part 3

Bel berbunyi tanda ujian hari ini telah usai, Dewi akhirnya bisa bernafas lega setelah tegang yang menimpanya hampir 2 jam lamanya untuk mengerjakan soal ujian.

"Akhirnya satu ujian terlewati, masih ada 3 lagi yang masih menanti"keluh Hana.

"Sabar Han, yakin pasti kita bisa melewati" kata Dewi.

"Kamu mah enak Wi, udah pinter dari dulu jadi gak terlalu khawatir mikirin lulus atau dapet nilai jelek" ucap Hana.

" kamu ngomong apa sih Han, siapa bilang aku gak khawatir, sama aja kali kayak kamu..

Pulang yuk, perasaan aku gak enak nih Han" kata Dewi yang tiba-tiba perasaannya berubah tidak enak.

"Emang ada apa Wi?"tanya Hana penasaran.

"Aku juga gak tau nih Han, kepikiran ibu, soalnya beliau lagi sakit di rumah" jawab Dewi.

"Iyakah, yaudah yuk aku ikut pulang ke rumah kamu, sekalian nengokin ibu kamu" kata Hana.

Mereka berdua pun berjalan menuju gerbang sekolah. Saat mereka berjalan tiba-tiba ada yang menghentikan langkah mereka.

"Eh anak tukang balon, mau pulang yaa, mau jualan balon,hahaha!"seru Nadia.

Nadia adalah salah satu murid di sekolah tersebut. Tetapi Nadia memiliki sifat yang angkuh,sombong,dan iri. Dari dulu Nadia tidak pernah menyukai Dewi, sebab baginya Dewi adalah saingannya dalam pelajaran, dan juga dalam hal fisik. Tidak dipungkiri bahwa paras Dewi lebih cantik dari pada Nadia, tapi Nadia tak pernah mau menerima itu. Setiap ada laki-laki yang ingin mendekati Dewi, maka Nadia akan mendekatinya untuk menarik perhatian si laki-laki tersebut.

"Memang kenapa kalau Dewi anak penjual balon, masalah buat Lo?" seru Hana, yang merasa tak terima dengan perkataan Nadia kepada Dewi.

"Gue gak bicara sama Lo, mending lo diem"seru Nadia.

"Udah Han, biarin aja" kata Dewi.

"Gue ingetin sama Lo, jangan sok pinter di sini, jangan sok ngambil perhatian guru-guru disini dan semua orang yang ada di sekolah ini. Lo itu harus tau diri, Lo itu siapa.. Lo itu cuma anak tukang balon, ngerti" Seru Nadia, seraya menunjuk nunjuk wajah Dewi.

"Iya, saya ngerti. Tapi apa salahnya dengan anak tukang balon, saya sekolah disini bukan meminta uang dari kamu Nadia, saya juga selalu sadar diri saya ini siapa, tanpa harus kamu kasih tau saya. Dan tolong, jangan lagi menghina pekerjaan bapak saya, meskipun bapak saya hanya tukang balon, tapi itu pekerjaan yang halal" jelas Dewi, dengan mata yang berkaca-kaca.

"Udah pinter ngelawan Lo yaa... Bener-bener gak tau diri banget. Lo itu harusnya gak pantes sekolah disini, kalau bukan karena beasiswa mana mungkin Lo bisa sekolah disini. Kalau gue jadi Lo, gue malu, bisa bersekolah di sekolah elith tapi duit aja gak punya. Lihat baju Lo, lihat sepatu dan tas Lo, semuanya udah pada lusuh. Kenapa.. orang tua Lo gak bisa yaa beliin yang baru!" seru Nadia kembali.

"Cukup. Selama ini saya hanya diam dengan hinaan dari kamu, selama 3 tahun ini saya tidak pernah melawan kamu. Tapi kali ini kamu udah bener-bener keterlaluan Nadia. Kamu boleh hina dan caci maki saya, tapi jangan pernah bawa nama orang tua saya.

Saya memang bisa bersekolah disini karena beasiswa, tapi saya tidak pernah malu dengan itu,malah saya bangga, karena apa, karena saya memiliki otak yang pintar, otak yang cerdas,yang berguna. Sedangkan kamu, kamu memang pintar tapi sayang kamu tidak sepintar saya. Ayo Han,kita pulang" kata Dewi panjang lebar.

"Rasain Lo, makanya jadi orang itu jangan sok bener!" tambah Hana.

Hana dan Dewi pun pergi meninggalkan Nadia yang masih terlihat berdiri tanpa bisa berkata apa-apa. Tetapi hatinya terasa panas setelah mendengar perkataan dari Dewi. Nadia mengepalkan kedua tangannya menahan emosi.

"Tunggu pembalasan gue anak tukang balon!" Kata Nadia dalam hati.

Dewi dan Hana berjalan pulang menuju rumah.

"Dewi, aku salut sama kamu, akhirnya kamu berani juga ngelawan si Nadia" kata Hana.

"Bukannya aku ngelawan Han, cuma aku gak suka aja dia selalu ngehina orang tua aku. Mungkin sekali kali dia harus di kasih pembelajaran, biar dia sadar, kalau menghina orang lain itu gak baik" jelas Dewi.

"Bener itu Wi, orang kayak dia itu memang harus dikasih pelajaran,biar kapok" kata Hana.

Tak lama merekapun sampai di rumah Dewi. Rumah kecil yang terbuat dari bambu, yang masih beralaskan dengan tanah.

"Assalamualaikum Bu, Dewi pulang" seru Dewi. Tapi tak ada jawaban dari dalam.

Dewi pun mencoba membuka pintu, dan ternyata tidak di kunci.

"Kayaknya ibu kamu lagi gak ada di rumah Wi" kata Hana yang mengikutinya dari belakang.

"Iya Han, kemana yaa, padahal ibu lagi sakit, apa jangan-jangan ibu pergi ke rumah Bu Intan ya" jawab Dewi yang nampak khawatir.

"Kalau gitu kita susulin ibu kamu aja ke rumah Bu Intan Wi, siapa tau emang bener ibu kamu kesana" usul Hana.

"Yaudah, apa kamu juga mau ikut kesana Han?" tanya Dewi.

"Ikut Wi" jawab Hana.

"Nanti orang tua kami nyariin lho" kata Dewi.

"Gak Wi, aku udah kirim pesan kok ke ibu aku kalau aku pergi ke rumah kamu nengokin ibu kamu" jelas Hana.

"Yaudah yukk" ajak Dewi.

Mereka berdua pun berjalan menuju rumah Bu Intan.

Sesampainya di depan gerbang, Satpam yang melihat kedatangan anak dari Bu Ningsih langsung menghampirinya.

"Eh mbak Dewi" sapa Satpam tersebut.

"Selamat siang pak Rohman, saya cari ibu saya, apa beliau kesini?" tanya Dewi dengan sopan.

"Ehm...anu mbak Dewi... Ibu mbak tadi pingsan terus sekarang dibawa ke rumah sakit sama mbak Tini" jelas pak Rohman dengan gugup.

"Astaghfirullah pak, ibu saya kenapa sampai bisa pingsan. Lalu sekarang ibu saya dibawa ke rumah sakit mana?" seru Dewi yang sudah berderai air mata.

"Sabar Wi, jangan panik dulu!"kata Hana mencoba menenangkan Dewi.

"Aduhh maaf mbak, kalau rumah sakitnya saya kurang tau, soalnya tadi buru-buru sekali!" kata pak Rohman bingung.

"Ya Allah ibu... kenapa ibu nekat kerja, Ya Allah sembuhkan lah ibu hamba" ucap Dewi yang tak bisa menahan kesedihan dan kekhawatirannya.

"Sabar Wi,sabar... pak, kalau boleh tau tadi kendaraan yang membawa ibu Ningsih pergi ke arah mana?" tanya Hana.

"Kearah sana mbak" kata pak Rohman, seraya menunjuk ke salah satu arah.

"Yasudah kalau begitu pak, kami permisi, assalamualaikum" kata Hana.

"Waalaikumsalam,hati-hati mbak" kata pak Rohman yang terlihat iba melihat Dewi yang masih terus menangis..

*************

Terpopuler

Comments

Rosita Husin Zen

Rosita Husin Zen

jangan meninggal ya Thor ibu nya Dewi ...biar Dewi sukses jdi dokter dulu biar kedua orang tuanya Dewi senang dan bahagia ngelihatnya

2021-04-17

0

Sony Suprapto

Sony Suprapto

cakep lanjutkan
baca juga ya

rintangan datang silih berganti

2021-04-03

0

Julia Sirait

Julia Sirait

lanjut ...

2021-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!