BAB 3

Qirani terus sesenggukan. Meratapi nasibnya malam ini yang benar-benar sial. Andai di kalender ada hari sial, pastinya dia tidak akan mengalami kejadian hari ini. Tiga laki-laki di hadapannya menatapnya seolah-olah dirinya adalah makanan yang siap disantap kapanpun mereka mau. "Mulai!" Kata Indra memberi isyarat kepada gadis yang ada di hadapannya dengan mata sembab dan wajah yang memerah, "Hiks... sa... tu... hiks... du... a... hiks... hiks... tiga... "

"Dua ratus!"

"Seratus!"

"Seratus!"

Begitu Qirani berhenti berhitung, secara bersamaan ketiganya langsung menyebutkan harga dan meletakkan lembaran uang sesuai dengan yang disebutkan ke atas meja di dekat Qirani. "Aahh... aku yang menang!" Ujar Doni tampak girang dan kemudian segera mendekati Qirani, "Sorry sayang... " sambung Doni dengan senyum yang tampak mengerikan di mata gadis polos itu.

BREETTT!! Doni merobek paksa gaun pesta Qirani dan gaun pemberian Galih itupun terbelah dimulai dari leher hingga ke perut. Belahan dada Qirani langsung terlihat jelas. Qirani menyilangkan kedua tangannya demi menutupi dadanya. Doni terlihat terpukau dengan pemandangan dari sebagian tubuh Qirani, "Ckckck... lumayan juga!" ucapnya. "Ayo, hitung lagi!" Kata Doni dengan nada setengah membentak kepada Qirani.

"Satu... hiks hiks... dua... hiks... ti... ga... "

"Dua ratus!"

"Lima ratus!"

"Seratus!"

Doni tersenyum senang, "Hehehe.... giliran ku lagi!" Bangganya untuk kedua kali. Arga hanya tersenyum tipis, sedangkan Indra terlihat kesal, "Kamu kayaknya nafsu banget yaa... Kayak nggak pernah liat bodi cewek telanjang aja, main kasih harga tinggi!" komentar Indra sinis. Doni tertawa kecil sekarang dan menyahut, "Jangan sirik dong.... Lagian mau liat yang bagus kok pelit keluar duit sih!" Dan Doni kembali menghampiri Qirani dengan seringai mesumnya, "Jadi.... mana yang pingin dirobek, sayang?" BRETT!!! Belum juga Qirani mau buka mulut, Doni sudah merobek lengan bajunya sebelah kanan. Wajah cantik Qirani memucat.

"Nggak seru ah, apa yang bisa dilihat?" Indra mengeluh sambil melengos. Doni tersenyum simpul dan berujar, "Bukan apa yang bisa dilihat, tapi sensasinya itu lho. Ngeliat muka cantiknya ketakutan, bikin aku geregetan, hehehe...." Indra merasa sedikit kecewa,"Ya ya ya...." Dan Arga bahkan tanpa ekspresi melihat kedua temannya. Tatapannya kembali tajam ke arah Qirani. Ya, dia bikin aku inget seseorang yang ngilang gitu aja.

Indra berjalan kembali ke arah Qirani dan menyentuh lembut lengan Qirani dengan senyum, Qirani menepiskan tangan Indra dengan cepat. "Sok suci. Ayo, mulai ngitung lagi sekarang." Perintah Indra sembari melotot ke arah Qirani. Qirani menelan ludah dan dengan bibir bergetar, diapun mengikuti apa yang diperintahkan Indra, "Satu.... Hiks hiks.... Dua.... Hikss.... Ti... "

"Seratus!"

"Lima ratus!"

"Tujuh ratus!"

Begitu angka selesai diucapkan, Doni menoleh ke arah Indra yang tampak sumringah. "Akhirnyaaaa.... Aku dapat bagian juga. Lihat nih, aku yang robek, pasti bikin puas yang ngeliat!" kata Indra dengan senang. Tanpa buang waktu, Indra mendekati Qirani. Doni tampak kesal. Arga hanya melihat sekilas, kemudian kembali sibuk dengan rokoknya.

BRREEETTT!!! Benar-benar niat, Indra merobek dengan kasar gaun yang dikenakan Qirani. Kali ini, robeknya gaun Qirani benar-benar panjang. Terbelah menjadi dua. Qirani bahkan hampir jatuh saat gaunnya dirobek Indra. Kini yang tersisa tinggal sebelah sisi kirinya yang masih tertutup dan sepasang pakaian dalam yang mau tak mau terlihat sebagian.

Doni tertawa lebar dan berkomentar, "Wwuuaahhh..... Betul juga! Puas ngeliatnya, hahaha!!!" Indra merasa bangga dengan apa yang dilakukannya. Senyumnya sangat lebar sekarang mendengar komentar Doni. Arga masih terdiam tanpa ekspresi sembari menikmati rokoknya. Sedangkan Qirani, terisak lirih dan menoleh ke arah Galih, "Hiks... hiks... Mas.... Mas Galih... " panggil Qirani dengan harapan Galih mendengarnya dan bangun untuk segera menolongnya.

"Mas Galih mu udah lagi pingsan. Nggak akan bisa nolongin. Pasrah aja sama nasibmu malam ini." Tanggap Indra setengah mengintimidasi. Doni menimpalinya, "Iya betul! Oh ya, aku lupa kasih tau. Kita ini nggak jahat-jahat banget koq. Uang yang kita keluarin sebagai taruhan ini, nantinya buat kamu. Lumayan kan, udah kumpul dua juta... mmm, lima ratus ribu nih...."

"A-aku hiks... hiks ... nggak mau uang kalian... Aku mau hiks... pulang... hiks...." Kata Qirani di tengah isak tangisnya. "Dasar anak manja!" umpat Indra kesal.

"Arga, kamu pelit banget sih! Dari tadi seratus mulu. Lagi bokek?" tanya Doni dengan heran saat menoleh ke arah Arga yang sedang mematikan puntung rokoknya dengan cara menginjaknya. Arga mengangkat wajahnya yang tampak acuh tak acuh itu menoleh ke arah Doni dan berkata dengan santai sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang, "Guys, tahun ini aku harus lulus kuliah, jadi sebisa mungkin aku nggak pingin punya catetan masalah. Papa ngancem aku, kalo aku punya masalah yang bisa bikin aku gagal lulus tahun ini, aku bakal lanjutin kuliahku di luar negri. Aku nggak pingin keluar negri."

"Santai aja, ini nggak akan jadi masalah, bro," tutur Indra menenangkan Arga. Doni manggut-manggut setuju. Arga masih tampak acuh tak acuh, "Ya udah lanjutin aja," ujarnya dengan  sikap yang santai. Indra pun melihat ke arah Qirani dan berseru, "Hei, mulai hitung!" Qirani menyeka airmata yang meluncur di pipinya dan dengan lirih mula menghitung, "Hiks... satu... dua... hiks... hiks....tiga... "

"Dua ratus!"

"Tiga ratus!"

"Lima ratus!"

Dan senyum Doni merekah, "Woohhooo... aku menang, guys!!" Ya, angka taruhannya kembali menjadi yang tertinggi. Dia menang lagi untuk ketiga kalinya. Qirani melangkah mundur saat Doni mendekatinya. "Jangan, kumohon lepasin aku. Kumohon, kali ini, jangan la... enggaakkkk!!!" Tak menunggu lama dan tak peduli dengan memelasnya Qiani, Doni menarik lepas sisa gaun yang masih melekat. Kini Qirani tinggal mengenakan pakaian dalam saja.

"Wuuuu.... Apa ini? Pakaian dalamnya nggak seksi sama sekali. Kamu pake daleman ibumu, hah?!" Kata Doni yang diakhiri dengan bersiul panjang. Indra mulai bergairah. Matanya jelalatan menyusuri setiap lekuk tubuh putih nan mulus yang berdiri gemetar ketakutan di hadapannya. Kali ini Arga mulai merasa tertarik. Diperhatikannya sosok Qirani yang mencoba menutupi bagian tubuhnya dengan memeluk tubuhnya sendiri. Apa dia benar-benar sepolos itu? Dia nggak lagi pura-pura, matanya benar-benar keliatan takutnya. Badannya benar-benar gemeteran. aku yakin dia nggak lagi akting atau sok suci. Apa dia benar-benar belum pernah intim dengan cowoknya? Cewek-cewek lain nggak segitunya. Iya, ada yang emang malu ditelanjangi gitu aja, tapi sikap mereka nggak sehisteris dia, Dan lagi ini cewek berisik banget, nangis mulu. Padahal kan nggak diapa-apain. Batin Arga saat menatap sosok gadis yang hampir telanjang itu di hadapan Indra dan Doni.

"Ini gimana? Langsung lepas atas bawah atau mulai dari atas?" Pertanyaan dari Indra membuat yang lain memperhatikan sosok Qirani dengan serius. "Kayaknya langsung sepaket aja lah, biar cepet kelar game nya, dan aku bisa icip-icip pacar orang, hehehe!" Sahut Doni kembali terkekeh. Indra menatapnya dengan remeh, "Don, kamu ngomong kayak gitu emang yakin banget bakal kamu yang menang kali ini? Apa kamu juga yakin, dia mau kamu icipin? Sekarang aja dia udah segitu hebohnya ketakutan. Inget ya, nggak boleh pemaksaan, harus mau sama mau. Jangan sampai, gara-gara game ini, kita malah kena masalah hukum."

Dengan sombong Doni menanggapi kalimat Indra, "Cih, kalian aja yang pelit ngeluarin duit. Lagian, kebanyakan cewek kan emang gitu. Sok jual mahal, ujung-ujungnya kalo udah ada di bawah tubuhku, pada pasrah dan menikmatinya, hehehe...." Indra merasa direndahkan dengan ucapan Doni, seketika dia langsung menimpalinya, "Siapa yang pelit! Jangan salah! Kalo bagian ini aku berani tinggi lah!!" Doni merasa geli dengan sikap dan ucapan Indra, "Setinggi apa sih harga mu?" tantangnya, lalu ia melihat ke arah Qirani, "Hei, mulai ngitung!!" perintahnya. Qirani menggelengkan kepalanya dengan cepat beberapa kali.

Doni kesal, "Kalo nggak mau, aku hajar nih cowokmu!!" ancamnya sembari berjalan mendekati Galih yang masih pingsan. Qirani langsung berseru mencegahnya, "Jangan!!! Kumohon, kasian Mas Galih. Jangan! Iya, aku berhitung lagi. Aku akan berhitung lagi. Tolong, jangan sakiti Mas Galih lagi." Arga mulai makin tertarik melihat Qirani yang mencoba menahan tangisnya dan kini memilih untuk duduk di lantai dengan memeluk kedua kakinya, menutupi bagian depan tubuhnya yang hampir telanjang. Cewek ini beneran bodoh ya? Kenapa mengorbankan diri sendiri demi seorang cowok yang cuma pacarnya... bukan suaminya ini. Jangan-jangan mereka emang sangat intim dan udah lebih dari pacaran biasa, sampai dia ngebelain cowoknya segitunya. Kebanyakan begitu, kayak cewek-ceweknya Indra dan Doni. Arga terus memperhatikan sosok Qirani. Ada beberapa cewek yang terpaksa ikut game ini demi dapet uang taruhannya, ada pula yang kita paksa ikut, kayak dia ini. Tapi di sesi terakhir ini, biasanya yang dipaksa ikut lebih milih ngebiarin cowoknya dihajar daripada mereka harus benar-benar telanjang bulat di depan kita. Tapi dia....

Sementara Arga sibuk dengan isi pikirannya. Kedua sahabatnya tampak sedang memanjakan mata mereka dengan setiap lekukan tubuh Qirani. Sedangkan Qirani berusaha mengatur nafasnya yang kini semakin terasa sesak. Gimana ini.... Apa aku bener-bener akan ditelanjangi? Setelah aku telanjang, apa yang akan terjadi? Apa aku akan dibiarkan pergi gitu aja? Atau mereka akan... Ya Allah, apa aku akan sehina ini? Nggak... nggak.... kumohon jangan! Aku masih harus lulus sekolah. Sedikit lagi... dan aku bisa kerja sambil kuliah. Kumohon ya Allah, kumohon. Biarkan aku lulus sekolah tanpa ada masalah apa-apa. Ya Allah....

"Buruan! Hitung!!" Perintah Doni membuat lamunan Qirani dan Arga buyar. Sekali lagi gadis itu menoleh ke arah Galih dan menguatkan hati, "Satu... dua... hiks hiks... tiga... "

"Sepuluh juta!"

"Sejuta!"

"Lima juta!"

Serempak ketiganya menyebutkan harga begitu Qirani selesai mengatupkan mulut. Qirani tersentak mendengar harga tertinggi yang disebutkan oleh salah satu dari ketiga pemuda teersebut. Matanya membelalak menatap sosok yang kini mendekat ke arahnya sembari mengacungkan satu kartu ATM dari sebuah bank pemerintah terbesar di negeri ini. Sosok tubuh tinggi itu tersenyum simpul padanya. Bagi Qirani, ia merasa senyum itu tampak sebagai senyum licik yang sangat jahat.

Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112-1
113 Bab 112-2
Episodes

Updated 113 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112-1
113
Bab 112-2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!