Mengejarmu
Qirani tersenyum sendiri. Raut wajahnya tampak sangat bahagia. Sesekali jari jemarinya mengukir sebuah nama di kaca jendela setelah menghembuskan udara dari mulutnya ke jendela tersebut. Dan itu dilakukannya beberapa kali, hingga tanpa disadarinya, seorang wanita paruh baya sudah berdiri di belakangnya dan berujar dengan suara lembut, "Heemmm.... Ada apa ini? Kenapa gadis cantik bunda hepi banget? Bunda jadi kepo nih...."
Gadis berparas cantik itu tampak tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Terlihat dari bagaimana dirinya tersenyum lebar dan menjawab, "Mas Galih mau ajak Qiran ke pesta ulang tahun temennya. Ini yang pertama kalinya dia ngajak jalan Qiran setelah jadi pacarnya." Wanita yang menyebut dirinya bunda itu tersenyum senang, lalu berkata, "Oh ya?.... Mmm, kayaknya ada peer nih buat bunda. Nyari gaun pesta buat gadis cantik bunda. Coba bunda liat nanti, ada berapa sisa uang kas kita bulan ini yaaa.... "
Qirani menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Nggak usah pake uang kas, Bun. mas Galih mau beliin gaun buat Qiran, koq," tanggapnya dan itu membuat sang bunda menjadi semakin penasaran. "Wah, dia baik sekali yaaa.... Ngomong-ngomong, Mas Galih ini secakep apa ya? Apa wajahnya sama cakepnya dengan hatinya?"
"Banyak yang suka sama dia, setiap dia datang jemput Qiran di sekolahan, temen-temen selalu pingin ngeliat dia lebih dekat. Ya, dia cakep, Bun... mahasiswa kampus deket sekolah Qiran, " sahut Qirani dengan senyum yang semakin lebar. Terlihat jelas ada satu kebanggaan yang tersirat di wajahnya, kedua matanya pun tampak berbinar.
Bunda pun merasa ikut bahagia melihat Qirani, "Ya ya ya, semoga dia beneran bisa jagain kamu dan sayang sama kamu ya...." tuturnya sembari menepuk halus pundak gadis berkulit bersih di hadapannya tersebut. "Amin amin amin.... " timpal Qirani sembari menengadahkan telapak tangannya ke arah atas.
"Jadi kapan acaranya?" tanya bunda sembari menyisir rambut ikal Qirani dengan jari-jarinya. Tanpa sengaja, Qirani melirik ke arah jam dinding barulah menjawab, "Nanti malam, bun.... Jam 8 mas Galih jemput kesini. Nggak papa kan, Bun?" Bu Rima, sang bunda, menghentikan menyisir rambut Qirani dan menjawab, "Tentu saja.... Kenapa nggak boleh? Bagus malah, dari awal dia sudah tau keadaan kamu yang sebenarnya. Yang penting, kamu nyaman...." Dan Qirani pun memeluk wanita paruh baya itu dengan raut wajah yang bahagia, "Makasih ya Bun...."
"Nah, sekarang, sebelum mas Galih mu datang, apa kamu mau bantu bunda mencuci baju adik-adikmu?" Ujar Bu Rima, yang langsung ditanggapi Qirani dengan penuh semangat, "Kenapa nggak?.... Ayo, Qiran bantu!"
JAM 19.40 WIB
"Mas, gaun ini.... Apa nggak terlalu terbuka? Aku risih makenya." Kata Qirani yang merasa tak nyaman dengan gaun pemberian dari Galih, yang sekarang sedang dikenakannya tersebut. Sebuah gaun berwarna biru langit, sepanjang mata kaki, dengan belahan dari paha sampai ke bawah kaki kirinya. Bagian depan kerah berbentuk lipatan bertumpuk sampai ke dada dan dihiasi beberapa manik berwarna pelangi yang di pasang acak dari kerah hingga perut. Lengannya yang panjang namun terbelah dari pangkal bahu sampai pergelangan tangan, membuat kulit putih Qirani terlihat jelas. Bagian belakangnya yang seperti berlubang besar itu memperlihatkan punggung indah nan putih milik Qirani.
"Ini sangat cocok buat kamu. Sudah, pede aja...." Kata Galih mencoba membuat Qirani nyaman. Saat memilihnya di mall tadi aku yakin gaun ini pasti cocok buatmu, dan benar saja, aku hampir-hampir nggak ngenalin kamu pas kamu keluar dari kamar ganti tadi. Cantik banget! Puji Galih dari dalam hati. Kemudian, Galih pun menggenggam jari jemari kekasihnya, dan membawanya menuju sebuah pintu kayu dengan ukiran yang unik nan indah.
Begitu pintu dibuka oleh petugas keamanan yang berjaga, Qirani seketika membuka mulutnya dan membelalak terpukau. Gemerlap lampu warna warni diiringi musik yang syahdu mendayu-dayu artis Malaysia membuat Qirani merasa takjub. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ini, Qirani baru menghadiri sebuah pesta ulang tahun yang sangat indah. Biasanya, hanya main lempar telor dan lainnya untuk merayakan ulang tahunnya dan teman-temannya. Diakhiri acara makan-makan di kafe kecil atau fast food.
Genggamannya semakin sangat erat dalam tangan Galih, sang pacar. Qirani merasa bersyukur atas apa yang Galih lakukan untuknya saat ini. Ia jadi mengetahui seperti apa pesta ulang tahun orang kaya. "Kamu suka?.... Lihat, gaunmu sesuai kan dengan acara ini? Banyak yang lebih terbuka dari gaunmu." Bisik Galih sembari mendekat ke telinga Qirani.
Qirani mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ya, benar apa yang dikatakan oleh Galih. Di ruangan yang luas ini, para gadisnya mengenakan gaun mirip seperti dirinya dan bahkan ada yang lebih terbuka dari yang dikenakannya. "Sekarang, kamu harus percaya diri ya. Sini, aku antar kamu ke tempat prasmanannya. Kamu pasti suka, banyak menunya dan enak-enak lho," ajak Galih sembari menarik tangan kekasihnya tersebut ke arah meja yang panjang dengan banyak pilihan sajian.
Lagi-lagi, Qirani terpesona. Namun kali ini bukan karena para tamu yang mengenakan gaun bagus dan indah. Ia terpesona dengan menu makanan yang begitu beragam di satu meja berbentuk oval dan memanjang di tengah ruangan. Di meja itu, banyak sekali menu makanan yang biasanya hanya bisa ia lihat melalui acara-acara televisi bertema kuliner. Air liurnya hampir-hampir menetes.
"Makan yang kamu mau. Disini gratis...." Bisik Galih dengan sedikit geli melihat bagaimana Qirani tampak tergiur menatap apa yang ada di hadapannya. "Hah? Benaran?.... Apa boleh buat adik-adikku juga?" Tanggap gadis itu yang seketika menatapnya dengan mata yang berbinar dan raut wajah antusias, merasa mendapatkan kesempatan menikmati sesuatu yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.
"Aahh, kalo itu sih, hehehe.... Gimana ya.... " Galih merasa tak enak hati untuk bicara jujur, ia sengaja menggantung kalimatnya dengan ekspresi wajah canggung. Yah, masa iya mau ngebungkus gitu? Adiknya kan banyak.... Ini kan bukan acara sembarangan, kalo sampai ketauan, bisa malu aku.... Cantik-cantik terlalu polos nih!
"Oh, maaf...." Qirani merasa tahu diri melihat raut wajah Galih. Bersamaan dengan permintaan maafnya, wajah bersemangatnya tadi menghilang. Dan itu membuat Galih merasa bersalah dan tak enak hati, "Nggak papa, lain kali aku akan traktir kamu dan adik-adikmu ya. Sekarang, kamu pilih aja dulu ya... Aku mau kasih kado ini dulu ke yang ulang tahun," ujar Galih akhirnya demi menebus rasa bersalahnya. Qirani pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Oke, kalo begitu aku pergi sebentar ya. Inget ya, jangan kemana-mana. Tunggu disudut meja ini nanti, biar aku gampang nemuin kamunya." Sambung Galih sebelum melangkah pergi. Qirani mengangguk untuk kedua kalinya. Dan Galih pun segera berlalu.
Setelah Galih menjauh, Qirani mengambil piring kecil di dekatnya berdiri. Satu persatu camilan di meja ia pindahkan sepotong sepotong ke piring kecilnya. Menggeser kakinya ke sisi yang lain, dan memilih kembali. BUUGGG!! Saking fokusnya memilih camilan, Qirani menubruk seseorang di sampingnya. "Adduuhhh...." Keluhnya begitu dia hampir terhuyung jatuh. Untungnya Qirani dengan cepat memegang tepi meja, hingga tak sampai terjatuh ke lantai.
"Kemana matamu, hah?!" Sebuah teguran dengan nada kasar terdengar begitu dekat di hadapannya. Qirani mengangkat wajah dan melihat siapa yang begitu kasar. "Aahh.... Maaf! Maaf...." ucap Qirani begitu mendapati seorang laki-laki muda yang sedang menatapnya dengan tajam. Ditambah, Qirani melihat di sweater rajut berwarna kuning milik laki-laki itu terkena tumpahan minuman yang dibawanya. "Ma-maaf... Ma-maaf... " Suara Qirani bergetar. Ia menarik beberapa tissue yang berada dimeja saji. Mencoba mengelap bekas tumpahan minuman di pakaian orang tersebut. Tangan Qirani gemetaran. Matanya tajam banget.... Kayak pingin bunuh orang.
"Hei, gadis cantik! Jangan gemetaran gitu, biarin aja. Sweaternya tinggal dibuang ini, koq." Muncul dua orang laki-laki muda lainnya dari arah samping Qirani. Qirani tak berani menoleh. Wajahnya tampak pucat pasi.
"Apa dia nggak kenal Arga?" Kata salah satu pemuda yang baru datang itu dengan kening berkerut dan senyum sinis yang tersungging di sudut bibir kepada pemuda yang satunya. "Cewek, kamu nggak kenal Arga?" Laki-laki muda yang satu lagi itu menurunkan wajahnya dan menatap Qirani yang semakin tampak ketakutan.
"Ar-Arga s-si-siapa?" Qirani balik bertanya dengan nada suara yang makin gemetar. Tak bisa berbohong, Qirani benar-benar ketakutan. Orang yang ditabraknya menaikkan satu alisnya dengan tatapan galaknya dan tampak sinis. Dua orang yang ditabraknya melongo tak percaya dengan pertanyaan Qirani.
"Hahaha!!!"
"Hahaha!!!" Seketika kedua laki-laki muda yang mungkin seumuran dengan Galih itu langsung tergelak terbahak-bahak. Sedangkan yang berada di hadapan Qirani semakin tampak galak dan tak senang. Sesaat mata keduanya beradu pandang, namun di detik berikutnya Qirani langsung menundukkan kepalanya. "Ternyata ada juga cewek yang nggak kenal siapa Arga Ekadanta, ckckck.... Cewek, kamu tinggal di belahan dunia mana? Antartika?" ujar salah satu pemuda di hadapan Qirani.
Qirani merasa begitu pusing dengan apa yang terjadi. Ia ingin segera keluar dari tempat tersebut. Sesekali matanya menatap sekeliling. Mencari sosok Galih. "Kemana matamu melihat, hah? Apa kamu nggak anggap aku ada, hem?" tegur laki-laki muda yang bertubrukan dengannya bernama Arga Ekadanta sambil memegang kedua pipi Qirani dengan satu tangannya agar menghadap ke arahnya.
"Sa-sakit... " keluh Qirani yang merasa pipinya kesakitan karena ditekan sedemikian rupa.
"Ga, ini kayaknya bisa jadi mainan baru.... Pasti seru. Apalagi dia cantik banget. Kulitnya juga putih mulus. Kamu mau main?" Usul Doni Permana, satu dari laki-laki muda di sisi Qirani. "Wah, bener! Pasti seru.... Taruhan sejuta buat bagian pentingnya, gimana? Kalian setuju?" Sambung Indra Wijayanto, satu dari laki-laki muda yang lainnya.
Qirani melirik ke arah ketiganya bergantian. Dua orang disisinya menatap dirinya seolah-olah sebuah makanan lezat. Satu di depannya menatapnya dengan tatapan ingin membunuhnya. Qirani bergidik ngeri. Seketika ia sangat menyesal menerima ajakan Galih untuk menghadiri acara tersebut. Ia menyesal kenapa begitu bahagia memasuki ruangan yang penuh warna ini. Ia menyesal begitu ingin menikmati setiap camilan yang ada di hadapannya kini. Mas Galih, aku pingin pulang....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments