KEBAHAGIAAN KECILKU
Brian Putra Sanjaya, umurnya 30 tahun. Pengusaha sukses di kota ini. Untuk menjadi pengusaha sukses, tentunya dia memulai semuanya dari nol setelah usaha ayahnya bangkrut, untuk sukses dia adalah orang yang sangat menghargai waktu. Baginya disiplin adalah nomor satu, jadi bagi siapapun yang berhubungan dengan dia, dan dia tidak pernah tepat waktu maka habislah dengannya kecuali ada keperluan yang mendesak dan tidak bisa ditunda.
"Brak !!" suara mobil Brian menabrak sepedah seseorang sampai dia terjatuh. "Nona, apakah tidak apa-apa? Apa perlu saya bawa ke rumah sakit?"
"Tidak perlu Pak, saya bisa ke rumah sakit sendiri Pak, saya juga buru buru. Permisi, Pak!" Gendis membungkukkan badannya dan segera membawa sepedahnya yang terlihat rusak akibat tabrakan.
"Aldo, saya menabrak seorang gadis, kamu cek CCTV pertigaan jalan dekat kantor kita, setelah itu kamu cari tau siapa dan alamat gadis itu. Saya harus mengganti sepedahnya, kamu paham kan?" Brian menelpon Aldo sekretarisnya.
"Siap Pak, laksanakan!"
"Bagus! Aku tunggu infonya segera!!" Brian menutup telpon Aldo.
Setelah diperintah oleh Brian, Aldo segera melaksanakan tugasnya dan kemudian menghubungi temannya yang kebetulan petugas lalu lintas.
"Hallo bro!" Sapa Aldo lewat telpon genggamnya.
"Bisa tolong cek rekaman CCTV dipertigaan depan kantor Brian gak? Kira kira 30 menit yang lalu lah."
"oke tunggu ya, aku cek dulu." jawab temannya Aldo singkat lewat telpon dan bergegas mencari rekaman CCTV yang dimaksud Aldo.
"thank you Bro !"
"You are wellcome."
Setelah rekaman CCTV itu dikirim, Aldo segera mencari tau tentang gadis itu.
"Pak, saya sudah mendapatkan info tentang gadis yang bapak maksud. Gadis itu tinggal di Jl. Flamboyan No. 05, dia dokter dan sekarang sedang bekerja di Rumah Sakit Harapan Sanjaya pak, namanya Gendis, Gendis Aurora Putri."
Jelas Aldo lewat telpon genggamnya.
"Oke, terima kasih infonya. Segera belikan sepedah yang terbagus di Negeri ini dan kirimkan ke alamat rumahnya, mengerti?"
"Siap mengerti Pak!"
Aldo pun melaksanakan tugas yang diperintahkan bosnya yang sekaligus sahabatnya itu.
"Aah Sial! Aku harus lembur lagi gara gara telat, kenapa aku harus pakek ditabrak pula sama bapak bapak itu" Gendis menghela nafasnya karena mendengus kesal.
"Mau bagaimana lagi, aku harus izin sama Kak Alvin. bagaimanapun malem ini gak bisa jaga toko karena dapat hukuman dari si manusia kejam itu."
"Halo Bos!" heeee... Saya mau izin kalau malam ini gak bisa jaga toko, ada pasien darurat."
"Itu terus jadi alasanmu! oke baiklah, tapi seperti biasa ya, gaji mu harus dipotong lagi."
"Oke gak masalah, aku terima konsekuensinya Bos."
"Kamu jaga baik baik itu ya pasiennya."
"Siap Bos!"
"Kelar urusan yang disana tinggal yang disini, mari kita lembur malam ini." batin Gendis yang mulai menerima keadaan.
Seperti biasa rutinitas yang dilakukan Gendis di rumah sakit, menyambut, menerima, dan mengobati pasiennya.
Gendis adalah salah satu dokter muda yang berprestasi, selalu terlihat unggul diantara teman temannya sampai teman temannya dibuat iri olehnya. Tapi, banyak pula yang memujinya.
Banyak dokter-dokter senior yang mengagumi ketangkasannya sebagai dokter muda, bahkan tidak segan memujinya di depan umum, karena memang Gendis berbeda dari yang lainnya.
"Gendis jangan lupa hukuman mu tetap berjalan ya, walaupun kamu dokter muda terbaik disini."
"Siap dokter, saya akan bertanggung jawab dengan kesalahan saya."
"Nanti malam saya ada operasi, saya meminta kamu untuk mendampingi saya dan team, dan saya mau hasil operasi nanti malam kamu konsultasikan kepada saya."
"Siap Dokter!"
"Tugas lagi, tugas lagi!" umpat Gendis.
"Apa Gendis? Kamu keberatan?"
"Enggak dokter, saya gak bilang apa-apa, cuma keselek dikit tadi."
"Hmmmmm... Dasar anak muda zaman sekarang." umpat dokter senior kemudian meninggalkan Gendis.
"Aaaahhhhh... Leganya, akhirnya pergi juga si dokter killer itu." Gendis menarik nafasnya dengan lega.
"Oke, saatnya lembur dan bertempur malam ini." sambung Gendis dalam hatinya.
Dokter Vian adalah salah satu dokter senior yang paling killer diantara dokter lainnya, dokter yang banyak dikagumi oleh kaum hawa, dokter yang gak pernah pelit ilmu, saking gak pelitnya dia selalu mencari cara untuk mengetes dokter muda yang bekerja di rumah sakit ini.
"Kode blue kode blue, terjadi kecelakaan beruntun. Pasien akan segera di larikan ke Rumah Sakit Harapan Sanjaya. Diharapkan agar bersiap!"
Tanpa aba-aba, Gendis pun langsung berlari menuju IGD. Dimana pasien mulai berdatangan, dengan sigap Gendis dan dokter lainnya segera mengambil tindakan. Mereka semua berhamburan di ruang IGD, untuk menyelamatkan dan melindungi pasien. Segala profesi dan sumpah dipertaruhkan setiap tindakan yang mereka lakukan.
Disaat para dokter dan perawat berlarian kesana kemari untuk menyelamatkan para korban, tanpa disadari Gendis, ada dua sepasang mata yang memperhatikan Gendis, ya siapa lagi kalo bukan Brian. Brian tidak sengaja mampir ke rumah sakit milik neneknya untuk melihat keadaan rumah sakit dan administrasi rumah sakit.
"Ternyata gadis itu keren juga kalau diperhatikan, apalagi dalam kondisi gawat seperti ini." Brian diam-diam mulai mengagumi Gendis.
"Pak, Bapak disini ?" Salah satu staf mengagetkan pandangan Brian kepada Gendis.
"Iya, saya mau bertemu dengan direktur, tolong sampaikan ke bagian administrasi, nanti saya keruangan mereka, dan tolong siapkan semua laporan keuangan. Saya mau mlihatnya!"
"Baik,.Pak!"
Brian meninggalkan staf tersebut, dan pergi ke ruangan direktur rumah sakit neneknya.
Belum sempat Brian mengetuk pintu ruangan direktur, tiba-tiba pintu terbuka oleh Pak Jo. Pak Jo adalah nama Direktur Rumah Sakit Harapan Sanjaya, dia adalah orang kepercayaan neneknya untuk memimpin rumah sakit miliknya.
"Brian?" Pak Jo terkejut melihat kedatangan Brian tanpa memberi tahunya. "Apa kabar?" sambung Pak Jo dengan menjabat tangannya kepada Brian.
"Baik Pak Jo, bagaimana dengan Bapak?"
"Saya baik, ada angin apa yang membawa Nak Brian kemari?"
"Heeee... Saya kemari kebetulan mampir Pak, kemudian ingat kata nenek, untuk sering-sering berkunjung kemari."
"Owh begitu, baiklah nak, mari masuk dan duduk didalam!"
Pak Jo dan Brian membahas tentang perkembangan rumah sakit untuk kedepannya agar lebih baik. Dirasanya cukup untuk Brian, Brian pun izin pamit untuk pulang.
Tidak lupa Brian mampir ke ruang administrasi tanpa sepengetahuan Pak Jo untuk mengecek data keuangan yang sudah disiapkan oleh bagian administrasi rumah sakit.
"Bagaimana? Sudah disiapkan data-datanya?"
"Sudah Pak, silahkan di cek." Jawab salah satu staf keuangan yang mengurusi keuangan bagian rumah sakit.
Brian mulai mengecek satu-persatu, sampai pada akhirnya Brian melihat data yang tidak sesuai hingga akhirnya Brian merasa penasaran dan curiga, apa yang sedang terjadi dengan rumah sakit neneknya.
"Ada yang gak beres dengan keuangan disini, seperti banyak nominal yang gak sesuai. Hmmmm... Aku harus bermain cantik dan tidak boleh gegabah untuk membongkar kasus ini." Batin Brian
"Oke, saya rasa cukup datanya dan tolong berikan soft copy nya pada saya." Brian menyodorkan Flashdisk nya ke staf tersebut.
"Baik Pak...." Staf tersebut menerima Flashdisk dan segera memindahkan data keuangan itu ke Flashdisk.
Setelah softcopy tersimpan, Brian meninggalkan ruangan administrasi. Saat berjalan menuju pintu utama, tak sengaja Brian menabrak Gendis.
"Auuuuu...." Gendis mengerang kesakitan sambil memegang lengannya yang sakit karena ditabrak dan sekarang tertabrak lagi, ditambah lagi menangani beberapa pasien kecelakaan. "Bapak lagi?" mata Gendis terbelalak setelah tahu yang menabraknya adalah orang yang menabraknya tadi pagi.
"Maaf, maaf! saya gak sengaja..." Brian sambil memohon.
"Bapak bisa gak sih kalau jalan lihat-lihat, dua kali ini saya bertemu dengan Bapak dan Bapak selalu menabrak saya. Bapak tau gak? Itu sangat merugikan saya."
"Oke kalo gitu, saya akan ganti rugi, silahkan sebut saja nominalnya saya akan menggantinya dengan uang cash atau transfer." gaya sombongnya Brian.
"Bapak pikir semuanya bisa diganti dengan uang apa? gak segampang itu Pak !!!" nada tinggi Gendis karena kesal dengan Brian.
"Dia pikir emang dia siapa, mentang-mentang orang kaya seenaknya mengganti semuanya dengan uang!" umpat Gendis kemudian meninggalkan Brian.
"Lah salahku di mana? emang salah kalo aku ganti pakek duit, ah bodok amat ! pusing amat gue mikirnya." umpat Brian sambil meninggalkan koridor pertemuan Gendis dengan Brian yang kedua kalinya setelah kecelakaan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Dahminar Minar
kayaknya bagus mantau dulu thor
2022-04-12
1
Quora_youtixs🖋️
like buat karyamu kak
feedback balik
2021-04-03
1
👑⁹⁹Fiaᷤnͨeͦ🦂
Sabar Brian, cewe emang gitu kok 😂
Tapi ya, kalau ganti rugi kan biasanya pake uang 🤔
Gendis maunya ucapan permintaan maaf aja gitu ya? 😅
2021-03-12
1