"Bos!"
"Aku sudah tau! Dia terlalu bodoh bukan!"
"Ya bos!"
"Biarkan saja! Perkuat pertahanan IT kita," Tawanya tersenyum congkak atas bagaimana usaha sang kakak untuk membobol pertahanan miliknya.
Hah? Kakak! Jika boleh memilih, sumpah Demi apapun Louis tak ingin darah tak kasat mata milik Marco Smith Robert ada dalam dirinya juga.
Sialan! Pria tua itu terlalu bodoh membuang ****** miliknya di sembarang tempat! Seperti kencing saja.
Marco, Louis. Mereka satu Papa berbeda ibu.
Hanya Louis yang mengetahui, tujuan dalam hidupnya hanya untuk menghancurkan Marco, dan Robert yang seorang Ceo perusahaan makanan terbesar. Salah siapa ia meninggalkan ibu nya demi wanita sialan itu.
Hanya Louis yang mengetahui fakta itu, Marco sama sekali tak mengetahuinya.
Bodoh bukan?
Tidak! Hanya Papa Robert yang pintar menyembunyikan bahkan menutup rapat masa lalu miliknya.
...******...
"Punya mata gak si lo" Ujarnya mendorong Nana dengan conggak,
Sabrina, kakak tingkat kelas 11 dia cucu pemilik sekolah itu, sangat sombong dan baginya semua orang harus tunduk dengan dirinya.
Biasalah! Merasa menjadi pengusaha walau berasal dari garis keturunan dan keberuntungan yang Tuhan hadiahkan untuknya.
"Maaf kak! Tak sengaja!" Ujarnya dengan jujur memungut beberapa buku yang tercecer di lantai.
Nana tak sengaja terburu waktu untuk segera masuk kedalam kelas, hingga dirinya tak sengaja menabrak! Oh ayolah itu hanya kecelakaan ku mohon jangan perpanjang masalah sekecil ini.
"Apa katamu! Maaf! Lihatlah rambutku rusak karena?" Ujarnya dengan galak.
Hanya rambut bukan? Rusak? Apa telah terpotong? berkurang? Jika hanya beberapa helai yang terlepas apa harus semarah ini? Hah! Orang kaya memang bebas dan semena-mena.
"Maaf kak!" Hanya kata itu yang lagi dan lagi Nana berikan, sudahlah mengalah saja dari manusia yang di gosip kan gila dengan segala macam hormat.
"Sini ku bantu!" Ujar Ari Wijaya, ketua basket yang sekelas dengan Sabrina, lelaki incaran sekaligus yang di idolakan oleh Sabrina.
Sial nya, pria ini menolak mentah-mentah atas perasaan yang di ungkapan! Ayolah.
Sabrina, siapa juga sih? Yang menolak pesona dari dirinya. Hanya pria bodoh bernama Ari Wijaya yang menolak nya.
...*****...
"Semua barang sudah di kirim bos!"
"Kerja bagus!" Senyumnya memutar kursi kerja miliknya, Mobil boks berisi buah menjadi manipulasi nya untuk mengirim barang haram itu agar bisa mengelabui pihak kepolisian.
Hanya beberapa senjata api seperti pistol dan beberapa bahan peledak.
"Ya bos! Saya tak akan.... " Dering telfon milik Pitter membuatnya tak bisa menjawab melanjutkan katanya.
"Angkat!"
"Baik bos!"
"Apa!" Hanya beberapa kata di ujung telfon sana membuat darah Pitter berdesir ingin melanyapkan seseorang.
"Cari tau siapa dalang di balik ini!" Ujar Pitter dengan nada penuh kilatan amarah membunuh sebelum menutup telfon
"Maaf bos!" Ujarnya dengan gugup, sudahlah siap-siap menerima amarah dan hukuman yang akan di terimanya dari sang bos.
"Mobil kita di bakar saat perjalanan, semuanya sudah habis terbakar dan supir pun mati di tempat!" Singkat padat jelas bukan?
"Apa!" Menggebrak meja.
"Siapa yang berani bermain denganku!" Ujarnya meminta penjelasan pada sang assisten.
"Kita tengah menyelidikinya bos!"
"Aku mau malam ini, 2 jam waktu yang ku berikan untuk mencari siapa dalangnya! Pergi!" Ketus Marco.
Dirinya merugi besar, bukan hanya puluhan juta tapi milyaran, siapa yang dengan beraninya bermain-main bersamanya.
Bugh!
Pyar!
Meninju tembok dan guci yang ada di ruang kerja miliknya, darah segar mengucur di sela tangan kekar miliknya.
Melampiaskan segala amarah dan kekesalan nya yang berada di ubun-ubun.
"Ini bos!" Ujarnya menyerahkan selembar kertas pada Marco, tak butuh waktu lama hanya satu jam saja.
Ayo bermain! Dua kata yang di tulis dengan darah segar di atas kertas? sangat ketara dengan bau menyeruak keluar.
"Brengs*k!" Ujarnya meremas kasar kertas itu mengepal kuat dan membuang nya.
"Ada tanda huruf L di atas jasad supir itu!"
"Louis!" Geramnya.
"Kita masih tak punya bukti kuat untuk itu bos!"
Bugh!
"Jangan meragukan pendapat ku!" Ujar Marco setelah dirinya melayangkan bogem mentah.
"Maaf tuan!"
"Ku beri satu minggu, cari dimana keberadaan Louis, Pitter!!' Ujarnya penuh penekanan.
"Tapi tuan..."
"Jangan membantahku!" Ujarnya dengan gerakan tangan menyuruh Pitter untuk pergi meninggalkan kan dirinya sendiri.
Bagaimana bisa Pitter mencari dengan waktu seminggu keberadaan Louis, sedangkan Marco tau bahkan sudah 3 bulan mereka mencari namun tak bisa menemukan. Membobol IT milik Mafia Rajawali saja tak bisa!
...*****...
"Kau tak apa?" Menyerahkan beberapa buku pada Nana.
"Tak apa kak, terimakasih!" Ujarnya.
"Ya lain kali kau hati-hati!" Peringati Ari dengan tersenyum dan berlalu pergi.
Izinkan aku lebih lama lagi untuk memandang dan mengagumi ciptaan mu Tuhan! Lirihnya menatap Kak Ari yang sudah menghilang.
Siapa yang tak tau tentangnya, kakak kelas yang baik dan suka menolong dengan ketenaran yang dirinya punya.
Ah sudahlah lupakan! Lirih Nana segera melangkah masuk kedalam ruang kelas,
Tak ada kata main-main, jika sudah di kelas Nana akan menjadi siswa paling rajin dan tenang dalam mendengar setiap kata yang telah keluar dari Ibu Guru, gadis yang baik.
Bahkan dirinya sudah di tunjuk untuk lomba matematika antar SMU tingkat kecamatan, mengingat nilai matematika nya yang cukup baik dan beberapa penghargaan yang ia raih semasa SMP.
🎶
Happy Reading ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Chacha puspa
kapan ketemu nana sama marco?
2021-08-01
0
Syifa Altafunnisa
happy reading 🤭
2021-07-24
2
FAJRIN M. MUHAMMAT
kapan ketemuannya??
jadi gak sabar aku
2021-07-19
0