Di Sekolah Dewi...
Kebetulan jarak sekolah dari rumahnya tidak begitu jauh, hanya sekitar 500m, sehingga setiap harinya Dewi berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki.
"Dewi!" terdengar seruan yang memanggil namanya dari belakang, Dewi pun menghentikan langkahnya ketika hendak memasuki gerbang sekolah, dan melihat ke arah belakang.
Ternyata Hana teman sebangku Dewi.
Dewi menunggu temannya tersebut yang sedang berlari menghampiri dirinya.
"Tumben baru dateng Han, biasanya lebih duluan kamu dari pada aku?" tanya Dewi.
"Hah...hah...aku telat bangun tadi Wi, soalnya semalam aku belajar sampai malem banget,,hah...hah..." jawab Hana yang terlihat masih ngos-ngosan sehabis berlari.
"Ya ampun Han,belajar itu harus tapi gak harus memaksakan diri begitu juga, kita juga harus jaga kesehatan" jelas Dewi.
"Iya-iya Wi... mulai deh ceramahnya. Udah yuk ke kelas" Ucap Hana.
Merekapun berjalan menuju ke kelas. Tak lama kemudian bel tanda ujian pun di mulai. Semua siswa dan siswi yang mengikuti ujian telah memasuki kelas masing-masing, tak terkecuali Dewi. Hari ini dirinya merasa begitu khawatir dan gugup, Dewi tak lupa selalu berdoa kepada Tuhan agar ujiannya kali ini diberi kemudahan, Dewi tidak mau jika membuat orang tuanya kecewa. Dewi bertekad akan mengejar niat dan tekadnya untuk masuk di universitas kedokteran dengan beasiswa.
Tak dipungkiri, bahwa Dewi memang termasuk anak yang pandai di sekolahnya. Dewi sering kali mendapat juara 1 di setiap mata pelajarannya. Semua gurupun bangga terhadapnya, tapi tak sedikit juga teman yang merasa iri dengan keberhasilannya.
Ujian pun dimulai. Dewi dan seluruh siswa pun mengerjakan soal dengan tenang dan sungguh-sungguh berharap agar semua lulus dengan nilai yang memuaskan.
***
Pagi ini pak Hadi berjualan balon dengan mengayuh sepeda tuanya. Pak Hadi setiap harinya bekerja tanpa kenal lelah, meskipun hasil yang didapat tak seberapa, tetapi buat pak Hadi seberapapun yang dia dapat selalu dia syukuri.
Apapun akan dia kerjakan selama pekerjaan tersebut halal, dan cukup untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya, meskipun sering kali kurang.
Kali ini pak Hadi berjualan di depan sekolah dasar, siapa tau rejeki hari ini ada ditempat tersebut.
Pak Hadi menempatkan sepedanya di samping gerbang sekolah, dia menunggu para anak-anak sekolah tersebut keluar istirahat. Seraya menunggu pak Hadi meneguk air putih dalam botol yang dia bawa dari rumah tadi.
Setelah menunggu kurang lebih 1 jam, akhirnya para murid SD tersebut berhamburan keluar untuk beristirahat. Terlihat ada 2 orang murid menghampiri pak Hadi.
"Mau bolan adik-adik manis" sapa pak Hadi dengan senyum ramahnya.
Murid perempuan kecil tersebut hanya mengangguk, mereka terlihat masih kelas satu SD.
"Mau warna apa?" tanya pak Hadi.
"kuning" jawab mereka serempak.
"Oke, ternyata pilihan warnanya sama yaa... ini satu buat kamu dan satu lagi buat kamu" kata pak Hadi, seraya menyerahkan 2 balon kepada gadis kecil tersebut.
Lalu mereka menyodorkan uang secara bersamaan, mereka hanya membayar dengan uang 2000 saja. Setelah itu mereka langsung berlari masuk ke dalam gerbang.
Pak Hadi pun menerima uang tersebut, meskipun uang mereka kurang, tapi pak Hadi tidak mempermasalahkannya, pak Hadi tetap menerima uang tersebut dengan ikhlas.
Setelah setengah jam kemudian, pak Hadi berlanjut berkeliling kembali untuk menjajakan dagangannya.
****
Kembali ke Bu Ningsih...
Bu Ningsih saat ini sedang menyetrika baju. Tapi dia merasakan dadanya begitu sakit, dan batuknya tak mau berhenti. Bu Ningsih mencoba menahan itu semua, namun lama kelamaan Bu Ningsih tidak sanggup menahannya, dan akhirnya Bu Ningsih jatuh pingsan.
Saat itu Tini yang sedang memasak mendengar suara yang cukup keras dari ruang setrika. Tanpa pikir panjang Tini langsung mematikan kompornya lalu berlari menuju ruang setrika. Betapa kagetnya Tini melihat Bu Ningsih yang sudah tergelatak di atas lantai. Tini langsung menghampiri tubuh Bu Ningsih,dan mencoba membangunkannya. Dengan perasaan panik, Tini berteriak meminta tolong.
Satpam yang mendengar teriakan Tini dari dalam langsung berlari untuk menghampirinya. Tak kalah kagetnya,satpam tersebut langsung mendekati mereka.
"Ada apa mbak Tini, kenapa dengan Bu Ning?" Tanya satpam tersebut panik.
"Saya juga gak tau pak, saya kesini Bu Ning sudah dalam keadaan pingsan. Tolong pak, kita harus membawa Bu Ning ke rumah sakit" kata Tini dengan wajah pucat.
"Ayo mbak, biar saya yang angkat, mbak Tini tolong cari taksi di depan siapa tau ada yang lewat" kata Satpam.
" iya pak" ucap Tini. Tini pun langsung berdiri lalu berlari menuju gerbang. Kebetulan saat itu ada taksi yang lewat. Tanpa pikir panjang, Tini langsung menghentikan taksi tersebut.
Tini langsung membuka pintu belakang, dirinya terlebih dulu masuk, lalu satpam yang membopong tubuh Bu Ningsih memasukannya ke dalam taksi tersebut dengan kepala diatas pangkuan Tini.
"Pak, nanti kalau Bu Intan sudah pulang, bilang saya ke rumah sakit mengantar Bu Ning yaa" Kata Tini.
" iya mbak, hati-hati" ucap satpam tersebut, lalu menutup pintu taksi.
"Pak, tolong ke rumah sakit sekarang" kata Tini kepada sopir taksi.
"Ba..baik mbak" jawab sopir taksi yang terlihat ikut panik.
"Ya Allah Bu Ning, kenapa sampai begini, saya kan tadi sudah bilang untuk istirahat, kenapa Bu Ning memaksakan diri" ucap Tini seraya mengelus kepala Bu Ning. Tini merasa iba melihat keadaan Bu Ning yang terlihat sangat pucat.
"Pak, tolong cepat sedikit!" pinta Tini.
"Iya mbak"jawab sopir taksi tersebut.
Setelah 20 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Sopir taksi tersebut langsung keluar dari mobil, kemudian membantu mengangkat tubuh Bu Ningsih.
Tini langsung berteriak kepada para petugas rumah sakit. Para perawat pun langsung membawa brangkar untuk Bu Ningsih. Setelah membayar ongkos taksi, Tini mengikuti perawat yang membawa Bu Ningsih menuju ruang UGD.
"Mohon ibu tunggu di luar yaa, kami akan memeriksa pasien terlebih dahulu, kalau boleh tau ibu dengan siapanya pasien?" tanya salah satu perawat.
"Saya teman kerjanya sus" jawab Tini.
" Apa ibu bisa menghubungi pihak keluarganya?" tanya perawat tersebut kembali.
"iy...iya sus" jawab Tini bingung.
"Terimakasih ibu" Kata perawat tersebut, lalu kembali masuk ke ruang UGD.
" Saya harus menghubungi siapa ini, handphone aja gak punya, gimana ini ya Allah!"resah Tini. Dia bingung harus bagaimana, karena Tini tidak mempunyai handphone,atau nomer siapapun. Tini terlihat duduk di ruang tunggu seraya memikirkan cara untuk menghubungi keluarga Bu Ningsih.
*Terimakasih semua yang sudah menyempatkan untuk membaca karya saya.
Semoga kalian semua suka dan terhibur..
Mohon dukungannya selalu yaa...
Terimakasih 😚😚*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
mutmainnah
bagus
2021-06-04
0
Hamdani m
lalu bagaimana dengan biaya berobat
bu ningsih masih penasaran dgn part certa kelanjutan nya
2021-05-25
0
Nur Twins
cerita nya g bertele2.. mudah untuk d paham i
2021-04-29
0