Jodoh Si Gadis Miskin 2
"Bu, bapak berangkat dulu ya" kata pak Hadi seraya merapikan dagangannya.
"uhukk...uhukk... kenapa pagi sekali pak berangkatnya, bapak juga belum sarapan" kata Bu Ningsih,istri dari pak Hadi.
"Tidak apa-apa buk, semakin pagi maka semakin cepat pula kita menjemput rejeki, Insyaallah, doain bapak ya buk, semoga hari ini dagangan bapak laris" jawab pak Hadi.
"Amin, ibuk selalu doain, Bapak hati-hati di jalan, kalau udah ada yang beli, bapak sempetin buat beli makan yaa" ucap Bu Ningsih dengan suara serak yang menahan batuk.
"Iya buk, ibu jangan kerja dulu, di rumah saja sampai ibu sembuh. Kalau begitu bapak berangkat dulu... assalamualaikum"kata pak Hadi.
"Waalaikumsalam.." balas Bu Ningsih. Setelah mencium tangan tangan dan melihat kepergian suaminya, Bu Ningsih kembali masuk ke dalam rumah.
"Bu, bapak sudah berangkat yaa?" tanya Dewi, anak perempuan dari pak Hadi dan Bu Ningsih.
"Sudah nak, baru saja berangkat...uhuk...uhuk... kamu buruan sarapan nanti terlambat ke sekolah, hari ini kamu ujian kelulusan kan" Kata Bu Ningsih, lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil sarapan.
"Ibu sudah minum obat belum, ibu nanti tidak usah cuci dan gosok lagi dirumah Bu Intan yaa?" tanya Dewi yang mengikuti ibunya dari belakang. Dewi tampak khawatir dengan keadaan ibunya yang sering sakit-sakitan akhir-akhir ini.
"Ibu tidak apa-apa nak, ibu juga sudah minum obat tadi, kamu tidak usah khawatiran ibu, ibu sudah mendingan" jawab Bu Ningsih berbohong. Sebenarnya Bu Ningsih merasa batuknya semakin parah, dan dadanya terasa semakin sakit. Tapi Bu Ningsih selalu menutupi itu semua dari suami dan anaknya. Karena Bu Ningsih tidak mau membuat repot mereka.
"Tapi ibu jangan kerja dulu yaa" pinta Dewi.
Bu Ningsih tidak menjawab pertanyaan anaknya, dia hanya mengangguk dan tersenyum.
"Sudah sekarang kamu siap-siap dulu buat pergi ke sekolah, ibu siapin kamu sarapan dulu" ucap Bu Ningsih seraya mengusap kepala anak perempuannya.
"Iya Bu"... jawab Dewi.
Dewi adalah gadis remaja yang berusia 19 tahun, dia masih bersekolah tingkat SMK kelas 3. Dewi adalah seorang gadis yang mandiri,dewasa,pintar, dan mempunyai hati dan paras yang cantik.
Dewi terlahir dari keluarga yang bisa dibilang serba kekurangan, bapaknya hanya penjual balon keliling, dan ibunya buruh cuci dan gosok dirumah tetangga. Tapi dengan keadaan keluarga yang seperti itu, Dewi tak pernah merasa malu ataupun mengeluh.
Dewi mempunyai cita-cita bahwa kelak dia akan membahagiakan orang tuanya dan menjadi orang sukses.
Hari ini, adalah hari dimana Dewi akan menghadapi ujian kelulusan sekolah. Selama ini Dewi selalu giat belajar agar bisa lulus dengan nilai yang bagus, dan bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah di jurusan kedokteran, itulah salah satu cita-cita Dewi yang akan dia kejar.
"Dewi... sarapannya sudah siap, sarapan dulu nak!" seru Bu Ningsih dari ruang tengah.
"Iya Bu, sebentar lagi Dewi selesai!" jawab Dewi dari dalam kamarnya.
Tak berapa lama kemudian Dewi keluar dari kamarnya, dengan membawa tas sekolahnya, lalu mendekati ibunya yang sedang menunggunya duduk diatas tanah beralaskan tikar.
Bu Ningsih membuatkan nasi goreng untuk Dewi sarapan.
" Lho kok cuma sipiring Bu, ibu tidak sarapan?" tanya Dewi seraya duduk disebelah ibunya.
"Ibu nanti saja sarapannya, kamu duluan" jawab Bu Ningsih berbohong. Karena sebenarnya nasi gorengnya hanya tinggal 2 piring, dan satunya lagi nanti untuk pak Hadi setelah pulang dari berjualan.
"Tapi bener ya Bu, ibu nanti harus sarapan!" pinta Dewi, seraya menatap ibu yang sangat disayanginya.
Bu Ningsih hanya tersenyum seraya mengangguk.
Dewi pun langsung menyantap sarapannya.
Setelah selesai makan, Dewi langsung berpamitan kepada ibunya untuk berangkat ke sekolah.
"Bu, Dewi berangkat dulu yaa, doain Dewi semoga Dewi bisa mengerjakan semua ujiannya dengan mudah!" kata Dewi.
"Iya nak, ibu selalu mendoakan mu, dan jangan lupa sebelum mengerjakan berdoa terlebih dahulu" Jawab Bu Ningsih.
" Iya Bu... assalamualaikum..!" ucap Dewi seraya mencium tangan ibunya.
"Waalaikumsalam" balas Bu Ningsih.
Setelah kepergian Dewi, kemudian Bu Ningsih bersiap untuk berangkat bekerja di rumah Bu Intan, seperti biasa Bu Ningsih bekerja sebagai, buruh cuci dan gosok di rumah Bu Intan. Pekerjaan itu sudah ditekuninya selama 10 tahun. Bu Intan adalah orang yang cukup kaya di kampung tersebut, Bu Intan juga orang yang baik dan juga ramah. Maka dari itu Bu Ningsih sangat betah dan nyaman bekerja di tempatnya,meskipun hanya sebagai tukang cuci dan gosok.
Sebenarnya Bu Ningsih merasa tidak enak badan. Setiap kali dia batuk, dia merasakan sakit dibagian dadanya. Tapi Bu Ningsih bertekad untuk tetap pergi bekerja. Karena kalau tidak, hari ini dia tidak akan mendapatkan uang untuk membeli beras.
Rumah Bu Intan tidak terlalu jauh dari rumahnya. hanya sekitar membutuhkan waktu 5 menit dengan berjalan kaki untuk sampai ke rumah Bu Intan.
Sesampainya di rumah Bu Intan, seperti biasa Bu Ningsih langsung masuk lewat pintu belakang, disana sudah ada Tini, pembantu dari Bu Intan yang tinggal di rumah tersebut.
"Assalamualaikum..uhuk..uhuk...uhuk...." kata Bu Ningsih ketika akan masuk ke dalam rumah.
"Waalaikumsalam... Bu Ning tidak apa-apa... kelihatannya Bu Ning sedang sakit?" tanya Tini yang agak khawatir melihat Bu Ningsih.
"Tidak apa-apa Tin, cuma batuk biasa kok" jawab Bu Ningsih sekenanya.
"Mari Bu duduk dulu, biar saya buatkan teh hangat buat Bu Ning, muka ibu kelihatan pucat" kata Tini, lalu menuntun Bu Ningsih untuk duduk.
"Terimakasih Tin, maaf jadi merepotkanmu" ucap Bu Ningsih yang merasa tak enak hati.
"Tidak apa-apa Bu Ning, kayak sama siapa saja. Bu Ning kalau memang lagi sakit, istirahat dulu di rumah jangan dipaksain untuk bekerja!" kata Tini, seraya membuatkan teh untuk Bu Ningsih.
"Saya tidak apa-apa Tin, kamu jangan khawatir. Apa Bu Intan sudah berangkat ke kantor?" tanya Bu Ningsih mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Sudah dari tadi Bu, katanya tadi beliau ada meeting,jadi berangkatnya agak pagian. Silahkan Bu Ning, teh nya di minum dulu mumpung masih agak panas" kata Tini, seraya menyerahkan secangkir teh panas kepada Bu Ningsih.
"Terimakasih ya Tin..." Bu Ningsih kemudian langsung menyeruput tehnya pelan-pelan. Ada sedikit kelegaan di tenggoroka dan dadanya setelah meminum teh tersebut.
Setelah menghabiskan tehnya, Bu Ningsih langsung beranjak untuk melakukan pekerjaannya.
" Bu Ning, kalau capek istirahat dulu ya, jangan dipaksain" pinta Tini yang nampak khawatir dengan Bu Ningsih.
"Iya Tin, terimakasih..." jawab Bu Ningsih. Lalu berjalan menuju ruang cuci baju.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Rosminah Mtp
cerita lanjutan dari Naura dan Nico ko gak ada lagi si thor
2021-12-09
0
Aniss Tallasa Udin
Nyimak dulu lah.
2021-06-25
1
Danyel Andrean Pratama
y nm y crta.....
2021-06-05
1