja.
Joon mendorong pintu kulkas dengan keras lalu kembali menyorot tajam anak-anak, ia berkata "Memasak? apa kalian berencana membakar rumahku? kalian kira mudah aku mendapatkan rumah ini?" Marah Joon.
"Tuan! mereka masih anak-anak, jangan dimarahin seperti ini!" sergah Shaina menyela kata-kata Joon yang tidak tidak senang dengan perbuatan Alice dan Alfan.
"Terserah!! Ini rumahku!! Aku tidak suka ada yang memberantakkannya !" berang Joon dan pergi.
Shaina yang merasa di persalahkan juga ia tidak tega melihat anak-anak itu menangis karena dimarahin paman mereka, dengan belaian lembutnya Shaina mengusap kepala mereka. "Tidak apa-apa, jangan nangis lagi, aku akan membantu membereskan ini" ucap Shaina.
Shaina mengumpulkan pecahan piring yang berserakan di lantai lalu membuangnya ke tempat sampah setelah itu ia cuci piring-piring yang menumpuk tidak lupa juga membersihkan kompor membereskan meja makan hingga semuanya bersih dan rapi akan dapur tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Ananda Trizna
roh yg tertukar ya thor.
2021-07-29
1
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ
salam kenal kak,
jgn lp mampir yach di novelku
Ryanthi ( Manisnya Kue, Pahitnya Kenyataan )
sama Pelangi Tanpa Warna.
semangat!!!
2021-05-07
1