Rencana Aldo untuk Brian dan Gendis

Setibanya Brian di kantor, lagi lagi Brian dikagetkan kembali oleh kedatangan Aldo yang secara tiba-tiba, "Bro! Ada kabar terbaru!" Aldo yang menepuk bahu Brian, membuat Brian terkejut.

"Astagaaa! Bisa lebih slow lagi gak sih?"

"Enggak, lagi lo pagi-pagi udah bengong aja, kesambet nanti.."

"Enak aja bengong, lo aja yang selalu buat orang syok, udah kaya hantu aja lo mah, jadi tujuan lo kesini ada apa?"

"Sistem lacak kita sudah mendeteksi siapa dalangnya Pak Jo?"

"Siapa?"

"Dirgantara Grup. Kamu tau siapa dia?"

"Musuh bisnis kita."

"Gak cuma itu bro! ternyata dia adalah ayah dari cewek yang deket sama lo itu, yang namanya Gendis."

"Seriusan lo?"

"Adakah tampang gue buat bercanda?"

"Buktinya?"

"Gue sudah suruh semua team kita buat melacaknya, dan ternyata dia itu memang Ayah Gendis." Aldo mulai menjelaskan.

"Semenjak istrinya meninggal, dia diisukan menikah lagi setelah tiga hari kematian istrinya. Dia berubah menjadi orang yang kasar, sampai pada waktunya Gendis diusir dari rumah." Sambung Brian dengan mengetuk-ngetukan jari telunjuknya dimeja kerja Brian.

"Terus?"

"Gendis keluar dari rumahnya dan mulai menyusun karirnya, termasuk kuliah kedokteran lewat jalur beasiswa dan kerja paruh waktu untuk biaya hidupnya." Brian melanjutkan kembali pembicaraannya.

"Kenapa jadi bahas Gendis?"

"Yakin gak tertarik lagi?"

"Aldo aku serius!"

"Aku juga serius, bro. Tapi, tapi memang ada sesuatu yang ditutupi oleh Dirgantara Group dan kita harus menggali informasinya lebih dalam lagi."

"Terus rencana mu apa?"

"Perlahan, kamu dekati Gendis. Pasti dia tau kelebihan dan kekurangan ayahnya."

"Jadi maksudmu?"

"Ya ampun, kok masih nanya sih? Kamu dekati Gendis, setelah kamu dekat dengan dia, kamu tanya tanya informasi tentang ayahnya, pasti dia tau kekurangan dan kelebihannya, bagaimanapun dia kan anaknya." Aldi menjelaskan.

"Syukur-syukur, kamu dapat anaknya." Sambung Aldo dengan tawanya.

"Sialan kamu! kamu mau deketin aku sama anaknya atau emang mau cari informasi tentang Dirga?"

"Dua-duanya, tapi kali ini kamu harus berkorban bro, demi rumah sakit nenek bro."

Brian terdiam dan memikirkan tawaran Aldo, antara ingin menolak atau tidak. Karena Brian tidak mau, jika suatu hari nanti Gendis tahu rencananya hanya memanfaatkan nya untuk urusan bisnis akan terbongkar dan jadi salah paham diantara mereka.

"Sudah gak usah banyak pertimbangan, keuntungannya banyak tahu." Aldo merayu Brian.

"Ini bisa jadi alasan kamu buat PDKT dengan Gendis, syukur-syukur bisa sampai dapatin dia? Inget bro, kita melakukan ini hanya untuk membuka kebenaran apa yang terjadi dibalik rumah sakit nenek kamu dan Dirgantara Group.

Brian kembali berfikir dan akhirnya mengiyakan rencana Aldo.

"Tapi, kalau urusan PDKT, aku gak bisa kasih komentar apapun ya? itu urusan kamu !"

"Tenang saja, aku punya cara sendiri."

"Apaan?"

"Rahasia dong ! kerja sana !"

"Awas kamu ya? eh iya hampir lupa, ini ada undangan pesta ulang tahun Pak Bram. Ingat gak? Sama anaknya yang perempuan, namanya Dinda. Cewek yang cinta mati sama kamu." Aldo mengingatkan kembali tentang Dinda kepada Brian dan membuat Brian merasa ilfil.

"Ingatlah! kenapa memangnya?"

"Aku cuma gak bisa ngebayangin saja, kalau nanti dia ketemu kamu lagi, apa reaksinya?"

"Kalau gitu, kamu saja yang berangkat!"

"Kali ini gak bisa bro, kamu harus berangkat! Karena Pak Bram adalah salah satu investor terbesar di perusahaan kita, dan yang kedua ini kesempatan kamu buat ajak Gendis malam mingguan. Hahahaha...."

"Sialan kamu! Ngeledek aku terus ya. Hari ini ada rapat gak?"

"Ada! Jam sepuluh kita rapat dengan beberapa staf, untuk evaluasi pengembangan proyek di Singapura, jam dua siang ada pertemuan di Restoran Amuz dengan Pak Handoko untuk membahas proyek yang di Bogor, dan kemungkinan minggu depan kita terbang ke Singapura untuk melihat perkembangan proyek disana pak."

"Oke siapkan berkasnya, jangan lupa kasih tau ke mereka lima belas menit lagi saya ke ruang rapat."

"Siap Pak, laksanakan tugas!"

Aldo adalah orang yang sangat profesional, dia selalu menempatkan kondisi apapun dimana tempatnya. Termasuk saat bertemu atau bermain dengan Brian.

Aldo dengan sigap langsung memberikan informasi kepada karyawannya yang akan mengikuti rapat melalui pesan singkat grup perusahaan.

"Lima belas menit lagi kita berkumpul di ruang rapat, diharapkan hadir tepat waktu dan membawa hasil laporan yang sudah saya perintahkan! Terimakasih."

Aldo

Dan semua karyawan yang bersangkutan segera membalas pesan yang disampaikan Aldo secara bersamaan, "Siap Pak!"

Rapat dimulai, semua terlihat serius saat melaporkan dan membahas satu persatu tentang permasalahan yang terjadi didalam proyek tersebut sampai menemukan solusi.

"Okey finish! Hasil rapat hari ini. Saya harap kedepannya tidak ada masalah lagi. Untuk minggu depan, saya akan ke Singapura untuk melihat kondisi disana, dan terimakasih atas waktunya." Brian berdiri dan meninggalkan ruang rapat yang kemudian diikuti oleh Aldo.

"Aldo, siapkan berkas untuk pertemuan kita dengan Pak Handoko!"

"Sudah siap pak!"

"Oke, kita berangkat jam satu siang."

"Siap Pak!"

Di rumah sakit Gendis dan Fira sedang menangani keluarga pasien yang sama sekali tidak mau mendengar penjelasan Gendis dan Fira, sedangkan pasiennya harus segera mendapatkan penanganan.

Keluarga pasien yang begitu marah dengan Gendis, tiba-tiba mendorong Gendis hingga terjatuh.

"Kamu jangan macam-macam dengan ibu saya? Saya bisa menuntut kamu dengan kasus malpraktik."

"Ndis, kamu tidak papa kan?" Fira membantu Gendis berdiri.

"Enggak papa Fir," jawab Gendis kepada Fira.

"Bu... Saya jelaskan dulu sebentar, agar ibu mengerti dan tidak salah paham?"

"Jadi, dokter mau bilang kalau kami bodoh? Saya tahu, dokter hanya membodohi kami kan? Apa gunanya kami memberikan anda uang, kalau anda tidak bisa menyelamatkan ibu kami?"

"CUKUP!!!" Gendis berbicara dengan nada agak tinggi. "Dengarkan saya atau anda membuat proses kematian ibu anda lebih cepat!"

"Owh, berani mengancam rupanya...! Siapa yang punya rumah sakit ini? Saya akan menuntut kalian dengan tuduhan malpraktik."

"Bagaimana ibu bisa berfikir kami melakukan malpraktik, sedangkan kami saja belum melakukan tindakan apapun! Kalau ibu tidak terima dengan penanganan kami, ibu bisa keluar dari rumah sakit ini dan cari rumah sakit lain!" Bentak Fira yang mulai kesal dengan keluarga pasien.

"Kamu tidak perlu ikut campur, ini urusanku dengan dokter bodoh ini!" tangannya yang menunjuk Gendis.

"Bagaimana bisa, kami tidak ikut campur dengan apa yang sudah anda lakukan terhadap karyawan kami?" Tanya Brian yang barusan datang.

"Apakah anda yang punya rumah sakit ini?"

"Tidak perlu anda tahu siapa saya, yang jelas anda salah dan segera minta maaf dengan dokter kami!!" Nada bicara Brian yang mulai naik.

"Maksud anda apa? Dokter ini jelas jelas tidak becus menangani ibu saya!"

"Lalu, bagaimana dengan anda? sudah becuskah anda menjaga ibu anda? Coba ibu perhatikan orang yang terbaring disana! PERHATIKAN !!!" Brian membalikan badan keluarga pasien itu, tepat sejajar dengan matanya.

"Pilihannya hanya dua, segera ditolong dan selamat atau tidak ditolong dan segera mati!!!"

"Hanya orang bodoh yang selalu menyalahkan orang lain, hanya orang bodoh yang tidak mau mendengar penjelasan orang lain, dan hanya orang bodoh yang memikirkan dirinya sendiri!" Sambung Brian.

"Tugas dan sumpah seorang dokter adalah menyelamatkan pasiennya, ada banyak ribuan pasien diluar sana yang selamat dengan tangan ini, kecuali takdir yang tidak bisa kami tolak." kata Gendis mendekati keluarga pasien itu.

"Bu, jika anda tidak bersedia ibu anda dirawat oleh kami, tidak masalah. Dan yang harus ibu ingat, membuat drama seperti tadi, itu akan hanya membuang buang waktu kami, karena ada banyak nyawa yang harus kami selamatkan dalam waktu singkat." Sambung Gendis kembali dan membuat pasien itu bergetar tanda membenarkan yang dikatakan Gendis dan Brian.

Keluarga pasien yang merasa bersalah dan sadar akibat tindakan yang dia lakukan dirumah sakit, sangat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, akhirnya meminta maaf kepada Gendis dan Brianm

Awalnya Brian yang hanya mampir untuk sekedar melihat keadaan rumah sakit, tiba-tiba dikejutkan dengan kejadian tidak terduga dirumah sakit, dan itu membuat Brian turun tangan langsung.

"Terimakasih Pak Brian, sudah membantu kami," kata Gendis setelah menangani pasiennya.

"Lama banget sih Yan, ngapain aja kamu di dalam?"

"PDKT " jawab Brian singkat karena Brian tau, Aldo pasti gak cukup sekali bertanya kalau tidak dijawab. "Ya sudah, yuk l jalan, udah telat kita!"

"Gas bro!!"

Setibanya di Resto Amuz rupanya Pak Handoko dan sektretaris nya yang sudah menunggu. Brian berlari untuk menghampiri Pak Handoko dan meminta maaf karena terlambat. "Maaf sekali bapak, saya terlambat, kebetulan tadi ada masalah sewaktu saya dijalan..." jelas Brian dengan membungkukkan badannya, begitupun dengan Aldo.

"Tidak masalah Pak Brian, biasanya selalu anda yang menunggu saya."

"oke baiklah kalau begitu Pak, bisa kita lanjut atau kita makan dulu?"

"kita lanjut saja Pak, kebetulan saya sudah makan siang dan saya ada perlu lagi setelah ini"

Pertemuan Pak Handoko dan Brian akhirnya berjalan dengan lancar, semua dibahas satu persatu tentang rencana pembangunan Hotel Bintang Lima yang di Bogor, dan segera diresmikan bulan depan. Setelah semuanya selesai Pak Handoko akhirnya izin pamit dan segera melanjutkan perjalanannya.

Terpopuler

Comments

👑⁹⁹Fiaᷤnͨeͦ🦂

👑⁹⁹Fiaᷤnͨeͦ🦂

Aku datang lagi kak, semangat!

2021-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!