Brankar di dorong dengan tergesa-gesa masuk kedalam ruangan yang bertuliskan UGD.
Masuk dengan gadis kecil yang berwajah pucat pasi, entah semoga nafasnya masih ada dan tetap memilih tinggal di dalam diri gadis tak berdosa itu.
Duduk menunggu dengan pandangan yang sulit di artikan! Ayolah Uncle Marco benci dengan keadaan menunggu.
30 menit berlalu, belum ada satu pun dokter yang keluar dari ruangan tindakan itu. Hati Uncle Marco mengumpat serapah atas Dokter Dimas yang ikut peran dalam ruangan tindakan.
Ingin sekali memecat sahabat nya itu menjadi dokter, kenapa lama sekali. Apa mungkin sahabat nya sudah menjadi manusia bodoh!
Pecat saja, cabut saja gelar yang melekat dalam diri Dimas.
"Tuan tenanglah! Minum ini!" Ujar Pitter menyerahkan air mineral yang di ulurkan padanya.
Tepisan kasar di layangkan oleh Uncle Marco, tatapan nya begitu menohok ke arah tangan kanan nya itu. "Kau lihat dia ada didalam aku tak tau dia masih hidup atau mati! Kenapa kau malah menyuruhku minum!" Umpat nya dengan mata melotot.
"Tuan, tapi anda harus memikirkan kesehatan anda!"
"Pulang Pitter!!! Kau berisik sekali!!" Umpat Marco.
"Pulang lah Pitter, biar aku yang mengurus putra ku disini!" Ujar Papa Robert yang datang secara tiba-tiba entah dari mana.
"Pa!"
"Baik tuan! Saya permisi!" Pamit Pitter belalu pergi.
"Kau bodoh!" Ujar Papa Robert.
"Diam Pa! Bukan saat nya anda menasehati saya!" Sengit Marco dengan tatapan tajam nya.
"Hah.... "
"Bagaimana sialan! Kau lama sekali!" Umpat Marco pada dokter Dimas yang baru saja keluar dari ruangan tindakan.
"Bagaimana mungkin aku meninggal kan nya!" Cercah Marco.
"Akan baik-baik saja! Ada hal yang ingin aku bicaranya secara pribadi padamu!" Ujar Dokter Dimas lagi, melangkah pergi dan masuk kedalam ruangan nya.
"Kenapa?"
"Sudah ku katakan! Jangan membuatnya untuk berjalan, Dia pendarahan!"
"Apa yang harus ku lakukan!"
"Aku sudah menanganinya dan melakukan yang terbaik! Tapi satu hal yang ingin ku sampaikan! Lebih tepatnya ini sebuah perintah!"
"Jangan memerintah ku! Siapa dirimu!" Sinis Uncle Marco.
"Ya sudah! Melanggar lah dan bertindak semau mu! Besok kau hanya perlu menyiapkan kuburan untuk nya!"
Brak!
"Jaga ucapan mu! Sebelum aku menguliti mu Dimas!!!!" Nadanya begitu nyaring memenuhi ruangan Dimas.
"Jangan membuatnya tertekan! selain pendarahan! Dia juga depresi, Sebaiknya kau menjauh lah terlebih dahulu!!!!"
"Apa kau.... ".
"Semua pilihan ada di tangan mu!"
"Sialan kau!"
(Uncle, jangan marah mulu Ih... Nanti cepet tua terus darah tinggi loh ya!!!!)
...🍒🍒🍒🍒...
Ruangan begitu nyaman, sangat nyaman. Tak seperti sedang di rumah sakit dengan bau obat yang menguar memenuhi ruangan.
Maklum rumah sakit milik keluarga Marco, ya terserah dong dirinya ingin bagaimana.
"Tinggalkan dunia hitam mu!"
"Tak mungkin Pa!"
"Apa yang kau cari, bukan kah kau tak akan pernah menjadi miskin jika keluar dari sana! Bisnis Papa masih cukup membiayai kehidupan mu"
"Tapi aku tak suka menjalan kan pekerjaan seperti itu! Terlalu munafik mengumbar senyum kesemua penipu dan penjilat."
"Ingin membuatnya dalam bahaya?" Ujar Papa Robert menunjuk Nana yang terbaring lemah tak berdaya.
"Apa maksud mu!"
"Kau jelas tau, bahwa dunia hitam begitu kejam dan jangan pernah libatkan cinta di dalam nya!"
"Aku tak mencintai gadis jelek itu!" Ujar nya menunjuk ke arah Nana.
"Hahahaha... Tak cinta? Lalu kenapa kau peduli dengan nya? Buka kah kematian adalah hal biasa! Biarkan dia mati? Toh dia bukan selera mu?"
"Dia masih berhutang padaku!"
"Hutang? Buka kah dia hanya menolong. Dan kau jelas tau bahwa dia tak terlibat sama sekali!"
"Diam Pa!"
"Kau bahkan sudah bertindak di luar batas padanya! Kau tak lebih seperti seorang pecundang!"
"Pa keluar! Pulang!"
"Jika kau mencintai nya! Keluarlah dari dunia hitam jangan bahayakan dirinya! Kau jelas tau dia tak bisa menjaga diri bahkan akan sering menyusahkan mu! Membuat mu resah bila kau jauh darinya! Pulang ke rumah Papa! Hidup seperti anak sewajarnya? Pimpin perusahaan. Apapun yang membuatmu bahagia Papa merestui itu! Dunia tak kejam nak! Dunia tak hanya berisi tentang pengkhianatan! Masih banyak orang yang baik dan sayang padamu! Fikirkan semua dengan baik-baik! Papa pulang! Dan ini keperluan mu!" Ujar Papa Robert panjang lebar, kakinya melangkah keluar.
Duduk dengan lesu, pandangan matanya sulit di artikan.
Benar apa yang di katakan oleh Papa nya, Nana kedepannya akan menyusahkan dirinya, padahal semua dendam yang dimiliki belum tuntas untuk di balas kan.
Arggghhhhh......
Fajar menyapa tanpa tau keadaan, baru beberapa jam Uncle Marco terpejam sempurna. Namun harus di paksa untuk terbuka. Gadis itu masih sama, diam dengan mode terpejam. Sangat nyaman dan damai dalam tidurnya kali ini.
Usapan lembut di Pipi gadis itu, Argh masih dingin dengan wajah pucat. Tak membuat nya terganggu sama sekali.
Tok.
Tok.
Tok.
"Tuan! Hilda! Dia yang nantinya akan menjaga Nona Nana!"
"Hilda? Kau yakin?" Ucap Marco menatap Hilda dari atas sampai bawah, gadis yang ia perkiraan umurnya baru 25 tahun.
"Ya tuan! Dia teman saya!" Ujar Pitter lagi.
"Ku percaya kan padamu! jangan mengecewakan ku!" Ujar Marco lagi.
"Baik tuan! Saya tak akan mengecewakan anda" Ujar Hilda ramah.
"Jaga dia! Ikut aku sekarang Pitter! Tempat kan 4 pengawal di sini untuk berjaga!"
"Baik tuan!" Ujar Pitter patuh.
...********...
Berakhir Marco di markas miliknya, beberapa botol minuman dengan beberapa kadar alkohol yang tergolong tinggi tertata rapi berjejer di lemari yang ada.
"Tuang!" Ujar Uncle Marco mendudukkan dirinya di kursi.
"Baik tuan!"
"Bacakan laporan nya!"
"Tuan Wilson yang menjebak anda, ini buktinya tuan!"
"Wilson? Lelaki itu tak akan puas sebelum dia menghancurkan diriku!" Sinisnya.
Tak ada percakapan, Pitter dengan setia menemani Uncle Marco menengguk tiap gelasnya.
"Tuan!"
"Bodoh! Dia ingin mati! Padahal jika dia hidup aku akan menawarkan semua kemewahan untuknya!" Rancau Uncle Marco, minuman itu telah menguasai tubuhnya.
"Bukan kah wanita di dunia ini sama saja? menginginkan uang ku? Untuk membeli semua kebutuhan nya dan bersenang-senang!" Rancau Uncle Marco lagi.
"Nampaknya Nona Nana gadis yang berbeda tuan!"
"Ya kau benar Pitter dia gadis yang berbeda, otaknya bodoh dan begitu dungu!" Remehnya dengan diselangi canda tawa. Gelas kosong sudah di acungkan kedepan Pitter.
"Tuan, jangan minum lagi!"
"Kau seperti nya Pitter! Selalu membantah ku! Ayolah uang ku banyak Pitter! aku benci melihatnya menangis! Tak bisakah dia seperti gadis lain pergi menghamburkan uang ku agar tak menangis!" Ujarnya lagi hingga kalimat terakhir Uncle Marco sudah hilang kesadaran nya.
Kau sudah mencintai Nona Nana tuan! Tak ku sangka gadis seperti nya yang mampu meluluhkan mu! Hanya saja kau terlalu egois dan masih menganggap dunia hanya tentang penipuan dan pengkhianatan. Aku hanya bisa mendoakan, semoga kelak kau bisa bahagia dan hidup tenang tuan! Lirih Pitter.
Bagaimana pun, Pitter tau dan faham apa yang telah di lalui bos nya yang membuatnya begitu kejam dan sangat sadis.
🍒🍒🍒🍒
Happy Reading guys.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
@shiha putri inayyah 3107
kasihan Nana,😭
2024-03-16
0
nyamnyam
kak maaf cmn ingin mengingatkan ini kok ceritanya ada typo sedikit kak😶😶😶😶
2021-07-22
0
Robiatul adawiyah
bikin tegang
2021-07-18
0