Qirani tersenyum sendiri. Raut wajahnya tampak sangat bahagia. Sesekali jari jemarinya menuliskan sesuatu di jendela, setelah ia menghembuskan udara dari mulutnya ke jendela tersebut.
" Heemmm.... Ada apa ini ? Kenapa gadis cantik bunda hepi banget ? Bunda jadi kepo nih.... "
Mendadak Bu Rima datang dari arah samping, menghampiri dan menggodanya dengan senyuman.
Qirani masih tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Ia tersenyum lebar.
" Mas Galih mau ajak Qiran ke pesta ulang tahun temennya. Ini yang pertama buat Qiran setelah jadi pacarnya, diajak jalan. "
" Oh ya ?.... Mmm, kayaknya ada peer nih buat bunda. Nyari gaun pesta buat gadis cantik bunda. Coba bunda liat nanti, ada berapa sisa uang kas kita bulan ini yaaa.... "
" Nggak usah pake uang kas, Bun. Mas Galih mau beliin gaun buat Qiran, koq. "
" Wah, dia baik sekali. Ngomong-ngomong, Mas Galih ini secakep apa ya ? Apa wajahnya sama cakepnya dengan hatinya ? "
" Banyak yang suka sama dia, setiap dia datang jemput Qiran, temen-temen selalu pingin ngeliat dia lebih dekat. Ya, dia cakep, Bun... "
" Ya ya ya, semoga dia beneran bisa jagain kamu dan sayang sama kamu ya... "
" Amin amin amin.... "
Qiran menengadahkan kedua tangannya.
" Kapan acaranya ? "
Tanya bunda sembari menyisir rambut ikal Qirani dengan jari-jarinya.
" Nanti malam, bun.... Jam 8 Mas Galih jemput kesini. Nggak papa kan, Bun ? "
Tanya Qirani dengan nada memohon.
" Tentu saja... Kenapa nggak boleh ? Bagus malah, dari awal dia sudah tau keadaan kamu yang sebenarnya. Yang penting, kamu nyaman... "
" Makasih ya Bun.... "
Ucap Qiran dan memeluk Bu Rima dengan senang.
" Sekarang, sebelum mas Galih mu datang, apa kamu mau bantu bunda mencuci baju adik-adikmu ? "
" Kenapa nggak ?.... Ayo, Qiran bantu ! "
Dengan penuh semangat, Qirani menggandeng lengan Bu Rima. Bersama keduanya melangkah menaiki tangga menuju lantai atas.
JAM 19.40 WIB
" Mas, gaun ini.... Apa nggak terlalu terbuka ? Aku risih makenya. "
Kata Qirani yang merasa tak nyaman dengan gaun pemberian dari Galih, sebelum berangkat tadi.
Sebuah gaun berwarna biru langit, sepanjang mata kaki, dengan belahan dari paha sampai ke bawah kaki kirinya.
Bagian depan kerah berbentuk lipatan bertumpuk sampai ke dada dan dihiasi beberapa manik berwarna pelangi yang di pasang acak dari kerah hingga perut.
Lengannya yang panjang namun terbelah dari pangkal bahu sampai pergelangan tangan, membuat kulit putih Qirani terlihat jelas.
Bagian belakangnya yang seperti berlubang besar itu memperlihatkan punggung indah nan putih milik Qirani.
Galih sangat tahu bentuk tubuh Qirani yang indah, dan dengan sengaja memang memilih gaun tersebut.
" Ini sangat cocok buat kamu. Sudah, pede aja.... "
Kata Galih mencoba membuat Qirani nyaman.
Sambil menggenggam jemarinya, Galih membawanya masuk ke dalam.
Begitu pintu dibuka oleh petugas keamanan yang berjaga, Qirani seketika membuka mulutnya dan membelalak terpukau.
Gemerlap lampu warna warni diiringi musik yang syahdu mendayu-dayu artis Malaysia membuat Qirani merasa takjub.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ini, Qirani baru menghadiri sebuah pesta ulang tahun yang sangat indah.
Biasanya paling, lempar telor dan lainnya untuk merayakan ulang tahunnya dan teman-temannya. Diakhiri acara makan-makan di kafe kecil atau fast food.
Genggamannya makin sangat erat dalam tangan Galih, sang pacar. Qirani merasa bersyukur atas apa yang Galih lakukan untuknya saat ini. Ia jadi mengetahui seperti apa pesta ulang tahun orang kaya.
" Kamu suka ya ?... Lihat, gaunmu sesuai kan dengan acara ini ? Banyak yang lebih terbuka dari gaunmu. "
Kata Galih sembari mendekat ke telinga Qirani.
Qirani mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ya, benar apa yang dikatakan oleh Galih. Di ruangan yang luas ini, para gadisnya mengenakan gaun mirip seperti dirinya dan bahkan ada yang lebih terbuka dari yang dikenakannya.
" Sekarang, kamu harus percaya diri ya. Sini, aku antar kamu ke tempat makannya. Kamu pasti suka. "
Kata Galih selanjutnya, sembari menarik tangan Qirani dengan lembut.
Mengajaknya ke sudut ruang yang juga penuh dengan orang-orang dan beberapa sofa besar yang berjajar di dinding.
Lagi-lagi, Qirani terpesona. Namun kali ini bukan karena para tamu yang mengenakan gaun bagus dan indah. Ia terpesona dengan menu makanan yang begitu beragam di satu meja berbentuk oval dan memanjang.
Di meja itu, banyak sekali menu makanan yang biasanya ia lihat melalui acara-acara televisi bertema kuliner. Air liurnya hampir-hampir menetes.
" Makan yang kamu mau. Disini gratis... "
Bisik Galih.
" Hah ? Benarkah ?... Apa boleh buat adik-adikku juga ? "
Sahut Qirani yang merasa mendapatkan kesempatan.
" Aahh, kalo itu hehehe.... Gimana ya... "
Galih merasa tak enak hati untuk bicara jujur.
Yah, masa iya mau ngebungkus gitu ?
Adiknya kan banyak...
Ini kan bukan acara sembarangan, kalo sampai ketauan, bisa malu aku...
Cantik-cantik terlalu polos nih !
" Oh, maaf.... "
Qirani merasa tahu diri melihat raut wajah Galih.
" Nggak papa, lain kali aku akan traktir kamu dan adik-adikmu ya. Sekarang, kamu pilih aja dulu ya... Aku mau kasih kado ini dulu ke yang ulang tahun. "
Kata Galih.
" Inget ya, jangan kemana-mana. Jadi aku gampang nemuin kamu nya. "
Sambung Galih sebelum melangkah pergi. Qirani mengangguk.
Setelah Galih menjauh, Qirani mengambil piring kecil di dekatnya berdiri. Satu persatu camilan di meja ia pindahkan sepotong sepotong ke piring kecilnya. Menggeser kakinya ke sisi yang lain, dan memilih kembali.
BRUGGG !!
Saking fokusnya memilih camilan, Qirani menubruk seseorang di sampingnya.
" Adduuhhh... "
Keluhnya begitu dia hampir terhuyung jatuh.
Untungnya Qirani dengan cepat memegang tepi meja, hingga tak sampai terjatuh ke lantai.
" Kemana matamu, hah ?! "
Sebuah teguran dengan nada kasar terdengar begitu dekat di hadapannya.
Qirani mengangkat wajah dan melihat siapa yang begitu kasar.
" Aahh.... maaf ! Maaf... "
Ucap Qirani begitu mendapati seorang laki-laki muda yang sedang menatapnya dengan tajam.
Ditambah, Qirani melihat di sweater rajut berwarna kuning milik laki-laki itu terkena tumpahan minuman yang dibawanya.
" Ma-maaf... Ma-maaf... "
Suara Qirani bergetar.
Ia menarik beberapa tissue yang berada dimeja saji. Mencoba mengelap bekas tumpahan minuman di pakaian orang tersebut. Tangan Qirani gemetaran.
Matanya tajem banget...
Kayak pingin bunuh orang.
" Hei, gadis cantik ! Jangan gemetaran gitu, biarin aja. Sweaternya tinggal dibuang ini koq. "
Muncul dua orang laki-laki muda lainnya dari arah samping Qirani. Qirani tak berani menoleh. Wajahnya tampak pucat pasi.
" Apa dia nggak kenal Arga ? "
Tanya laki-laki muda yang lain.
" Cewek, kamu nggak kenal Arga ? "
Laki-laki muda yang satu lagi menurunkan wajahnya dan menatap Qirani yang tampak pucat.
" Ar-Arga s-si-siapa ? "
Qirani balik bertanya dengan nada suara yang makin gemetaran.
Tak bisa berbohong, Qirani benar-benar ketakutan. Orang yang ditabraknya menaikkan satu alisnya dengan tatapan galaknya dan tampak sinis. Dua orang yang ditabraknya melongo.
" Hahaha !! "
" Hahaha !! "
Kedua orang itu langsung tergelak terbahak-bahak mendengar jawaban Qirani.
Sementara orang yang berada di hadapan Qirani semakin tampak galak fan tak senang. Sesaat mata keduanya beradu pandang, namun di detik berikutnya Qirani langsung menundukkan kepalanya.
" Ternyata ada juga cewek yang nggak kenal siapa Arga Ekadanta, ckckck... Cewek, kamu tinggal di belahan dunia mana ? Antartika ? "
Qirani merasa begitu pusing dengan apa yang terjadi. Ia ingin segera keluar dari tempat tersebut. Sesekali matanya menatap sekeliling. Mencari sosok Galih.
" Kemana matamu melihat ? Apa kamu nggak anggap aku orang ? "
Laki-laki muda di hadapannya, yang bernama Arga Ekadanta, memegang kedua pipi Qirani dengan satu tangannya agar menghadap ke arahnya.
" Sa-sakit... "
Keluh Qirani yang merasa pipinya kesakitan karena ditekan sedemikian rupa.
" Ga, ini kayaknya bisa jadi mainan baru... Pasti seru. Apalagi dia cantik banget. Kulitnya juga putih mulus. Gimana ? Kamu ikut main ? "
Usul Doni Permana, satu dari laki-laki muda di sisi Qirani.
" Wah, bener ! Pasti seru... Taruhan sejuta buat bagian pentingnya ! "
Sambung Indra Wijayanto, satu dari laki-laki muda yang lainnya.
Qirani melirik ke arah ketiganya bergantian. Dua orang disisinya menatap dirinya seolah-olah sebuah makanan lezat. Satu di depannya menatapnya dengan tatapan ingin membunuhnya.
Qirani bergidik ngeri. Seketika ia sangat menyesal menerima ajakan Galih untuk menghadiri acara tersebut.
Ia menyesal kenapa begitu bahagia memasuki ruangan yang penuh warna ini. Ia menyesal begitu ingin menikmati setiap camilan yang ada di hadapannya kini.
Mas Galih, aku pingin pulang....
Kemana Qirani ?
Bukannya udah dibilangin jangan kemana-mana.
Banyak orang begini, lampunya juga lampu yang remang-remang, gimana nyariin dia... ?
Gimana ini, dia kan nggak kayak cewek-cewek lain yang tau kehidupan glamor begini...
Bisa abis aku diomelin Bu Rima.
Galih terus berkeliling, mencari Qirani. Setiap sudut ruangan dan kerumunan orang banyak, dihampirinya. Tapi tetap tak menemukan sosok kekasihnya.
Ya Allah...
Tau begini, aku nggak ngajak dia.
Dia penurut, dia nggak pernah bilang nggak kalo dibilangin apa aja.
Ini aneh... dia bisa pergi kemana kalo nggak dibawa seseorang.... ?
Waduh !
Raut wajah Galih mulai cemas. Pikirannya mulai negatif. Ketakutan akan sesuatu yang buruk terjadi pada Qirani.
" ... di lantai atas.... "
" ... jangan, lagi ada grupnya Arga... "
" Mainannya aneh !... "
" ... Sultan mah bebas ! "
" .... cewek cantik tapi apes.... "
" Anak mana ? "
" .... abis deh tu cewek ! .... "
Galih mulai penasaran dengan beberapa orang yang sedang kasak kusuk di bawah tangga yang menuju lantai dua.
Diantara mereka, sesekali ada yang menengadahkan wajah ke atas. Galih mengikuti arah pandangan mereka.
Tepat di anak tangga teratas, Galih melihat sesuatu yang sangat dikenalnya. Dia segera berlari menaiki satu persatu anak tangga tersebut. Dan begitu sampai di anak tangga teratas, ia mendapati sepasang sepatu high heels berwarna putih yang sangat ia kenal. Sepatu yang ia belikan untuk Qirani tadi sore.
Galih memungut sepasang sepatu yang tergeletak sembarangan. Kemudian ia mulai melangkah kembali. Menyusuri lantai dua yang lebih sepi orang-orangnya.
" .... hiks... kumohon... jangan ! "
" Hahaha !! "
" Cewek ini beneran bodoh apa polos sih ?!! "
" Nggak ! Kumohon... hiks... hiks... "
Galih mendengar sayup-sayup suara Qirani yang sesenggukan ditimpali tertawa beberapa laki-laki. Galih terus mengikuti asal suara tersebut.
Tepat di balkon lantai dua, Galih melihat Qirani dengan gaun yang sudah tak utuh lagi. Terisak-isak di tengah tiga orang laki-laki muda yang sangat dikenalnya.
Gengnya Arga !!
Gimana Qirani bisa jadi sasaran mereka ??!!
Galih langsung bergegas ke balkon.
" Hentikan ! "
Kata Galih dengan nada suara lantang.
Dan seketika tawa ketiga laki-laki muda berusia sebaya dengan Galih tersebut terhenti. Qirani masih terisak, menyusut airmatanya, menoleh ke arah asal suara.
" Wow, ada superhero disini.... Salut ! "
Kata Indra merasa kesal karena kesenangannya terganggu.
" Kumohon, kak... Jangan sakiti dia. Dia pacar saya. "
Kata Galih dengan tegas tapi sopan.
Indra dan Doni saling tukar pandang.
Arga hanya melirik Galih dengan sudut matanya. Sedangkan Qirani, dalam sesenggukannya tampak lega.
" Kubilang apa, Don ? Cewek secantik ini pasti ada yang punya. Kamu nggak percaya sih... Tuh pacarnya marah, kamu nggak takut ?! "
" Wooo, aku takut ! Hahaha .... "
Gelak Doni meledek ke arah Galih.
" Maaf, kak.... Saya mohon, biarkan saya dan pacar saya pergi. "
Kata Galih sambil melangkah maju mendekati Qirani.
Tangannya terulur untuk meraih tangan Qirani yang merasa bersyukur Galih akhirnya datang.
" Tunggu dulu !!! "
BUGG !!
" Uugghh !! "
Galih kena bogem mentah dari Indra tepat di perutnya dan langsung terhuyung mundur.
" Mas... Mas Galih ! "
Qirani langsung mendekat ingin menghampiri Galih tapi langsung dipeluk oleh Doni dari belakang.
" Nggak semudah itu, sayang.... Permainan kita belum selesai. "
Ujar Doni tepat di telinga Qirani.
" Nggak ! Kumohon... Jangan ! Hiks... hiks... "
Qirani kembali terisak dan berusaha meronta dari pelukan Doni.
Indra menghampiri Galih dan memberinya tendangan tepat di perut. Galih langsung tersungkur ke belakang.
" Jangan.... kumohon, Mas Galih ! Mas Galih ! "
Jerit Qirani berharap Indra berhenti menghajar Galih.
" Hei, aku begitu tersentuh dengan panggilanmu buat cowokmu ini. Benar-benar enak di kupingku, sangat sopan. Apa kamu beneran cewek jaman sekarang ? "
Kata Doni sembari melepaskan pelukannya dari Qirani tapi tak melepaskan pegangannya pada lengan Qirani.
" Hei, kenapa kalian ribut banget sih ? Nggak asyik lagi. Udah balikin ke pacarnya. Kayak nggak ada kerjaan aja. "
Tiba-tiba Arga bersuara.
Doni dan Indra menoleh secara bersamaan. Menatap Arga dengan tatapan aneh.
" Bukannya kamu sendiri yang bilang, pingin dia tanggungjawab karena udah bikin bajumu kotor ? "
Sahut Doni.
" Hemmm... Terserah, ya sudahlah.... "
Sahut Arga dengan nada malas.
Sepertinya Arga tak ingin mengganggu kesenangan para sahabatnya itu. Jadi dia memilih tetap diam duduk di sofa dan menyalakan sebatang rokok.
Galih sudah babak belur, Qirani hampir habis pita tenggorokannya karena menjerit setiap Galih terkena pukulan atau tendangan.
Doni dan Indra makin merasa puas dengan mainan barunya. Sedangkan Arga, sama sekali tak peduli dan hanya menengadahkan wajahnya ke atas, melihat langit malam.
" Udah, bisa mati ini orang... "
Kata Indra setelah menyadari Galih tak bergerak lagi.
Galih mengerang kesakitan. Wajahnya penuh darah. Namun, dia berusaha untuk tetap sadar. Matanya terus menatap sosok Qirani yang masih menangis karena ketakutan.
" Hei, cewek bodoh ! Gimana kalo kita lanjutin permainan kita tadi ? Gaunmu ini masih banyak yang bisa disobek sama kita-kita. Dan jackpotnya adalah, apa kamu masih suci apa nggak ?! Hehehe... "
Kata Doni dengan senyum yang tampak licik.
Mendengar ucapan Doni, Galih segera berusaha bangkit. Qirani merasa tenggorokannya tercekat. Ketakutan.
" Nggak, nggak... Kumohon, aku nggak mau ikut permainan lagi. Kumohon, aku mau pulang... Bunda pasti mencariku... Bunda pasti mencariku... kumohon ya kak... "
Qirani terus memohon di selingi Isak tangis.
" Aha ! Anak bunda rupanya... Wah, cewek ini pasti masih suci. Anak bunda, hah ?... Hmmm... "
Kata Indra sembari memperhatikan sosok Qirani dengan seksama.
" Rambut panjang, ikal dan hemmm... wangi. Liat ini, kulitnya putih bersih. Wajah yang juga cantik. Tubuhmu nggak montok, nggak berisi, tapi bagus dilihatnya. Hemmm... Aku yakin, bundamu ini sungguh sayang padamu, pasti rajin bawa kamu keluar masuk salon. Kayaknya cewek ini anak orang kaya yang dimanja. "
" Bu-bukan... a-aku bukan anak orang kaya... "
Sahut Qirani menyanggah tebakan Indra.
Indra menyeringai. Kemudian ia mendekati Galih yang kini terduduk di lantai dengan memegangi perutnya.
" Ah, aku nggak percaya... Ayo kita tanya, pacarmu. "
Kata Indra sambil mengangkat wajah Galih yang sebelumnya tertunduk.
" Bos ku ! Apa pacarmu ini oplas ? "
Tanya Indra dengan suara yang setengah berbisik.
Galih menjawab dengan menggelengkan kepala. Doni tertawa kecil melihat ulah Indra terhadap Galih.
" Ooh, jadi dia ini asli ya, hehehe... ! Mmm, jangan-jangan dia anak dokter kecantikan ? "
Indra kembali bertanya.
" Bu.... Bu.. kan.. "
Jawab Galih terbata-bata.
" Hemmm... Aku tau, dia pasti rajin perawatan ke salon ya ? "
Galih kembali menggelengkan kepala.
" Apa dia anak orang kaya ? Siapa tau kami kenal keluarganya... "
" Di... Dia... yatim pi... atu, pan... ti.... asuh.. han.... "
Mendengar jawaban Galih kali ini, Indra terperanjat.
Doni yang sedari tadi hanya cengar-cengir menyaksikan Indra menginterogasi Galih, kali ini tampak pucat. Arga yang sedari tadi acuh tak acuh dengan semua kelakuan teman-temannya mulai memperhatikan Qirani.
Indra melepaskan wajah Galih dengan keningnya yang berkerut. Jawaban Galih seperti menampar wajahnya. Membuatnya shock.
Yatim piatu ?
Panti asuhan ?
Batin Arga, untuk sejenak mulai penasaran.
" Hahaha !! Kamu bisa aja bohong padaku, bro... "
Tiba-tiba Indra tertawa terbahak-bahak.
" Iya ya bener juga.... Hampir aja aku kena dibohongi sama pacarnya, hehehe... "
Mereka gila....
Mereka bener-bener gila !
Orang-orang kaya yang nggak punya otak !!
Kata Galih dalam hati.
Ia menahan semuanya demi Qirani. Kalau ia melawan, kuatir akan keselamatan Qirani.
" Sini, cewek bodoh ! "
Doni menarik tangan Qirani dan menyuruhnya berdiri dengan tegak.
Beberapa bagian di gaun Qirani tampak sudah tak utuh lagi. Di beberapa bagian tampak robek. Qirani memilih menurut.
Ya Allah...
Tolong aku !
Bunda...
" Sekarang, kita bikin aturannya. Dalam hitungan ketiga, sebutkan harga kalian, harga tertinggi yang boleh merobek gaunnya. Dimulai dari bagian atas. "
Apa mereka ini nggak punya hati juga ?!
Apa sih yang ada di otak tuan muda yang pada gila semua ini ???
Batin Galih dengan kesal.
" Boleh ! Aku ikut main, Don... Ga, kamu ikut nggak ? "
Tanya Indra sembari menoleh ke arah Arga.
Arga mematikan puntung rokoknya dan mulai menyalakan sebatang rokok kembali.
" Boleh... "
Jawabnya santai, setelah menghempaskan asap rokoknya.
" Jangan, kak... Kumohon, jangan... "
" Nangis yang kenceng, biar kita-kita makin penasaran. "
Kata Indra.
" Eehh, biar seru, pacarnya aja yang suruh ngitung, gimana ? "
" Ya, boleh juga usul kamu ! Okey ! "
Sahut Doni.
Galih mencoba untuk bangun, ingin melindungi Qirani. Sayangnya, ia tak sanggup bergerak lebih banyak lagi.
Tubuhnya benar-benar terasa sakit. Bahkan kepalanya mulai terasa pusing tujuh keliling. Matanya yang tampak lebam, benar-benar membuatnya tak bisa melek.
Rumor itu beneran ternyata...
Geng Arga emang brengsek !!
Mempermainkan siapa saja yang menurut mereka pantas dipermainkan...
Percuma mereka lahir dari keluarga terhormat sekalipun, tapi kelakuan mereka menjijikan...
Ya Allah...
Gimana ini... aku pingin nolongin Qirani.
Tapi, aku nggak bisa bergerak sama sekali....
Qirani terus sesenggukan. Meratapi nasibnya malam ini yang benar-benar sial. Tiga laki-laki di hadapannya menatapnya seolah-olah dirinya adalah makanan yang siap disantap kapanpun mereka mau.
" Mulai ! "
Kata Indra memberi isyarat.
" Hiks... sa... tu... Hhh... du... a... hiks... hiks... hhh... ti... hh... ga... "
" Dua ratus ! "
" Seratus ! "
" Seratus ! "
Begitu Qirani berhenti berhitung, secara bersamaan ketiganya langsung menyebutkan harga dan meletakkan lembaran uang sesuai dengan yang disebutkan ke atas meja di dekat Qirani.
" Aahh... aku yang menang ! "
Doni tampak girang dan kemudian segera mendekati Qirani.
" Sorry sayang... "
SRREEKKKK !!
" Aaaaggh !!! "
Gaun Qirani terbelah dimulai dari leher hingga ke perut. Belahan dada Qirani langsung terlihat jelas. Qirani menyilangkan kedua tangannya menutupi dadanya.
" Ckckck... lumayan juga ! "
Ujar Doni terpesona.
" Ayo, hitung lagi ! "
Bentak Doni.
" Sa... tu... hiks hiks... dua... hh... hiks... ti... ga... "
" Dua ratus ! "
" Lima ratus ! "
" Seratus ! "
" Hehehe ..... giliran ku lagi ! "
Bangga Doni untuk kedua kalinya.
" Kamu kayaknya nafsu banget yaa... Kayak nggak pernah liat bodi cewek telanjang aja, main kasih harga tinggi ! "
Indra berkomentar dengan sinis.
" Jangan sirik dong... Lagi mau liat yang bagus kok pelit keluar duit sih ! "
Sahut Doni sembari meledek.
" Jadi.... yang mana yang pingin dirobek, sayang ? "
SSRREEKKK !!!
Belum juga Qirani mau buka mulut, Doni sudah merobek lengan bajunya sebelah kanan.
" Nggak seru itu mah... Apa yang bisa dilihat ? "
Indra mengeluh.
" Bukan apa yang bisa dilihat... Tapi sensasinya itu lho, ngeliat muka cantiknya ketakutan, bikin aku pingin terus gangguin dia , hehehe.... "
" Yayaya.... "
" Mulai ! "
" Sa... tu.. hiks... hhh... hiks... dua... hh... ti... ga... hiks... "
" Seratus ! "
" Lima ratus ! "
" Tujuh ratus ! "
" Akhirnyaaaa.... Lihat nih, aku yang robek, puas kan ngeliatnya ! "
Kata Indra dengan senang.
Tanpa basa-basi, Indra mendekati Qirani. Doni tampak kesal. Arga hanya melihat sekilas, kemudian kembali sibuk dengan rokoknya.
SSRREEEEEEEKKK !!!
Kali ini, robeknya gaun Qirani benar-benar panjang. Terbelah menjadi dua. Qirani bahkan hampir jatuh saat gaunnya dirobek Indra. Kini yang tersisa tinggal sebelah sisi kirinya yang masih tertutup dan sepasang pakaian dalam.
" Wwuuaahhh..... Betul juga ! Puas ngeliatnya.... "
" Hiks... hiks... mas... mas Galih... "
" Mas Galih mu udah lagi pingsan. Nggak akan bisa nolongin. Pasrah aja sama nasibmu malam ini. "
" Iya betul ! Oh ya, aku lupa kasih tau. Kita nggak jahat banget koq. Uang yang kita keluarin ini, nantinya buat kamu.... Lumayan kan, udah kumpul dua juta lima ratus ribu nih... "
" A-aku hiks... hiks ... nggak mau uang kalian... Aku mau hiks... pulang... hiks... "
" Dasar anak manja ! "
Komentar Indra.
" Arga, kamu pelit banget sih ! Dari tadi seratus mulu... Lagi bokek ? "
Tanya Doni dengan heran.
" Guys... Tahun ini aku harus lulus kuliah, jadi sebisa mungkin aku nggak pingin punya catetan masalah. Papa ngancem aku, kalo aku punya masalah yang bisa bikin aku gagal lulus tahun ini, aku bakal lanjutin kuliahku di luar negri. Aku nggak pingin keluar negri. "
" Tenang aja, ini nggak akan jadi masalah, bro... "
Indra menenangkan Arga.
Doni manggut-manggut setuju. Arga masih tampak acuh tak acuh.
" Hei, mulai hitung ! "
" Hh... hiks... satu... hh... dua... hiks.. hiks....tiga... hh... "
" Dua ratus ! "
" Tiga ratus !! "
" Lima ratus ! "
" Woohhooo...... aku menang, guys !! "
Doni kembali menang.
Senyumnya merekah. Dan tak menunggu lama, ia menarik lepas sisa gaun yang masih melekat. Kini Qirani tinggal mengenakan pakaian dalam saja.
Doni bersiul panjang. Indra mulai bergairah. Arga mulai penasaran. Kali ini Arga merasa tertarik. Diperhatikannya sosok Qirani yang terus menangis.
Cewek ini terus menangis....
Apa dia benar-benar nggak pernah disentuh cowok ?
Lalu pacarnya itu, apa dia nggak pernah ngelakuin itu ?
Jangan-jangan, cewek ini masih .... perawan ?
Dia beneran ketakutan setengah mati.
Kalo akting... nggak mungkin.
Semuanya keliatan asli, dari tangisnya sampai ratapannya.
Batin Arga menatap sosok gadis yang hampir telanjang itu di hadapan Indra dan Doni.
" Ini gimana ? Langsung lepas atas bawah atau mulai dari atas ? "
Tanya Indra dengan bingung.
" Kayaknya langsung sepaket aja lah, biar cepet kelar game nya, dan aku bisa icip-icip pacar orang, hehehe ! "
" Don, kamu bisa ngomong kayak gitu... Yakin banget bakal kamu yang menang kali ini ? "
" Cih, kalian aja pelit keluarin duit... "
" Jangan salah ! Kalo bagian ini aku berani tinggi lah !! "
" Setinggi apa sih harga mu ? Hei, mulai ngitung !! "
Qirani menggelengkan kepalanya dengan cepat.
" Kalo nggak mau, aku hajar nih cowokmu !! "
Ancam Doni.
" Jangan ! Hiks... iya... hh... hiks... iya, iya, iya... A-aku berhitung... Ja-jangan pukul hiks... hh... hiks... dia lagi... hiks... "
Mau tak mau, agar Galih tak dihajar kembali, Qirani menyerah pasrah. Mengikuti apa yang diinginkan Doni.
Arga mulai makin tertarik melihat Qirani yang tak henti-hentinya sesenggukan dan terduduk di lantai dengan memeluk kedua kakinya, untuk menutupi sebagian tubuhnya yang hampir telanjang.
Cewek ini beneran bodoh ya ?
Kenapa mengorbankan diri sendiri demi seorang cowok yang cuma pacarnya... bukan suaminya ini.
Jangan-jangan mereka emang sangat intim dan udah lebih dari pacaran biasa, sampai dia ngebelain cowoknya segitunya.
Bukankah biasanya begitu ?
Cewek kalo udah ditiduri cowoknya, apa aja juga dijalanin demi cowoknya...
Kata Doni sih, bucin namanya.
Kayak pacar-pacar Doni sama Indra...
Kalo udah ditiduri sama mereka, ayo aja itu pacarnya disuruh ngapain juga, oke oke aja !
Tapi... aku koq ngerasa nggak yakin soal ini.
Cewek-cewek sebelumnya yang dijadiin mainan kayak gini, reaksi mereka nggak kayak gini.
Malah begitu ngeliat uang taruhan yang terkumpul, di akhir mereka bakal ikut senang...
Dan sering banget, masih dengan sukarela ditidurin Indra atau Doni.
Arga terus memperhatikan sosok Qirani.
Lama-lama...
Aku jadi teringat seseorang.
Kata Arga di dalam hatinya.
Sementara Arga sibuk dengan isi pikirannya. Kedua sahabatnya tampak sedang memanjakan mata mereka dengan setiap lekukan tubuh Qirani. Sedangkan Qirani berusaha mengatur nafasnya yang kini semakin terasa sesak.
Gimana ini ....
Apa aku bener-bener akan ditelanjangi ?
Setelah aku telanjang, apa yang akan terjadi ?
Apa aku akan dibiarkan pergi gitu aja ?
Atau mereka akan....
Ya Allah.... apa aku akan sehina ini ?
Nggak... nggak.... kumohon jangan !
Aku masih harus lulus sekolah...
Sedikit lagi... dan aku bisa kerja sambil kuliah.
Aku harus kuat...
Kumohon ya Allah.... kumohon....
Biarkan aku lulus sekolah tanpa ada masalah apa-apa.
Ya Allah....
Gimana aku bisa cerita ke Bunda kalo kayak gini kejadiannya.
" Buruan ! Hitung !! "
" Sa... tu... Hhiks... Dua... Hhiks... ti... "
" Sepuluh juta ! "
" Sejuta ! "
" Lima juta ! "
Serempak ketiganya menyebutkan harga sebelum Qirani selesai menutup mulut.
Di meja di hadapan Qirani, ada banyak lembaran biru dan merah, juga sebuah kartu ATM dari sebuah bank ternama di negeri ini.
Qirani tersentak mendengar harga tertinggi yang disebutkan untuk menelanjanginya.
Dan matanya membelalak menatap sosok tersebut mendekat ke arahnya dan tersenyum simpul. Bagi Qirani, ia merasa senyum itu tampak sebagai senyum licik yang sangat jahat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!