Mengejarmu

Mengejarmu

BAB 1

Qirani tersenyum sendiri. Raut wajahnya tampak sangat bahagia. Sesekali jari jemarinya menuliskan sesuatu di jendela, setelah ia menghembuskan udara dari mulutnya ke jendela tersebut.

" Heemmm.... Ada apa ini ? Kenapa gadis cantik bunda hepi banget ? Bunda jadi kepo nih.... "

Mendadak Bu Rima datang dari arah samping, menghampiri dan menggodanya dengan senyuman.

Qirani masih tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Ia tersenyum lebar.

" Mas Galih mau ajak Qiran ke pesta ulang tahun temennya. Ini yang pertama buat Qiran setelah jadi pacarnya, diajak jalan. "

" Oh ya ?.... Mmm, kayaknya ada peer nih buat bunda. Nyari gaun pesta buat gadis cantik bunda. Coba bunda liat nanti, ada berapa sisa uang kas kita bulan ini yaaa.... "

" Nggak usah pake uang kas, Bun. Mas Galih mau beliin gaun buat Qiran, koq. "

" Wah, dia baik sekali. Ngomong-ngomong, Mas Galih ini secakep apa ya ? Apa wajahnya sama cakepnya dengan hatinya ? "

" Banyak yang suka sama dia, setiap dia datang jemput Qiran, temen-temen selalu pingin ngeliat dia lebih dekat. Ya, dia cakep, Bun... "

" Ya ya ya, semoga dia beneran bisa jagain kamu dan sayang sama kamu ya... "

" Amin amin amin.... "

Qiran menengadahkan kedua tangannya.

" Kapan acaranya ? "

Tanya bunda sembari menyisir rambut ikal Qirani dengan jari-jarinya.

" Nanti malam, bun.... Jam 8 Mas Galih jemput kesini. Nggak papa kan, Bun ? "

Tanya Qirani dengan nada memohon.

" Tentu saja... Kenapa nggak boleh ? Bagus malah, dari awal dia sudah tau keadaan kamu yang sebenarnya. Yang penting, kamu nyaman... "

" Makasih ya Bun.... "

Ucap Qiran dan memeluk Bu Rima dengan senang.

" Sekarang, sebelum mas Galih mu datang, apa kamu mau bantu bunda mencuci baju adik-adikmu ? "

" Kenapa nggak ?.... Ayo, Qiran bantu ! "

Dengan penuh semangat, Qirani menggandeng lengan Bu Rima. Bersama keduanya melangkah menaiki tangga menuju lantai atas.

JAM 19.40 WIB

" Mas, gaun ini.... Apa nggak terlalu terbuka ? Aku risih makenya. "

Kata Qirani yang merasa tak nyaman dengan gaun pemberian dari Galih, sebelum berangkat tadi.

Sebuah gaun berwarna biru langit, sepanjang mata kaki, dengan belahan dari paha sampai ke bawah kaki kirinya.

Bagian depan kerah berbentuk lipatan bertumpuk sampai ke dada dan dihiasi beberapa manik berwarna pelangi yang di pasang acak dari kerah hingga perut.

Lengannya yang panjang namun terbelah dari pangkal bahu sampai pergelangan tangan, membuat kulit putih Qirani terlihat jelas.

Bagian belakangnya yang seperti berlubang besar itu memperlihatkan punggung indah nan putih milik Qirani.

Galih sangat tahu bentuk tubuh Qirani yang indah, dan dengan sengaja memang memilih gaun tersebut.

" Ini sangat cocok buat kamu. Sudah, pede aja.... "

Kata Galih mencoba membuat Qirani nyaman.

Sambil menggenggam jemarinya, Galih membawanya masuk ke dalam.

Begitu pintu dibuka oleh petugas keamanan yang berjaga, Qirani seketika membuka mulutnya dan membelalak terpukau.

Gemerlap lampu warna warni diiringi musik yang syahdu mendayu-dayu artis Malaysia membuat Qirani merasa takjub.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ini, Qirani baru menghadiri sebuah pesta ulang tahun yang sangat indah.

Biasanya paling, lempar telor dan lainnya untuk merayakan ulang tahunnya dan teman-temannya. Diakhiri acara makan-makan di kafe kecil atau fast food.

Genggamannya makin sangat erat dalam tangan Galih, sang pacar. Qirani merasa bersyukur atas apa yang Galih lakukan untuknya saat ini. Ia jadi mengetahui seperti apa pesta ulang tahun orang kaya.

" Kamu suka ya ?... Lihat, gaunmu sesuai kan dengan acara ini ? Banyak yang lebih terbuka dari gaunmu. "

Kata Galih sembari mendekat ke telinga Qirani.

Qirani mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ya, benar apa yang dikatakan oleh Galih. Di ruangan yang luas ini, para gadisnya mengenakan gaun mirip seperti dirinya dan bahkan ada yang lebih terbuka dari yang dikenakannya.

" Sekarang, kamu harus percaya diri ya. Sini, aku antar kamu ke tempat makannya. Kamu pasti suka. "

Kata Galih selanjutnya, sembari menarik tangan Qirani dengan lembut.

Mengajaknya ke sudut ruang yang juga penuh dengan orang-orang dan beberapa sofa besar yang berjajar di dinding.

Lagi-lagi, Qirani terpesona. Namun kali ini bukan karena para tamu yang mengenakan gaun bagus dan indah. Ia terpesona dengan menu makanan yang begitu beragam di satu meja berbentuk oval dan memanjang.

Di meja itu, banyak sekali menu makanan yang biasanya ia lihat melalui acara-acara televisi bertema kuliner. Air liurnya hampir-hampir menetes.

" Makan yang kamu mau. Disini gratis... "

Bisik Galih.

" Hah ? Benarkah ?... Apa boleh buat adik-adikku juga ? "

Sahut Qirani yang merasa mendapatkan kesempatan.

" Aahh, kalo itu hehehe.... Gimana ya... "

Galih merasa tak enak hati untuk bicara jujur.

Yah, masa iya mau ngebungkus gitu ?

Adiknya kan banyak...

Ini kan bukan acara sembarangan, kalo sampai ketauan, bisa malu aku...

Cantik-cantik terlalu polos nih !

" Oh, maaf.... "

Qirani merasa tahu diri melihat raut wajah Galih.

" Nggak papa, lain kali aku akan traktir kamu dan adik-adikmu ya. Sekarang, kamu pilih aja dulu ya... Aku mau kasih kado ini dulu ke yang ulang tahun. "

Kata Galih.

" Inget ya, jangan kemana-mana. Jadi aku gampang nemuin kamu nya. "

Sambung Galih sebelum melangkah pergi. Qirani mengangguk.

Setelah Galih menjauh, Qirani mengambil piring kecil di dekatnya berdiri. Satu persatu camilan di meja ia pindahkan sepotong sepotong ke piring kecilnya. Menggeser kakinya ke sisi yang lain, dan memilih kembali.

BRUGGG !!

Saking fokusnya memilih camilan, Qirani menubruk seseorang di sampingnya.

" Adduuhhh... "

Keluhnya begitu dia hampir terhuyung jatuh.

Untungnya Qirani dengan cepat memegang tepi meja, hingga tak sampai terjatuh ke lantai.

" Kemana matamu, hah ?! "

Sebuah teguran dengan nada kasar terdengar begitu dekat di hadapannya.

Qirani mengangkat wajah dan melihat siapa yang begitu kasar.

" Aahh.... maaf ! Maaf... "

Ucap Qirani begitu mendapati seorang laki-laki muda yang sedang menatapnya dengan tajam.

Ditambah, Qirani melihat di sweater rajut berwarna kuning milik laki-laki itu terkena tumpahan minuman yang dibawanya.

" Ma-maaf... Ma-maaf... "

Suara Qirani bergetar.

Ia menarik beberapa tissue yang berada dimeja saji. Mencoba mengelap bekas tumpahan minuman di pakaian orang tersebut. Tangan Qirani gemetaran.

Matanya tajem banget...

Kayak pingin bunuh orang.

" Hei, gadis cantik ! Jangan gemetaran gitu, biarin aja. Sweaternya tinggal dibuang ini koq. "

Muncul dua orang laki-laki muda lainnya dari arah samping Qirani. Qirani tak berani menoleh. Wajahnya tampak pucat pasi.

" Apa dia nggak kenal Arga ? "

Tanya laki-laki muda yang lain.

" Cewek, kamu nggak kenal Arga ? "

Laki-laki muda yang satu lagi menurunkan wajahnya dan menatap Qirani yang tampak pucat.

" Ar-Arga s-si-siapa ? "

Qirani balik bertanya dengan nada suara yang makin gemetaran.

Tak bisa berbohong, Qirani benar-benar ketakutan. Orang yang ditabraknya menaikkan satu alisnya dengan tatapan galaknya dan tampak sinis. Dua orang yang ditabraknya melongo.

" Hahaha !! "

" Hahaha !! "

Kedua orang itu langsung tergelak terbahak-bahak mendengar jawaban Qirani.

Sementara orang yang berada di hadapan Qirani semakin tampak galak fan tak senang. Sesaat mata keduanya beradu pandang, namun di detik berikutnya Qirani langsung menundukkan kepalanya.

" Ternyata ada juga cewek yang nggak kenal siapa Arga Ekadanta, ckckck... Cewek, kamu tinggal di belahan dunia mana ? Antartika ? "

Qirani merasa begitu pusing dengan apa yang terjadi. Ia ingin segera keluar dari tempat tersebut. Sesekali matanya menatap sekeliling. Mencari sosok Galih.

" Kemana matamu melihat ? Apa kamu nggak anggap aku orang ? "

Laki-laki muda di hadapannya, yang bernama Arga Ekadanta, memegang kedua pipi Qirani dengan satu tangannya agar menghadap ke arahnya.

" Sa-sakit... "

Keluh Qirani yang merasa pipinya kesakitan karena ditekan sedemikian rupa.

" Ga, ini kayaknya bisa jadi mainan baru... Pasti seru. Apalagi dia cantik banget. Kulitnya juga putih mulus. Gimana ? Kamu ikut main ? "

Usul Doni Permana, satu dari laki-laki muda di sisi Qirani.

" Wah, bener ! Pasti seru... Taruhan sejuta buat bagian pentingnya ! "

Sambung Indra Wijayanto, satu dari laki-laki muda yang lainnya.

Qirani melirik ke arah ketiganya bergantian. Dua orang disisinya menatap dirinya seolah-olah sebuah makanan lezat. Satu di depannya menatapnya dengan tatapan ingin membunuhnya.

Qirani bergidik ngeri. Seketika ia sangat menyesal menerima ajakan Galih untuk menghadiri acara tersebut.

Ia menyesal kenapa begitu bahagia memasuki ruangan yang penuh warna ini. Ia menyesal begitu ingin menikmati setiap camilan yang ada di hadapannya kini.

Mas Galih, aku pingin pulang....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!