part 5

Setelah menunggu sekitar 30 menit, akhirnya dokter keluar dari ruang UGD. Pak Hadi beserta yang lainnya langsung beranjak berdiri dan menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan ibu saya dok?" tanya Dewi cemas.

"Alhamdulillah,Bu Ningsih sudah melewati masa kritisnya, tapi keadaannya sekarang masih sangat lemah, perlu perawatan beberapa hari disini untuk pemulihan" jelas dokter.

"Alhamdulillah" ucap mereka serempak.

"Apa boleh kami melihat ibu saya dok?" tanya Dewi

"Silahkan, tapi untuk saya ini hanya diperbolehkan masuk 2 orang saja...Kalau begitu saya permisi" kata dokter tersebut.

"Terimakasih dokter" kata Dewi.

Mereka semua yang menunggu Bu Ningsih akhirnya bisa bernafas lega. Senyuman langsung terpancar di wajah mereka. Tak henti-hentinya Dewi dan pak Hadi mengucap syukur kepada Allah SWT.

"Kalau begitu saya pamit untuk pulang pak, Dewi, saya ikut senang akhirnya Bu Ningsih bisa melewati masa kritisnya" kata Tini.

"Alhamdulillah... sekali lagi saya ucapkan terimakasih mbak Tini" kata Pak Hadi.

"Terimakasih mbak Tini, karena mbak Tini ibu saya masih diberi keselamatan" tambah Dewi.

"Saya hanya perantara Wi... salam buat Bu Ningsih ya... assalamualaikum!" kata Tini berpamitan.

"Waalaikumsalam" balas mereka bertiga.

"Nak Hana apa nak Hana mau masuk melihat ibunya Dewi?" tanya pak Hadi.

"Saya nanti saja pak, tidak apa-apa.. Lebih baik Dewi dan pak Hadi duluan yang masuk, saya tunggu disini saja, sekalian saya mau cari minum" jelas Hana.

"Kalau begitu aku masuk lihat ibu dulu yaa Han" kata Dewi.

Hana mengangguk seraya tersenyum kepada Dewi dan pak Hadi.

Pak Hadi dan Hana berjalan memasuki ruang UGD di mana tempat Bu Ningsih di rawat. Disana ada beberapa brangkar pasien yang disekat hanya dengan gorden.

Dewi mendekati brangkar ibunya. Diatas brangkar tersebut terlihat Bu Ningsih yang terbaring lemah dengan masih memejamkan matanya. Dewi langsung memegang tangan ibunya, tak terasa air matanya kembali menetes.

Bu Ningsih pun merasakan kehadiran anak dan suaminya, dengan perlahan Bu Ningsih membuka matanya, dan melihat ke arah mereka.

"Ibu.." kata Dewi lirih.

"Dewi, kenapa kamu menangis nak, ibu tidak apa-apa" kata Bu Ningsih dengan suara yang masih terdengar lemas.

"Dewi gak mau lihat ibu seperti ini. Kenapa ibu tadi pergi bekerja?" kata Dewi masih dengan air mata yang mengalir.

"Dewi, sudah jangan menangis, harusnya kamu senang ibu tidak kenapa-kenapa" sela pak Hadi.

" Iya nak, benar apa yang bapak bilang, sudah yaa jangan menangis lagi" ucap Bu Ningsih.

Tiba-tiba salah satu perawat mendekati mereka.

"Selamat siang bapak, ibu, maaf dengan keluarga Bu Ningsih?" tanya perawat tersebut.

"Iya sus, saya suami dari ibu Ningsih" jawab pak Hadi.

"Maaf pak, bisa ikut saya ke bagian administrasi, bapak harus mengurus administrasi terlebih dahulu agar Bu Ningsih bisa dipindahkan ke ruang perawatan!" jelas perawat tersebut.

"Iya sus" jawab pak Hadi.

"Mari pak ikut saya" kata perawat.

Pak Hadi langsung mengikuti perawat tersebut dari belakang. Sedangkan Dewi menunggu ibunya didalam.

"Lebih baik ibu pulang saja Wi" ucap Bu Ningsih setelah kepergian pak Hadi.

"Ibu kan belum sembuh betul, jadi belum boleh pulang. Kata dokter tadi juga begitu bu" jelas Dewi.

"Kasihan bapakmu Wi, dengan apa kita membayar rumah sakit. Ibu sudah merasa lebih baik, lebih baik kita pulang saja, ibu bisa istirahat di rumah" kata Bu Ningsih yang merasa khawatir dengan biaya rumah sakit.

"Ibu tidak usah memikirkan soal biaya. Biar Dewi dan bapak yang berusaha. Yang penting ibu bisa sembuh" kata Dewi.

"Tapi nak" kata Bu Ningsih lemah.

"Sudah Bu, lebih baik ibu istirahat dulu, Dewi mau susulin bapak sebentar, semuanya pasti beres Bu, ibu gak usah khawatir"jelas Dewi.

Dewi keluar dari ruang UGD dan berniat menyusul bapaknya yang sedang mengurus administrasi. Saat Dewi keluar, ternyata Hana sudah kembali dari membeli minuman.

"Dewi, kamu mau kemana?" tanya Hana.

"Han, kamu udah balik... kebetulan, aku minta tolong jagain ibu aku di dalam yaa!" pinta Dewi.

"Kamu mau kemana Wi, bukannya ada bapak kamu didalam?" tanya Hana.

"Aku mau ke bagian administrasi susulin bapak, kamu gak keberatan kan nungguin ibu aku sebentar!" kata Dewi.

"Enggak kok Wi, kamu pergi aja, biar ibu kamu aku jagain, sekalian tadi aku beliin kamu dan bapak kamu minum, aku taruh didalam aja yaa!" kata Hana.

"Iyaa Han, makasih yaa" kata Dewi. Lalu beranjak pergi menyusul bapaknya.

Terlihat dari kejauhan, pak Hadi sedang berbicara dengan petugas administrasi.

"Maaf mbak sebelumnya, untuk pembayaran hari ini saya belum bisa bayar, kalau boleh beri kami waktu untuk melunasinya" pinta pak Hadi.

"Maaf bapak, ini sudah menjadi prosedur rumah sakit,dan saya hanya menjalankannya. Istri bapak sudah mendapat tindakan jadi diminta bapak untuk segera melunasinya. Jika sudah dilunasi maka istri bapak baru bisa dipindahkan ke ruang perawatan" jelas petugas administrasi tersebut.

"Tapi saya belum punya biaya untuk melunasinya mbak. Ini saya ada KTP sebagai jaminan" pinta pak Hadi, berharap ada keringanan dari pihak rumah sakit.

"Sekali lagi kami mohon maaf.. kami tidak menerima jaminan apapun untuk pembayaran pak" jelasnya kembali.

"Pak, bagaimana, berapa biaya ibu?" tanya Dewi setibanya ditempat tersebut.

"Ini Wi, total biaya keseluruhan sampai ibu keluar dari rumah sakit" jawab pak Hadi seraya menyerahkan kertas yang berisi total pembayaran rumah sakit.

"7 juta pak, Ya Allah, mau dapat uang dari mana kita pak,apa tidak boleh kita meminta waktu untuk melunasinya pak?" tanya Dewi.

"Tidak bisa Wi, bapak sudah coba untuk bernegosiasi, tapi pihak rumah sakit tidak bisa memberi keringanan" jelas pak Hadi dengan wajah sedih.

"Permisi mbak, saya akan melunasinya hari ini, tapi beri saya waktu sekitar 2 jam untuk membayarnya"pinta Dewi kepada petugas administrasi.

"Iya mbak, kami akan memberi waktu" jawab petugas tersebut.

"Dewi, apa yang barusan kamu katakan, dari mana kita dapatkan uang sebanyak itu dalam waktu 2 jam?" tanya pak Hadi panik.

"Bapak tenang saja, jangan khawatir, Dewi akan coba minta bantuan sama teman Dewi, bapak jaga ibu saja disini. Dewi pergi sekarang yaa... assalamualaikum.." jelas Dewi. Setelah mencium tangan bapaknya, Dewi langsung pergi menuju pintu keluar rumah sakit.

"Waalaikumsalam, hati-hati nak!" seru pak Hadi. Pak Hadi tidak tau apa yang akan di lakukan oleh Dewi untuk mendapatkan uang sebanyak itu. Pak Hadi pun tidak mau pergiliran negatif kepada anaknya. Pak Hadi tau bahwa Dewi anak yang baik. Maka dari itu pak Hadi yakin dan percaya bahwa Dewi akan berusaha dengan cara yang halal..

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

*Terimakasih semuanya atas partisipasinya dan waktunya untuk mampir di novel aku...

Semoga kalian semua suka yaa

Maaf jika masih ada penulisan yang salah, dan alur yang kurang menarik...

Mohon untuk dukungan dan sarannya yaa teman-teman...

Terimakasih😊😊😊*

Terpopuler

Comments

Opung Boru Caroline

Opung Boru Caroline

sama siapa dia pinjam uang ya.semoga berhasil

2021-05-14

1

Siti Ashari

Siti Ashari

iih miris deeh aah,,,

2021-04-08

1

Julia Sirait

Julia Sirait

sedih ....sekali cerita ini sai!

2021-04-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!