Kemana Qirani? Bukannya udah dibilangin jangan kemana-mana. Banyak orang begini, lampunya juga lampu yang remang-remang, gimana nyariin dia... ? Gimana ini, dia kan nggak kayak cewek-cewek lain yang tau kehidupan glamor begini.... Bisa abis aku diomelin Bu Rima. Batin Galih terus berkecamuk tak karuan. Gelisah melanda dirinya tiada henti, membuatnya semakin cemas akan keberadaan Qirani. Galih terus berkeliling, mencari Qirani. Setiap sudut ruangan dan kerumunan orang banyak, dihampirinya. Tapi tetap tak menemukan sosok kekasihnya.
Ya Allah.... Tau begini, aku nggak ngajak dia. Dia itu penurut, dia nggak pernah bilang nggak kalo dibilangin apa aja. Ini aneh.... dia bisa pergi kemana kalo nggak dibawa seseorang? Waduh... Raut wajah Galih tampak pucat. Pikirannya mulai negatif. Ketakutan akan sesuatu yang buruk terjadi pada Qirani semakin memenuhi otaknya.
"... di lantai atas...."
"... jangan, lagi ada gengnya Arga...."
"Gamenya aneh!"
"Sultan mah bebas!"
"... cewek cantik tapi apes...."
"Anak mana?"
"... abis deh tu cewek!"
Galih mulai penasaran mendengar kasak kusuk beberapa orang di sekitarnya. Dan tampak olehnya, diantara mereka, sesekali ada yang menengadahkan wajah ke atas. Galih mengikuti arah pandangan mereka. Ekspresi terkejut terpampang jelas di wajahnya
Tepat di anak tangga teratas, Galih melihat sesuatu yang sangat dikenalnya. Dia segera berlari menaiki satu persatu anak tangga tersebut. Dan begitu sampai di anak tangga teratas, ia mendapati sepasang sepatu high heels berwarna putih yang sangat ia kenal. Sepatu yang ia belikan untuk Qirani sebelum mereka menuju ke pesta ini
Galih memungut sepasang sepatu yang tergeletak sembarangan itu. Kemudian ia mulai melangkah kembali. Menyusuri lantai dua yang lebih mewah dalam hal sajian, dekorasi dan tentu saja, tamu undangannya pun berbeda. Lantai ini khusus untuk kerabat atau sahabat dekat yang berulangtahun.
Sayup-sayup namun pasti, Galih mendengar suara isak dan tawa yang saling tumpang tindih. Entah kenapa, Galih merasa harus mencari asal suara tersebut. Pandangannya terus beredar ke setiap sudut. Langkahnya dipercepat. Hingga tiba di depan pintu balkon, suara sayup-sayup sebelumnya kini terdengar jelas.
Suara Qirani! Ya, itu dia. galih mendekat ke pintu, menempelkan telinganya dan matanya membelalak. Benar, Qirani ada di dalam sana, tapi sama siapa? Kenapa kayak ada suara cowok dan nggak cuma satu. Siapa mereka? Tak ingin bertanya-tanya dalam hati lagi, Galih langsung membuka pintu tersebut.
"Stop!!!" seru Galih dengan nada suara lantang. Tampak olehnya, Qirani berdiri sembari memeluk dirinya sendiri dan pada beberapa bagian gaun nya koyak. Satu pemuda sedang mengulurkan tangannya menyentuh ujung lengan gaun Qirani sembari tertawa lepas bersama satu pemuda lainnya yang berdiri di belakang tubuh Qirani.
Dan seketika tawa dua laki-laki muda berusia kurang lebih sebaya dengan Galih tersebut terhenti. Qirani masih terisak, menyusut airmatanya, menoleh ke arah asal suara.
"Wow, ada superhero disini.... Salut, berani ikut campur urusan kita, Don." Kata Indra yang merasa kesal karena kesenangannya terganggu.
"Kumohon, kak... Jangan sakiti dia. Dia pacar saya," kata Galih dengan tegas tapi sopan. Indra dan Doni saling tukar pandang.
Arga hanya melirik tamu tak diundang itu dengan sudut matanya. Sedangkan Qirani, dalam sesenggukannya tampak jelas terlihat lega.
"Kubilang apa, Don? Cewek secantik ini pasti ada yang punya. Kamu nggak percaya sih. Tuh pacarnya marah, kamu nggak takut?!" Timpal Indra lagi dengan nada bicara sinis dan senyumnya yang meremehkan saat melihat Galih yang berjalan dengan cepat ke arah Qirani. "Wooo, aku takut! Hahaha...." Gelak Doni meledek ke arah Galih menanggapi perkataan Indra.
"Maaf, kak.... Saya mohon, biarin saya dan pacar saya pergi," kata Galih sambil melepaskan jaket kulit imitasinya, berniat menutupi tubuh bagian atas Qirani.
"Apaan, sih?!" ujar Indra yang tanpa aba-aba langsung melayangkan bogem mentahnya ke perut Galih, BUGG!!
"Uugghh!!" Spontan Galih mengaduh sambil memegang perutnya dan juga terhuyung mundur. "Mas.... Mas Galih!" pekik Qirani yang langsung meraih lengan pujaan hatinya, agar tak jatuh.
Baru saja Qirani berhasil merengkuh lengan Galih, Doni sudah menarik tangannya yang satu lagi. Dan itu membuat Qirani mundur menjauh dari Galih. "Nggak semudah itu, sayang.... Permainan kita belum selesai." Ujar Doni tepat di telinga Qirani.
"Nggak! Kumohon... jangan! Mas! Mas!" Qirani kembali terisak dan berusaha meronta dari pegangan Doni, mencoba untul kembali ke arah kekasihnya.
Indra menghampiri Galih dan memberinya tendangan tepat di perut. Galih langsung tersungkur ke belakang. "Mas Galih! Mas Galih!" Jerit Qirani berharap Indra tidak menghajar Galih.
Arga melihat pemandangan tersebut dari tempatnya duduk tanpa bergeming. Bahkan seolah-olah apa yang terjadi di depannya bukanlah hal yang aneh. Namun, diam-diam Arga memperhatikan sosok Qirani. Cih! Lebay banget! Apa hebatnya cowokmu? Secinta itu?! Bullshit!!! Aku enggak percaya ada pasangan muda sebucin itu.
"Mas Galih, Mas Galih, Mas Galih! Berisik banget! Apa hebatnya Mas Galihmu ini?!" komentar Doni yang menghentakkan lengan Qirani, membuat gadis itu tersentak dan mencoba untuk tak menangis karena takut, tangisnya akan memprovokasi dua pemuda di dekatnya tersebut.
"Hei, kenapa kalian ribut banget sih?! Nggak asyik lagi. Udah balikin ke pacarnya. Kayak nggak ada kerjaan aja," Arga pun angkat bicara juga. Mendengar itu Doni dan Indra menoleh secara bersamaan. Menatap Arga dengan tatapan aneh, "Bukannya kamu sendiri yang bilang, pingin dia dikerjain karena udah bikin hoodie-mu kotor?" timpal Doni.
Arga terdiam, dilihatnya kedua sahabatnya itu lalu berfikir setelahnya, "Hemmm.... Terserah, ya sudahlah," sahutnya dengan nada malas akhirnya. Sepertinya Arga tak ingin mengganggu kesenangan para sahabatnya itu. Jadi dia memilih tetap duduk manis di sofa dan menyalakan sebatang rokok.
Galih sudah babak belur, Qirani hampir gila melihat apa yang terjadi. Tumbuh di panti asuhan dengan penuh kasih sayang dari Bunda Rima dan rasa kekeluargaan yang tinggi diantara sesama anak panti, membuat Qirani merasa shock saat ini.
Doni dan Indra makin merasa puas dengan mainan barunya. Sedangkan Arga, sama sekali tak peduli dan hanya menengadahkan wajahnya ke atas, melihat langit malam.
"Udah, bisa mati ini orang," kata Indra setelah menyadari Galih tak bergerak lagi. Galih mengerang kesakitan. Wajahnya penuh darah. Namun, dia berusaha untuk tetap sadar. Matanya terus menatap sosok Qirani yang masih menangis karena ketakutan. Maafin aku, pasti kamu takut banget ya.... Pikir Galih yang merasa bersalah.
"Hei, cewek bodoh! Gimana kalo kita lanjutin permainan kita tadi? Gaunmu ini... masih banyak yang bisa dikerjain. Dan jackpotnya adalah, apa kamu masih suci apa nggak?! Hehehe... " ujar Doni dengan senyum yang tampak licik dan terkekeh. Kedua matanya terlihat nakal dan mesum saat menatap Qirani dari ujung kaki hingga kepala.
Mendengar ucapan Doni, Galih segera berusaha bangkit. Sedangkan Qirani merasa tenggorokannya tercekat. Ketakutan.
"Nggak, nggak... Kumohon, aku nggak mau ikut permainan lagi. Kumohon, aku mau pulang... Bunda pasti mencariku... Bunda pasti mencariku... kumohon ya kak... " Qirani terus memohon di selingi Isak tangis. Alis Doni terangkat satu lalu diliriknya Indra dengan wajah yang tiba-tiba serius, "Aha! Anak bunda rupanya. Wah, cewek ini pasti masih polos. Anak bunda, hah?... Hmmm...." Tanggap Indra sembari memperhatikan sosok Qirani dengan seksama.
"Rambut panjang, ikal dan hemmm... wangi. Liat ini, kulitnya putih bersih. Wajah yang juga cantik. Tubuhmu nggak montok, nggak berisi, tapi bagus dilihatnya. Hemmm... aku yakin, bundamu ini sungguh sayang sama kamu, dia pasti rajin bawa kamu keluar masuk salon. Kayaknya cewek ini anak orang kaya yang dimanja," sambung Indra yang mengambil beberapa helai rambut gadis berkulit putih itu dan menghirup aroma rambut tersebut.
"Bu-bukan... a-aku bukan anak orang kaya," sahut Qirani menyanggah tebakan Indra dengan gagap. Indra menyeringai. Kemudian ia mendekati Galih yang kini terduduk di lantai dengan memegangi perutnya.
"Ah, aku nggak percaya. Ayo kita tanya, pacarmu." Kata Indra sambil mengangkat wajah Galih yang sebelumnya tertunduk.
"Bosku! Apa pacarmu ini oplas atau cantik alami, sih?" tanya Indra dengan suara yang setengah berbisik namun cukup jelas terdengar hingga ke telinga Qirani. Gadis itu semakin bingung dan ketakutan.
Galih menjawab dengan berusaha menggelengkan kepala. Doni tertawa kecil melihat ulah Indra terhadap Galih. "Ooh, jadi dia ini asli cantik ya, hehehe!!! Mmm, jangan-jangan dia anak dokter kecantikan?" Indra kembali bertanya.
"Bu-bu... kan... " jawab Galih terbata-bata. Indra tampak jelas tak percaya, kemudian berkata, "Hemmm... masa sih? Ah!! Aku tau, dia pasti rajin perawatan ke salon, betul nggak?" Untuk kedua kalinya Galih pun menggelengkan kepala. Indra mengernyitkan dahinya, "Apa dia anak orang kaya? Siapa tau kami kenal keluarganya," tanyanya.
"Di-dia... "
"Mas Galih!" Tiba-tiba Qirani berseru, mencoba menghentikan apa yang ingin dikatakan Galih.
"Ada apa ini? Apa dia beneran anak konglomerat? Yang enggak boleh ketauan keluyuran? Apa jangan-jangan dia anak pejabat negara? Wah, merinding aku!" Tanggap Doni yang kini menatap Qirani seakan-akan melihat hantu. Indra melepaskan cengkeramannya pada Galih dengan kasar. Dan begitu berdiri, satu tendangan dari Indra mendarat telak di perut Galih. Galih hanya menahan semuanya demi Qirani. Bukan tak mampu untuk melawan, hanya saja kalau ia melawan, ia cemas memikirkan keselamatan Qirani.
"Sini, cewek bodoh!" Doni menarik tangan Qirani dan menyuruhnya berdiri dengan tegak. Gaun Qirani tampak sudah tak utuh lagi. Di beberapa bagian tampak robek. Qirani memilih menurut untuk berdiri tegak di sisi Doni, bangun dari bersimpuhnya. Ya Allah.... Tolong aku! Bunda.... Seru gadis itu dalam hati.
"Sekarang, kita bikin aturannya. Dalam hitungan ketiga, sebutkan harga kalian, harga tertinggi yang boleh merobek gaunnya. Dimulai dari bagian atas," ujar Doni dengan wajah serius seraya melayangkan pandangan ke arah Indra dan Arga.
Apa mereka ini nggak punya hati juga?! Apa sih yang ada di otak tuan muda yang pada gila semua ini??? Batin Galih dengan gondok. Ingin rasanya ia bangun, membawa Qirani pergi dan membalas semua pukulan dan tendangan yang dilakukan dua pemuda di hadapannya itu kepadanya. Namun, mengingat siapa ketiga pemuda di hadapannya itu, nyali Galih menciut. Orangtua mereka donatur terbesar di kampus tempatnya kuliah.
"Boleh! Aku ikut main, Don... Ga, kamu ikut nggak?" Tanya Indra sembari menoleh ke arah Arga. Arga mematikan puntung rokoknya dan mulai menyalakan sebatang rokok kembali. "Boleh," jawabnya santai, setelah menghempaskan asap rokoknya dengan perlahan.
Qirani menggoyangkan kedua telapak tangannya sebagai isyarat penolakannya, "Jangan, kak... Kumohon, jangan... " isaknya kembali memenuhi ruangan.
Indra dan Doni terkekeh. "Nangis yang kenceng, biar kita-kita makin penasaran," ucap Doni seraya membelai lembut lengan Qirani dengan tatapan penuh nafsu. Begitu pula tatapan Indra. Sedangkan Arga, hanya sekilas melempar pandang ke arah Qirani.
"Eehh, biar seru, pacarnya aja yang suruh ngitung, gimana?" usul Indra tiba-tiba dan ditanggapi oleh Doni dengan wajah sumringah, "Ya, boleh juga usul kamu! Okey!"
Galih sedang berusaha untuk bangun, ingin melindungi Qirani. Sayangnya, ia tak sanggup bergerak lebih banyak lagi. Tubuhnya benar-benar terasa sakit. Bahkan kepalanya mulai terasa pusing tujuh keliling. Matanya yang tampak lebam, benar-benar membuatnya tak bisa melek. Rumor itu benar, geng Arga emang brengsek!!Mempermainkan siapa saja yang menurut mereka pantas dipermainkan. Percuma mereka lahir dari keluarga terhormat sekalipun, tapi kelakuan mereka menjijikan. Ya Allah, gimana ini? aku pingin nolongin Qirani. Tapi, aku nggak bisa bergerak sama sekali....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
kalea rizuky
geng gk ada akhlaknya
2024-01-17
2