Mengejarmu

Mengejarmu

BAB 1

Qirani tersenyum sendiri. Raut wajahnya tampak sangat bahagia. Sesekali jari jemarinya mengukir sebuah nama di kaca jendela setelah menghembuskan udara dari mulutnya ke jendela tersebut. Dan itu dilakukannya beberapa kali, hingga tanpa disadarinya, seorang wanita paruh baya sudah berdiri di belakangnya dan berujar dengan suara lembut, "Heemmm.... Ada apa ini? Kenapa gadis cantik bunda hepi banget? Bunda jadi kepo nih...."

Gadis berparas cantik itu tampak tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Terlihat dari bagaimana dirinya tersenyum lebar dan menjawab, "Mas Galih mau ajak Qiran ke pesta ulang tahun temennya. Ini yang pertama kalinya dia ngajak jalan Qiran setelah jadi pacarnya." Wanita yang menyebut dirinya bunda itu tersenyum senang, lalu berkata, "Oh ya?.... Mmm, kayaknya ada peer nih buat bunda. Nyari gaun pesta buat gadis cantik bunda. Coba bunda liat nanti, ada berapa sisa uang kas kita bulan ini yaaa.... "

Qirani menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Nggak usah pake uang kas, Bun. mas Galih mau beliin gaun buat Qiran, koq," tanggapnya dan itu membuat sang bunda menjadi semakin penasaran. "Wah, dia baik sekali yaaa.... Ngomong-ngomong, Mas Galih ini secakep apa ya? Apa wajahnya sama cakepnya dengan hatinya?"

"Banyak yang suka sama dia, setiap dia datang jemput Qiran di sekolahan, temen-temen selalu pingin ngeliat dia lebih dekat. Ya, dia cakep, Bun... mahasiswa kampus deket sekolah Qiran, " sahut Qirani dengan senyum yang semakin lebar. Terlihat jelas ada satu kebanggaan yang tersirat di wajahnya, kedua matanya pun tampak berbinar.

Bunda pun merasa ikut bahagia melihat Qirani, "Ya ya ya, semoga dia beneran bisa jagain kamu dan sayang sama kamu ya...." tuturnya sembari menepuk halus pundak gadis berkulit bersih di hadapannya tersebut. "Amin amin amin.... " timpal Qirani sembari menengadahkan telapak tangannya ke arah atas.

"Jadi kapan acaranya?" tanya bunda sembari menyisir rambut ikal Qirani dengan jari-jarinya. Tanpa sengaja, Qirani melirik ke arah jam dinding barulah menjawab, "Nanti malam, bun.... Jam 8 mas Galih jemput kesini. Nggak papa kan, Bun?" Bu Rima, sang bunda, menghentikan menyisir rambut Qirani dan menjawab, "Tentu saja.... Kenapa nggak boleh? Bagus malah, dari awal dia sudah tau keadaan kamu yang sebenarnya. Yang penting, kamu nyaman...." Dan Qirani pun memeluk wanita paruh baya itu dengan raut wajah yang bahagia, "Makasih ya Bun...."

"Nah, sekarang, sebelum mas Galih mu datang, apa kamu mau bantu bunda mencuci baju adik-adikmu?" Ujar Bu Rima, yang langsung ditanggapi Qirani dengan penuh semangat, "Kenapa nggak?.... Ayo, Qiran bantu!"

JAM 19.40 WIB

"Mas, gaun ini.... Apa nggak terlalu terbuka? Aku risih makenya." Kata Qirani yang merasa tak nyaman dengan gaun pemberian dari Galih, yang sekarang sedang dikenakannya tersebut. Sebuah gaun berwarna biru langit, sepanjang mata kaki, dengan belahan dari paha sampai ke bawah kaki kirinya. Bagian depan kerah berbentuk lipatan bertumpuk sampai ke dada dan dihiasi beberapa manik berwarna pelangi yang di pasang acak dari kerah hingga perut. Lengannya yang panjang namun terbelah dari pangkal bahu sampai pergelangan tangan, membuat kulit putih Qirani terlihat jelas. Bagian belakangnya yang seperti berlubang besar itu memperlihatkan punggung indah nan putih milik Qirani.

"Ini sangat cocok buat kamu. Sudah, pede aja...." Kata Galih mencoba membuat Qirani nyaman. Saat memilihnya di mall tadi aku yakin gaun ini pasti cocok buatmu, dan benar saja, aku hampir-hampir nggak ngenalin kamu pas kamu keluar dari kamar ganti tadi. Cantik banget! Puji Galih dari dalam hati. Kemudian, Galih pun menggenggam jari jemari kekasihnya, dan membawanya menuju sebuah pintu kayu dengan ukiran yang unik nan indah.

Begitu pintu dibuka oleh petugas keamanan yang berjaga, Qirani seketika membuka mulutnya dan membelalak terpukau. Gemerlap lampu warna warni diiringi musik yang syahdu mendayu-dayu artis Malaysia membuat Qirani merasa takjub. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ini, Qirani baru menghadiri sebuah pesta ulang tahun yang sangat indah. Biasanya, hanya main lempar telor dan lainnya untuk merayakan ulang tahunnya dan teman-temannya. Diakhiri acara makan-makan di kafe kecil atau fast food.

Genggamannya semakin sangat erat dalam tangan Galih, sang pacar. Qirani merasa bersyukur atas apa yang Galih lakukan untuknya saat ini. Ia jadi mengetahui seperti apa pesta ulang tahun orang kaya. "Kamu suka?.... Lihat, gaunmu sesuai kan dengan acara ini? Banyak yang lebih terbuka dari gaunmu." Bisik Galih sembari mendekat ke telinga Qirani.

Qirani mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ya, benar apa yang dikatakan oleh Galih. Di ruangan yang luas ini, para gadisnya mengenakan gaun mirip seperti dirinya dan bahkan ada yang lebih terbuka dari yang dikenakannya. "Sekarang, kamu harus percaya diri ya. Sini, aku antar kamu ke tempat prasmanannya. Kamu pasti suka, banyak menunya dan enak-enak lho," ajak Galih sembari menarik tangan kekasihnya tersebut ke arah meja yang panjang dengan banyak pilihan sajian.

Lagi-lagi, Qirani terpesona. Namun kali ini bukan karena para tamu yang mengenakan gaun bagus dan indah. Ia terpesona dengan menu makanan yang begitu beragam di satu meja berbentuk oval dan memanjang di tengah ruangan. Di meja itu, banyak sekali menu makanan yang biasanya hanya bisa ia lihat melalui acara-acara televisi bertema kuliner. Air liurnya hampir-hampir menetes.

"Makan yang kamu mau. Disini gratis...." Bisik Galih dengan sedikit geli melihat bagaimana Qirani tampak tergiur menatap apa yang ada di hadapannya. "Hah? Benaran?.... Apa boleh buat adik-adikku juga?" Tanggap gadis itu yang seketika menatapnya dengan mata yang berbinar dan raut wajah antusias, merasa mendapatkan kesempatan menikmati sesuatu yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.

"Aahh, kalo itu sih, hehehe.... Gimana ya.... " Galih merasa tak enak hati untuk bicara jujur, ia sengaja menggantung kalimatnya dengan ekspresi wajah canggung. Yah, masa iya mau ngebungkus gitu? Adiknya kan banyak.... Ini kan bukan acara sembarangan, kalo sampai ketauan, bisa malu aku.... Cantik-cantik terlalu polos nih!

"Oh, maaf...." Qirani merasa tahu diri melihat raut wajah Galih. Bersamaan dengan permintaan maafnya, wajah bersemangatnya tadi menghilang. Dan itu membuat Galih merasa bersalah dan tak enak hati, "Nggak papa, lain kali aku akan traktir kamu dan adik-adikmu ya. Sekarang, kamu pilih aja dulu ya... Aku mau kasih kado ini dulu ke yang ulang tahun," ujar Galih akhirnya demi menebus rasa bersalahnya. Qirani pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Oke, kalo begitu aku pergi sebentar ya. Inget ya, jangan kemana-mana. Tunggu disudut meja ini nanti, biar aku gampang nemuin kamunya." Sambung Galih sebelum melangkah pergi. Qirani mengangguk untuk kedua kalinya. Dan Galih pun segera berlalu.

Setelah Galih menjauh, Qirani mengambil piring kecil di dekatnya berdiri. Satu persatu camilan di meja ia pindahkan sepotong sepotong ke piring kecilnya. Menggeser kakinya ke sisi yang lain, dan memilih kembali. BUUGGG!! Saking fokusnya memilih camilan, Qirani menubruk seseorang di sampingnya. "Adduuhhh...." Keluhnya begitu dia hampir terhuyung jatuh. Untungnya Qirani dengan cepat memegang tepi meja, hingga tak sampai terjatuh ke lantai.

"Kemana matamu, hah?!" Sebuah teguran dengan nada kasar terdengar begitu dekat di hadapannya. Qirani mengangkat wajah dan melihat siapa yang begitu kasar. "Aahh.... Maaf! Maaf...." ucap Qirani begitu mendapati seorang laki-laki muda yang sedang menatapnya dengan tajam. Ditambah, Qirani melihat di sweater rajut berwarna kuning milik laki-laki itu terkena tumpahan minuman yang dibawanya. "Ma-maaf... Ma-maaf... " Suara Qirani bergetar. Ia menarik beberapa tissue yang berada dimeja saji. Mencoba mengelap bekas tumpahan minuman di pakaian orang tersebut. Tangan Qirani gemetaran. Matanya tajam banget.... Kayak pingin bunuh orang.

"Hei, gadis cantik! Jangan gemetaran gitu, biarin aja. Sweaternya tinggal dibuang ini, koq." Muncul dua orang laki-laki muda lainnya dari arah samping Qirani. Qirani tak berani menoleh. Wajahnya tampak pucat pasi.

"Apa dia nggak kenal Arga?" Kata salah satu pemuda yang baru datang itu dengan kening berkerut dan senyum sinis yang tersungging di sudut bibir kepada pemuda yang satunya. "Cewek, kamu nggak kenal Arga?" Laki-laki muda yang satu lagi itu menurunkan wajahnya dan menatap Qirani yang semakin tampak ketakutan.

"Ar-Arga s-si-siapa?" Qirani balik bertanya dengan nada suara yang makin gemetar. Tak bisa berbohong, Qirani benar-benar ketakutan. Orang yang ditabraknya menaikkan satu alisnya dengan tatapan galaknya dan tampak sinis. Dua orang yang ditabraknya melongo tak percaya dengan pertanyaan Qirani.

"Hahaha!!!"

"Hahaha!!!" Seketika kedua laki-laki muda yang mungkin seumuran dengan Galih itu langsung tergelak terbahak-bahak. Sedangkan yang berada di hadapan Qirani semakin tampak galak dan tak senang. Sesaat mata keduanya beradu pandang, namun di detik berikutnya Qirani langsung menundukkan kepalanya. "Ternyata ada juga cewek yang nggak kenal siapa Arga Ekadanta, ckckck.... Cewek, kamu tinggal di belahan dunia mana? Antartika?" ujar salah satu pemuda di hadapan Qirani.

Qirani merasa begitu pusing dengan apa yang terjadi. Ia ingin segera keluar dari tempat tersebut. Sesekali matanya menatap sekeliling. Mencari sosok Galih. "Kemana matamu melihat, hah? Apa kamu nggak anggap aku ada, hem?" tegur laki-laki muda yang bertubrukan dengannya bernama Arga Ekadanta sambil memegang kedua pipi Qirani dengan satu tangannya agar menghadap ke arahnya.

"Sa-sakit... " keluh Qirani yang merasa pipinya kesakitan karena ditekan sedemikian rupa.

"Ga, ini kayaknya bisa jadi mainan baru.... Pasti seru. Apalagi dia cantik banget. Kulitnya juga putih mulus. Kamu mau main?" Usul Doni Permana, satu dari laki-laki muda di sisi Qirani. "Wah, bener! Pasti seru.... Taruhan sejuta buat bagian pentingnya, gimana? Kalian setuju?" Sambung Indra Wijayanto, satu dari laki-laki muda yang lainnya.

Qirani melirik ke arah ketiganya bergantian. Dua orang disisinya menatap dirinya seolah-olah sebuah makanan lezat. Satu di depannya menatapnya dengan tatapan ingin membunuhnya. Qirani bergidik ngeri. Seketika ia sangat menyesal menerima ajakan Galih untuk menghadiri acara tersebut. Ia menyesal kenapa begitu bahagia memasuki ruangan yang penuh warna ini. Ia menyesal begitu ingin menikmati setiap camilan yang ada di hadapannya kini. Mas Galih, aku pingin pulang....

Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112-1
113 Bab 112-2
114 Bab 113
Episodes

Updated 114 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112-1
113
Bab 112-2
114
Bab 113

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!