PUKUL 02.46 WIB
"Apa yang kamu lakuin? Itu anak orang sampai pingsan kayak gitu. Kira-kira apa kalo mau mau main-main mah. Inget, papamu minta kamu nggak punya masalah apa-apa tahun ini. Fokus sama kuliahmu, Ga." Tegur Reno setelah memeriksa keadaan Qirani. Mau tak mau, Arga akhirnya memanggil Reno, salah satu sahabatnya yang satu kampus dengannya namun berbeda jurusan. Dan Reno memilih jurusan kedokteran. Reno merapikan alat kesehatannya dan mengeluarkan sebuah botol kecil.
Arga mendengus kesal mendengar ucapan Reno, padahal dia paling paham bagaimana Reno. Type manusia yang paling tidak bisa melihat hal yang melanggar aturan, etika, dan lainnya. Hanya Reno yang paling lurus dalam segala hal dibandingkan dirinya dan dua temannya yang lain. "Aku nggak apa-apain dia koq, dia nya aja lebay," tutur Arga dengan nada ketus dan tegas.
Reno melihat ke arah Qirani yang masih seperti patung, "Terus, dia kenapa? Aku inget lho, kamu membuka pintu cuma pake boxer, dan dia... bahkan sampai sekarang, cuma pakai pakaian dalam doang. Kamu mau bilang, dia datang kesini emang cuma pake daleman gitu doang?" Kata Reno yang kemudian menatap Arga dan menggelengkan kepalanya beberapa kali dengan perlahan. Melihat sikap Reno, Arga merasa sedang diintimidasi. "Anak mana itu? Masih ABG kayaknya," sambung Reno.
Arga menggelengkan kepalanya sekali dan menjawab, "Nggak tau, kenal juga nggak." Reno tersenyum tipis dan sinis mendengar jawaban Arga yang masih dengan nada ketusnya, "Huh! Gimana bisa nggak kenal? Tapi bisa kamu bawa pulang? Jangan bilang, dia korban permainan kalian?!" tebaknya.
"Apaan sih, Ren? Selalu negatif thinking aja. Aku dan yang lain udah enggak pernah ya main game itu. Aku mungut di jalan, koq!" sahut Arga sembari melengos, melihat ke arah yang lain. Panjang urusan kalo Reno tau, bahwa kita masih mainin game itu sampai sekarang. Bisa tiga hari tiga malam dia ngomongin karma. Sambung Arga di dalam hati.
"Bisa-bisanya. Kamu yang mysophobia, bisa mungut cewek di jalan? Aku nggak percaya itu!" Sanggah Reno nyinyir. Arga menoleh ke arah Reno dan menjawab, "Emang kenapa nggak percaya? Sekarang ini asal mau, di jalanan banyak banget, Ren. Tau sendiri di lam... "
"Udah, berdebat sama kamu nggak akan menang. Harusnya kamu kuliah ambil jurusan hukum, biar jadi pengacara. Salah jurusan yang kamu ambil!" Reno memotong kalimat Arga seraya mengenakan jaketnya yang sebelumnya tergeletak di tangan sofa. Syukur deh, dia mau pulang sekarang. Puyeng kalo sama Reno, biarin dia lebih muda dibandingin yang lain tapi dia paling sering ceramahin kita-kita. Arga bersyukur dalam hati.
"Ren... cewek itu masih hidup?" tanya Arga yang penasaran saat memperhatikan Qirani masih diam tak bergerak. Reno berdiri dari duduknya dan tersenyum geli, "Ngomong apa kamu? Cuma pingsan doang, terlalu shock kayaknya. Dia masih hidup dan masih virgin." Sahut Reno sambil mengambil tas ranselnya yang tergeletak di lantai, tepat di sebelah sofa yang ia duduki.
"Oh.... Eh, Apa?!!" Spontan Arga terkejut mendengar kalimat terakhir Reno. Bahkan matanya membulat menatap Reno saat itu juga. "Koq sekarang giliran kamu yang shock gitu?... Kamu yang mungut tapi nggak tau dia masih virgin?" Reno menatap Arga dengan tatapan tak percaya. Wajah Arga memang terlihat kaget bukan kepalang. "Kan aku bilang tadi, aku nggak ngapa-ngapain dia. Jadi mana aku tau, dia masih virgin gitu. Tapi darimana kamu tau dia masih virgin? Kamu... "
Arga sengaja menghentikan kalimatnya sendiri sembari mengarahkan pandangannya ke arah jari jemari Reno. Reno mengerutkan keningnya saat tatapan aneh Arga membuatnya bingung untuk sesaat. Lalu tiba-tiba Reno menyentil kening Arga dengan keras, "Dasar otak mesum! Ya kali, Ga! Busuk jariku kalo aku ngelakuin hal yang ada di otak gilamu itu. Seorang dokter tau gimana caranya buat cek kayak gitu tanpa pake jari!" Kata Reno sambil mengacungkan jari tengahnya ke wajah Arga.
"Tapi, kamu kan belum lulus kuliah kedokteran. Kamu masih mahasiswa kedokteran, Ren. Nggak nuduh sih, cuma... " Arya sengaja menggantung di akhir kalimatnya dengan mengumbar senyum. "Udah ah, aku ngantuk berat. Nih, ada vitamin buat dia kalo dia udah bangun. Dia udah sadar, cuma masih lemas. Kayaknya dia ketiduran. Jangan diapa-apain dulu. dia butuh isti... "
"Apaan sih, Ren? Kamu nggak percaya apa gimana? Kamu paling aku gimana dibandingin yang lain. Satu cewekpun nggak pernah aku mainin, apalagi sampai ngelakuin sesuatu yang bisa bikin papa sama oma marah." Sela Arga yang semakin kesal dengan tuduhan Reno, Reno tertawa kecil sembari beberapa kali menepuk punggung Arga.
Ya, sahabatnya yang satu ini tak bisa dibilang buruk rupa. Malah dia terlahir dengan wajah tampan dan pesona yang membuat banyak gadis tergila-gila padanya. Dengan tubuh setinggi 180 sentimeter, Arga menjadi yang paling tinggi dibandingkan ketiga sahabatnya yang lain. Hanya saja, meski dengan tubuh tinggi, kulit bersih dan wajah tampannya bukan berarti dia seorang playboy. Sampai sekarang, baru ada satu gadis yang bisa membuatnya melawan aturan keluarga besarnya. Reno memutar ingatannya ke beberapa tahun silam, bagaimana kabarnya sekarang? Masih hidupkah? Atau... "Aku percaya, koq," tutur Reno yang memasang wajah seriusnya, "Kamu kan juga masih perjaka, hahaha!!!" sambungnya kembali tergelak.
Arga beranjak bangun dari duduknya dan mendorong tubuh Reno ke arah pintu keluar apartemennya, "Udah deh, pulang sana. Berisik banget dan makasih banyak!" usir Arga secara terang-terangan. Arga merasa kesal setengah mati. Reno tertawa kecil. "Oke, oke, aku pulang ya," Pamit Reno segera setelah meletakkan sebotol vitamin di atas meja. Arga hanya meliriknya sesaat.
Setelah Reno keluar dari apartemennya, Arga kembali ke kamarnya dan dilihatnya Qirani tidur dengan posisi miring, memunggunginya. Tidur dimana ya, seharusnyamasih bisa sih kalo tempat tidurku dipake berdua sama dia. Dan ingatan bagaimana terakhir Qirani histeris dan menangis sejadi-jadinya membuatnya menggelengkan kepalanya beberapa kali. Wah, mendingan enggak deh. Bisa berisik lagi sampai pagi dan aku nggak akan bisa tidur. Segera Arga menarik satu bantal di tempat tidurnya dengan hati-hati dan keluar kamar. Ditujunya sofa dan melemparkan tubuhnya di atasnya. Setelahnya, hanya dalam hitungan detik, dirinya terlelap.
KEESOKAN HARINYA,
MINGGU, PUKUL 10.55 WIB
"Kak... Kakak... " Qirani mencoba membangunkan Arga yang masih tertidur lelap di sofa. "Kakak... Kak, bangun... Kak... " Kembali, Qirani menyentuh bahu Arga, mengguncangnya dengan takut-takut. Arga menggeliat. Lagi, Kirani mengguncang bahu Arga. Kali ini dengan sedikit kencang dan berulang-ulang.
"Uugghhh... Berisik banget sih!" keluh Arga dengan kesal. Dia mengucek matanya beberapa kali, penasaran siapa yang membangunkannya. Setelah bisa membuka matanya lebar-lebar, ia mendapati Qirani yang mengenakan baju handuk miliknya dan rambutnya yang basah sedang duduk bersimpuh di lantaitepat disisi sofa. Arga beringsut bangun untuk duduk. Dan spontan Qirani menarik tubuhnya langsung menjauh dari Arga. Apaan sih, bikin kaget aja tau-tau minggir begitu. Batin Arga yang merasa geli di dalam hati. Wajah polosnya membuat Arga merasa iba.
Arga duduk dan menatap wajah gadis di hadapannya yang tampak ketakutan, "Kamu udah mandi?" tanyanya sembari membekap mulutnya yang menguap sejenak kemudian. "Udah, barusan," jawabnya seraya menganggukkan kepala. "Terus?" tanya Arga yang kini membersihkan ujung matanya dengan satu jari telunjuknya. Qirani menelan ludah sebelum berkata, "Aku mau... "
"Ah iya, aku tau. Mau minta pulang?" sambung Arga, kali ini berdiri dan mulai berjalan menuju kamarnya. Qirani ikut berdiri dan mengekor di belakang sosok tinggi itu, "Iya, bunda Rima pasti cemas. Dia... "
"Ya, itu juga aku tau. Bundamu pasti nyariin," sambung Arga yang kembali memotong ucapan Qirani, "Mau langsung pulang sekarang?" imbuhnya yang kini menuju ke lemari pakaian di kamarnya. Seperti diingatkan saat melihat kemana arah Arga menuju, Qiranipun bertanya, "Bisa pinjam baju kakak? Aduh!" Arga yang berhenti tepat di depan lemari pakaian, membuat kepala Qirani menubruk punggungnya. Arga merasa lucu dengan sikap dan tingkah Qirani. "Bisaaa," sahut Arga yang kemudian membuka lemari pakaiannya dan melihat-lihat sejenak. Kemudian, diambilnya satu buah kaos berlengan panjang dengan gambar rocker dan satu celana training selututnya.
"Nih, ini baju lamaku, udah nggak pernah aku pakai. Udah kekecilan dan sempit buatku," ujar Arga seraya menyodorkan pakaian tersebut kepada Qirani. Qirani menerimanya dengan ragu-ragu. Bukannya tidak mau menerimanya, tapi melihat ukurannya, Qirani merasa pakaian itu sepertinya kebesaran di tubuh kurusnya. Arga mengerutkan keningnya dan berkata, "Aku nggak ada lagi baju yang kecilan selain itu. Udah pakai aja! Tunggu apalagi? Ah, jangan-jangan kamu pingin aku yang makein baju ke kamu?"
Mendengar ucapan Arga, membuat Qirani langsung bergerak mundur beberapa langkah, "Enggak usah! Aku bisa pakai sendiri, koq," sahut Qirani cepat dan seketika wajahnya memerah karena malu. Arga tersenyum melihatnya.
Seketika itu pula Arga langsung teringat kejadian semalem. No! Jangan usil lagi, Ga! Bisa-bisa dia pingsan lagi dan aku bakal repot dengan ceramah Reno. Pikirnya cepat demi menahan niat usilnya, "Ya udah, tunggu aku mandi dulu. Baru aku anterin kamu pulang," putus Arga dengan nada suara yang membuat Qirani merasa senang dan lega akhirnya. "Ya... makasih, kak!" tanggap Qirani begitu senang. Arga sedikit terperanjat melihat raut wajah cantik Qirani yang sumringah tersebut. Bahkan Qirani tersenyum lebar kepadanya. Dan untuk pertama kalinya setelah kosongnya hati untuk beberapa waktu yang lama, Arga merasakan kehangatan menyelimuti dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments