part 4

Hana menuntun Dewi untuk pulang ke rumahnya terlebih dahulu. Terlihat Dewi begitu sedih setelah mendengar bahwa ibunya masuk ke rumah sakit.

"Kamu yang sabar Wi, semoga ibu kamu tidak kenapa-kenapa, kita pulang ke rumah dulu, siapa tau bapak kamu sudah pulang, lalu baru kita ke rumah sakit buat lihat ibu kamu" jelas Hana yang mencoba menenangkan hati Dewi.

"Aku pengen lihat ibu Han, aku khawatir sama keadaan ibu aku!" kata Dewi dalam tangisnya.

"Iya Wi aku ngerti, kita bakal ke rumah sakit, tapi sekarang kita pulang ke rumah kamu dulu, bapak kamu kan juga harus tau tentang keadaan ibu kamu" jelas Hana kembali.

"Tapi aku gak tau sekarang ibu aku di rumah sakit mana Han, aku bingung" resah Dewi.

"Aku tau Wi, tadi pak satpam nya bilang kendaraan yang membawa ibu kamu menuju ke arah selatan, pasti itu menuju ke rumah sakit Harapan, karena setau aku rumah sakit ke arah situ yang paling dekat adalah rumah sakit Harapan" terang Hana.

Merekapun melanjutkan berjalan menuju rumah Dewi. Sesampainya di rumah, ternyata bapaknya belum juga pulang. Dewi bingung harus bagaimana, sebab keluarganya sama sekali tak memiliki alat komunikasi. Dewi menunggu bapaknya dengan perasaan gelisah,khawatir dan panik memikirkan keadaan ibunya sekarang. Tak kecuali Hana, dia pun juga merasa khawatir sekaligus kasihan dengan Dewi yang masih saja menangis.

Sekitar 30 menit menunggu, akhirnya pak Hadi pulang dari berjualan. Saat pak Hadi melangkahkan kakinya memasuki rumah, Dewi langsung berlari dan memeluk pak Hadi dengan isak tangis yang masih terdengar.

"Ada apa nak, kenapa kamu menangis?" tanya pak Hadi panik.

"Pak, ibu pak... ibu ada di rumah sakit sekarang!" kata Dewi yang masih memeluk erat tubuh pak Hadi.

"Astaghfirullah, ibu kenapa Wi, kenapa ibu ada di rumah sakit" tanya pak Hadi, seraya melepas pelukan anaknya.

"Dewi juga gak tau pak, tadi Dewi pulang sekolah ibu gak ada di rumah, lalu Dewi cari ibu ke rumah Bu Intan, terus satpam Bu Intan bilang tadi ibu pingsan dan langsung di bawa ke rumah sakit!" jelas Dewi dengan air mata yang terus mengalir di wajahnya.

"Ya Allah, kalau gitu ayo kita ke rumah sakit sekarang, kamu tau kan rumah sakitnya dimana!" tanya pak Hadi.

"Saya tau pak, kebetulan saya pernah ke rumah sakit itu juga" sela Hana.

"Yasudah kalau gitu, ayo Dewi nak Hana" ajak pak Hadi. Mereka bertiga pun berangkat dengan menaiki angkutan umum.

**Di rumah sakit**

Tini yang sedang menunggu ibu Ningsih ditangani oleh dokter merasa sangat khawatir sekaligus bingung. Tini ingin memberitahu pihak keluarga dari Bu Ningsih, tapi Tini tidak tega jika harus meninggalkan Bu Ningsih sendiri disini. Akhirnya Tini memutuskan untuk menunggu sampai pemeriksaan selesai.

15 menit kemudian seorang perawat keluar dari ruang UGD...

"Maaf dengan keluarga ibu Ningsih" kata perawat tersebut.

"Iya, saya suster, bagaimana dengan keadaan Bu Ningsih?" tanya Tini cemas.

"Maaf sebelumnya, ibu dengan siapanya Bu Ningsih?" tanya perawat tersebut.

"Sa...saya saudaranya sus" jawab Tini gugup, dia sengaja berbohong agar suster tersebut mau memberitahu mengenai kondisi Bu Ningsih sekarang.

"Kondisi Bu Ningsih saat ini kritis Bu, sebab batuk yang di derita oleh Bu Ningsih sudah terlalu parah, dikarenakan tidak segera ditangani ataupun diobati" jelas suster tersebut.

"Astaghfirullah... lalu apa masih bisa disembuhkan sus?" tanya Tini,dia tidak menyangka bahwa kondisi Bu Tini akan separah ini.

"Berdoa saja Bu, hanya Allah yang bisa menyembuhkan,kami disini hanya sekedar membantu dan berusaha. Kalau begitu saya permisi" jelas perawat tersebut,lalu pergi meninggalkan Tini yang tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Dalam keadaan yang masih di runding kebingungan, Tini tanpa sengaja melihat Dewi dan pak Hadi yang celingak celinguk melihat sekeliling untuk mencari keberadaan Bu Ningsih.

Tini pun langsung memanggil Dewi dan pak Hadi.

"Dewi, pak Hadi!" seru Tini.

Dewi dan pak Hadi langsung menengok ke arah suara yang memanggil mereka. Tanpa pikir panjang mereka langsung menghampiri Tini.

"Mbak Tini bagaimana keadaan istri saya?" tanya pak Hadi to the point.

Tini tidak bisa langsung menjawab pertanyaan pak Hadi, Tini bingung harus bilang dari mana.

"Mbak,gimana ibu mbak, apa ibu baik-baik saja?" Tanya Dewi seraya memegang tangan Tini.

"Anu... emmm... suster tadi bilang, ibu Ningsih, Kri....kritiss" jawab Tini tanpa berani melihat ke arah Dewi dan pak Hadi.

"Ya Allah, ibu... pak, Dewi pengen lihat ibu!"Seru Dewi, tangisnya pun kembali pecah. Dewi sampai tidak mampu menopang tubuhnya untuk berdiri, akhirnya dia terduduk di lantai rumah sakit. Saat itu juga Hana langsung memeluk tubuh Dewi.

Sedangkan pak Hadi masih terdiam terpaku, merasa masih tak percaya dengan apa yang barusan Tini katakan.

"Pak, ayo kita lihat ibu, ibu pasti sembuh kan pak!" seru Dewi kembali.

Dewi sangat menyayangi ibunya, dia tidak pernah ingin ibunya kenapa-kenapa.

"Sabar Wi, semuanya pasti akan baik-baik aja" ucap Hana, seraya mengelus pundak Dewi.

"Kita berdoa buat ibu yaa nak, semoga ibu tidak apa-apa dan bisa berkumpul dengan kita kembali" kata pak Hadi, yang sudah duduk dilantai dan memeluk Dewi.

Tini dan Hana yang melihat mereka tak kuasa menahan air matanya. Merekapun ikut larut dalam kesedihan yang Dewi dan pak Hadi rasakan.

"Mbak Tini, apa boleh kamu masuk untuk melihat keadaan istri saya?" tanya pak Hadi.

"Sepertinya Bu Ningsih masih dalam penanganan dokter pak, soalnya dokter yang memeriksa Bu Ningsih belum terlihat keluar dari ruangan, kita tunggu sampai dokter keluar dulu pak" Jelas Tini.

Pak Hadi, Dewi,Hana dan Tini, mereka duduk menunggu di ruang tunggu dengan perasaan yang tak menentu. Apalagi Dewi dan pak Hadi, mereka belum siap jika harus kehilangan sosok ibu dan istri yang mereka sayangi. Dewi dan pak Hadi masih sangat membutuhkan Bu Ningsih di sampingnya. Dewi tidak bisa membayangkan jika terjadi apa-apa dengan ibunya.

Lantunan doa tak pernah lepas dari bibir dan hati Dewi. Dia memohon untuk kesembuhan ibunya kepada Allah SWT.

"Nak Hana apa sebaiknya nak Hana pulang saja, nanti orang tua nak Hana khawatir!" kata pak Hadi.

"Tidak apa-apa pak,saya barusan sudah bilang sama orang tua saya kalau saya ada dirumah sakit untuk menengok Bu Ningsih, dan saya juga masih pengen disini nemenin Dewi pak" jelas Hana.

"Ya sudah kalau begitu. Saya minta maaf karena sudah merepotkan mbak Tini dan mbak Hana, dan saya juga sangat berterimakasih karena mbak Tini sudah mengantarkan istri saya ke rumah sakit" kata pak Hadi.

"Gak apa-apa pak, saya tidak merasa direpotkan sama sekali, lagian itu sudah menjadi kewajiban saya untuk menolong Bu Ningsih" kata Tini.

Dewi yang saat itu masih terlihat menangis tanpa bisamengatakan apapun. Hatinya belum bisa merasa tenang sebelum dirinya bisa melihat ibunya. Hana yang duduk disamping Dewi, tak henti-hentinya memberikan sport untuk Dewi...

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Terpopuler

Comments

Aida Munthe

Aida Munthe

bismillahirrahmanirrahim semoga cepat sembuh sedihhh Dewi sabar dan doa y

2021-06-07

1

kong aji

kong aji

hehehe ...netes cukkkk

2021-05-30

0

Tia Suwandi

Tia Suwandi

bikin baper thor,sedihhh

2021-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!