Langkah Bersambung

Langkah Bersambung

Puspa Indah

“Jombang, Jombang, Jombang!!!”

“Pare, Waru, kosong, kosong, kosong!!!”

Begitu nyaring suara kernet bus merayu calon penumpang hingga membuat kuping terasa berdenging. Semua kursi bus terlihat sudah penuh, bahkan beberapa penumpang sudah berdiri berdesak-desakkan. Hal itu tak lantas menurunkan intonasi sang kernet untuk menyudahi kalimat pamungkasnya “Masih kosong”.

Bak sihir negeri dongeng, calon penumpang mengiyakan tawaran kernet dan pufht bus makin penuh, sesak, dan menjerit tak kuasa menahan beban. Secepat kilat semua penumpang menaruh maklum.

Hari ini adalah hari Rabu, 25 Desember 2013, tepat sekali hari ini adalah libur Natal. Banyak karyawan dari Malang dan Batu akan pulang kampung demi satu kata LIBURAN. Walau harus berdesakan atau hanya sekedar tak dapat tempat duduk di bus, yang penting mereka bisa kumpul dengan keluarga di rumah.

Pun demikian, riuh padatnya Puspa Indah tak menyurutkan niat Anara. Demi Kota Istimewa yang diimpi-impikannya sedari SMA, demi Yogyakarta (selanjutnya Jogja) yang ia bayangkan dari dendang lagu Kla Project.

Di sinilah gadis itu, duduk di samping jendela di tengah suka cita semua orang yang mendambakan damai Natal. Berbekal interviu pada teman satu jurusan, ia nekat menyusuri jalanan yang masih asing baginya. Tak lupa ia berdoa ketika bus yang ia tumpangi dengan segenap tenaga meninggalkan Landungsari menuju Jombang.

“Wah ramai banget ya! Sudah penuh masih aja dibilang kosong." Yang ini suara Hartik, gadis asli Gresik yang sudah lama tak sabar menunggu hari ini. Backpacker-an nekat bersama Anara dengan tujuan serupa, ingin tau Jogja.

Dari sudut jendela, gerimis mulai menerpa Puspa Indah yang kini tengah menyusuri kelok jalan perbukitan Pujon. Sebenarnya rencana awal mereka akan ke Jogja dengan naik Malioboro Ekspres. Nahas saja, akhir tahun pasti tiket kereta ludes dan cerobohnya mereka berdua tak memesan tiket jauh-jauh hari.

Sayup-sayup terdengar Stasiun Balapan-nya Didi Kempot dari audio bus. Menambah ramah suasana perjalanan. Gerahnya berdesakan dalam bus sedikit bisa dikompensasi, begitu kiranya.

"Tik, bawa kresek, kan?" Tanya Anara tanpa menoleh pada Hartik yang tengah sibuk mengoles Freshcare ke philtrum, pelipis, dan leher.

"Iya bawa, An. Takut nggak disediain." Sahut Hartik cepat.

Hartik memang punya riwayat buruk untuk urusan per-bus-an. Gadis berjilbab ini akan dengan mudah mengeluarkan seluruh isi perutnya jika tak meminum Antimo dan parahnya mabuk perjalanan yang ia alami biasanya akan benar-benar sembuh setelah 2 atau 3 hari kemudian.

"Duh, gak sabar banget aku mau lihat Jogja, lihat tugu, jalan-jalan ke Malioboro. Trus upload di status BBM." Anara mulai nerocos tanpa sahutan dari Hartik.

"Dan kamu ingat nggak, Tik? kata dosen kita, Pak Sarwo, di Jogja juga ada tempat semacem Gang Dolly. Namanya Sarkem. Apa iya di setiap kota ada wilayah legal urusan begituan ya?" Masih tanpa sahutan dari sebelahnya.

Suara napas teratur dari kursi sebelah memaksa Anara menoleh dan sesuai dugaan. Sahabatnya itu sudah resmi tertidur berkat Antimo.

"Thanks Antimo. Berkatmu aku tak harus susah payah ngurusin Hartik yang mabukan parah." Gumam Anara.

Perjalanan ini akan dirasa lebih menyenangkan jika tiket Malioboro Ekspres berhasil dikantongi Anara. Namun, semua terasa lebih ringan kala hujan turun menyambut dan satu lagi, Hartik tidur pulas bagai mati suri. Terdengar kejam, tapi dengan begitu ia tak harus repot bagai ibu yang sedang merawat anak sakit.

Stasiun Balapan sudah berganti dengan Prapatan Sleko dengan vokal yang masih sama. Tak lama, Anara ikut terbius suasana dan kesadaran berangsur hilang, ia menyusul Hartik, tertidur pulas setelah membayar tarif bus.

...----------------...

Rabu, 25 Desember 2013 09:15 a.m.

Pagi ini Anara bangun lebih siang dari biasanya. Setelah kemarin ia mengundurkan diri dari ujian tari karena susur pantai Malang selatan pada hari Sabtu-Minggu sukses meremukkan seluruh sendi dan ototnya hingga semua terasa keram.

Salah sendiri, kegiatan susur pantai pakai bawa Carrier segala. Padahal ini di pantai Malang, notabene-nya masih banyak pedagang di area pantai.

Sebenarnya ia juga tak lupa kalau hari ini ia akan menagih janji pada diri sendiri bersama Hartik untuk ke Jogja, tapi sengaja ia bangun siang agar badannya lebih fit.

"Anara, ayuk bangun! Kita beli sarapan ke Buk Kas, sarapan pecel. Nanti mandi setelah sarapan aja." Anara hanya keluar kamar tanpa menyahut seruan Hartik, ia masih mengumpulkan nyawanya.

Cuaca Malang Kota hari ini mendung dan seperti biasa, sedikit dingin. Catat! hanya sedikit dingin karena sekarang banyak polusi dari knalpot-knalpot kendaraan mahasiswa yang jumlahnya kian tak masuk akal. Malang telah berubah wajah semenjak dihijrahi lebih banyak manusia-manusia yang menimba ilmu itu.

Satu jam setelah sarapan selesai, Anara dan Hartik telah siap dengan ransel masing-masing. Seperti biasa Hartik menggenggam erat Freshcare, senjata andalan kala berpergian.

Hartik mengenakan celana jin light blue berpadu jaket abu-abu dan di-finish jilbab blusukan warna hitam, barangkali agar mudah dibenahi ketika ia kusut bergelut dengan mabuknya nanti.

Dan Anara, gadis berkulit putih itu terlihat ayu dengan celana jin dark blue dan kaos putih lengan pendek yang pas membalut tubuh semampainya. Rambutnya dikucir ke belakang sekenanya. Wajah polos tanpa make up, hanya goresan Lip ice membuatnya lebih terlihat segar, dan ransel ukuran sedang yang menggantung di pundak membuatnya terlihat hampir sempurna.

Dengan fisiknya yang menawan dan jauh dari kata membosankan ditambah ketangkasannya hampir dalam setiap bidang. Tak heran bila Candra, kakak tingkatnya yang sekaligus ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) itu bertekuk lutut pada gadis penyuka hujan itu. Mereka berdua sangat serasi, Anara yang cantik semampai dan Candra yang tegap dengan rahang kokoh bak pasangan sempurna dalam cerita fiksi.

Sudah hampir sebelas siang dan Hartik mulai merutuki angkot yang tak kunjung melintas.

"Duh, ya Allah ini angkot pada kemana sih? Kita sudah njamur loh, An. Dari tadi ngejenggreng di sini kayak orang bego."

"Kamu sabar kenapa sih, Tik? Kita kan naik bus. Masih keburu kok. Terakhir operasi kan masih nanti jam duaan lebih. Kalau kita naik kereta baru boleh senam jantung." Anara mencoba mendinginkan Hartik yang mulai tak sabar.

Klunting...

Suara pesan WA (Whatsapp) masuk di ponsel Anara, menyingkirkan tangannya dari pundak Hartik yang tengah kesal. Ia merogoh saku celananya dan mengambil ponsel. Ada nama Candra disana.

Kamu jadi ke Jogja hari ini? Ditemani Hartik, kan?

Dengan segera ia mulai membalas pesan kekasihnya itu.

Jadi, ini aku sama Hartik sudah di depan gang kost-an, nunggu angkot.

Apa aku anter ke terminalnya? Daripada nunggu angkot kelamaan nanti bete lagi.

Ada seutas senyum di sudut bibir Anara, ia sangat merasa beruntung memiliki kekasih yang tak hanya perhatian, tapi juga selalu ada.

Boleh :)

Hanya bubuhan emoticon senyum mampu meluluhkan hati yang di seberang sana.

"Tik, kita nggak jadi naik angkot. Candra yang anter kita sampai terminal." Jelas Anara pada Hartik lalu ia mulai mundur menjauhi bibir jalan.

"Alhamdulillah, ada malaikat ganteng di siang bolong. Daritadi dong mas Candra, kekasihmu udah keburu kena debu baru mau anter." Anara hanya melirik tajam ke Hartik yang kini sudah ada di sampingnya.

15 menit kemudian, Honda Brio warna putih sudah terhenti di depan Anara dan Hartik. Kaca mobil terbuka setengahnya dan di sana terpampanglah senyum memperlihatkan deretan gigi yang rapi. Kaos oblong warna putih berpadu dengan celana krem selutut membuatnya terlihat cool.

Anara sungguh tak menyesal jatuh ke pelukan lelaki ini. Tanpa dikomando Anara sudah duduk di sebelah Candra dan Hartik di jok belakang bagai orang tak diharap keberadaannya dalam mobil ini.

"Lama nunggunya?" Candra menoleh pada perempuannya ketika mobil melaju cepat ke terminal.

Belum akan Anara menjawab, suara dari belakang sudah lebih dulu bergema.

"Nunggu mas Candranya nggak lama, nunggu angkotnya yang udah kayak nunggu jodoh. Lama dan tak pasti. Untung mas Candra datang. Nggak jadi jamuran aku." Hartik lebih terdengar mengadu pada pacar temannya itu daripada menjawab pertanyaan.

Anara hanya tertawa kecil menanggapi kalimat temannya. Ia tau betul Hartik memang sangat jujur dan kalimat yang keluar dari mulutnya lebih sering terdengar lucu. Seredanya tawa Anara, Candra kembali menatap sekilas perempuan di sampingnya.

"Maaf ya, aku nggak bisa nemenin kamu ke Jogja! Kamu tau sendiri. Akhir-akhir ini ada pemilihan DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) di Fakultas. Takutnya kalau ditinggal nggak ke-handle nantinya."

"Iya, nggak apa-apa kok. Toh aku ada temennya. Itu, si Hartik yang antusiasnya ngalahin anak TK mau study tour." Jelas Anara diiringi tawa kecil sambil menoleh ke belakang.

Candra hanya tersenyum ikut menyaksikan Hartik di belakang yang tengah memonyongkan mulut seperti pertanda tak setuju jika ia disamakan dengan anak TK yang kegirangan karena study tour. Apa benar separah itu?

Lagu Dia milik Sammy Simorangkir mengalun syahdu memenuhi ruang di mobil. Pun begitu, memenuhi seluruh ruang hati Anara yang merasa begitu dicinta oleh lelaki di sampingnya.

Hartik lebih dulu turun sesampainya di Landungsari dan terlihat sibuk berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Anara masih tertahan di dalam mobil berkat genggaman tangan dari Candra. Dilihatnya lelaki di sampingnya itu dan sesuai dugaan di sana ada bibir yang tengah tersenyum menenangkan dan mata meneduhkan.

"Aku akan baik-baik saja. Percayalah!" Anara membalas genggaman erat Candra.

"Aku percaya, selalu kasih kabar padaku!" Kini tangannya telah berpindah ke ujung kepala perempuan yang disayanginya itu sambil sesekali mengusapnya.

"Iya sayang. Sebelum tahun baru aku sudah balik ke Malang. Kamu kayak aku mau pergi setahun aja".

"Ya harus! sebelum tahun baru kamu memang sudah harus di Malang. Mau ngapain di sana lama-lama? Apa harus dijemput?" Kali ini lebih terdengar seperti ketidakrelaan karena rahang Candra mulai mengeras dengan sorot tajam dari matanya yang mulai sedikit berapi.

"Aku turun ya? Hartik udah selesai tuh." Mencoba meredam hawa panas yang mulai tercipta, Anara bergegas akan turun tanpa menunggu persetujuan lawan bicaranya.

Lelaki di sampingnya masih diam mematung tanpa tanda akan menyahut. "Candra, baik-baik ya selama aku nggak di sini!" Anara sudah keluar mobil saat fokus Candra kembali.

"Hati-hati selama jauh dan..."

"Dan jangan macam-macam, selalu kasih kabar, jaga mata, jaga hati, jaga semuuuua. Begitu kan?" Anara sudah lebih dulu melanjutkan kalimat yang sempat ia potong dengan sedikit kesal. Selalu begitu setiap akan berpisah, Candra terlalu posesif padanya.

Melihat perempuannya terlihat dongkol. Ia segera turun menghampiri untuk melanjutkan kalimatnya, "dan ingat ada aku di sini." Tangannya menunjuk tepat di bagian jantung Anara sembari tersenyum. Tak perlu menunggu izin, Candra sudah menarik Anara dalam pelukannya.

"Ehemmm." Suara di sebelah mengakhiri pertautan dua anak manusia tersebut.

"Kan aku jadi agak aneh nontonin kalian berpelukan di sini s.e.n.d.i.r.i.a.n." Hartik melayangkan protes.

Anara melirik jam di tangannya, di sana jarum jam sudah berada di angka 11.15. Takut lebih siang dan cuaca sudah semakin mendung. Anara menganggukkan kepala sebagai kode pada Hartik untuk melanjutkan misi mereka. Sesaat kemudian sorot matanya sudah berpindah pada manik mata Candra.

"Aku berangkat dulu, kamu hati-hati baliknya ya!"

Candra hanya tersenyum diiringi anggukan ringan dan kini sorot mata tajamnya sudah berpindah pada Hartik, "jagain!".

"Iya mas Candra! Nggak usah khawatir. Ku jagain Anaramu itu sampai kembali ke sini." Kalimat Hartik dibalas dengan anggukan dari Candra.

"Hati-hati kalian!" Kalimat dari Candra menjadi penutup jumpa mereka di siang Natal itu.

Anara dan Hartik sedikit berlari sambil melambaikan tangan tanda perpisahan dan segera masuk menuju terminal. Ya, mereka hanya diantar sampai pintu masuk karena kondisi terminal sangat ramai.

Sesampainya mereka di dalam terminal, Anara sempat bertanya pada penjaga toilet, bus mana yang harus mereka tumpangi untuk menuju Waru, Jombang.

"Udah Tik ke toiletnya? Gantian aku sebentar ya."

Sekitar 10 menit kemudian mereka sudah berada dalam bus Puspa Indah yang akan membawa keduanya pada pengalaman baru tak terlupakan. Hanya terlihat beberapa kursi saja yang masih kosong.

"Alhamdulillah, kita masih kebagian kursi, An. Biasanya nih ya, aku kalau dari Arjosari ke Bungurasih gitu pas pulkam hari libur pasti ramai banget sampai pada berdiri. Belum harus oper ke Wilangon terus masih harus cari bus lagi untuk masuk daerahku. Duh ramai banget pokoknya, apalagi di sana kan banyak pegawai-pegawai dari pabrik jadi kalau pas libur pasti ramai pada pulang juga." Hartik menceritakan pengalaman pulang kampungnya pada Anara.

"Kamu kalau pulang ke Gresik nggak pernah ya naik kereta ya, Tik? Biar nggak harus gonta ganti bus gitu."

"Belum pernah, nggak tau juga kalau naik kereta harus turun stasiun mana terus naik apa lagi? Malah bingung aku, An. Lagian pula, kamu kan tau kalau aku juga belum pernah naik kereta."

"Sekali-kali deh kamu naik kereta, Tik! Biar tau gimana rasanya? Biar punya pengalaman. Kereta sekarang sudah lumayan bagus loh mulai tertata, bersih, dan tersistem. Beda dari tahun kemarin masih suka ada penumpang ilegal, kotor, dan umpel-umpelan parah. Sudah semakin maju deh dunia per-KAI-an kita" Anara sudah seperti dosen favoritnya, Pak Sarwo dalam menjelaskan sesuatu. Begitu pandangan Hartik.

"Apa kita pulang dari Jogja naik kereta aja, An. Gimana? Bisa nggak?" Hartik mendadak mempunyai ide.

"Eh, iya. Bisa bisa itu. Semoga kita kebagian tiket aja. Mau tahun baru ini, kayak kita mau ke Jogja aja tiket juga sudah habis."

"Iya juga ya." Hartik mengangguk-angguk.

"Kamu sudah minum Antimo belum?" Anara mendadak teringat senjata wajib lain milik Hartik ketika bepergian.

"Udah dong, An. Dari kos tadi malah aku minumnya. Kan nggak lucu kalau aku harus mabok. Bisa-bisa hanya pindah tidur ke Jogja kalau sampai mabok."

"Syukurlah. Semoga kamu nggak menambah bebanku ya. Tasku udah berat." Sindiran dari Anara hanya dibalas helaan napas oleh Hartik yang disambung tawa lirih Anara.

Tanpa terasa, bus yang mereka tumpangi sudah penuh dengan penumpang. Bahkan beberapa diantaranya ada yang berdiri. Sebentar kemudian, sopir mulai menginjak pedal gas bus dan Puspa Indah perlahan meninggalkan Landungsari.

Terpopuler

Comments

Cb c

Cb c

waaah via Batu ini busnya 🥰🥰

2024-10-27

0

Cb c

Cb c

waahhh baru baca nemu Malang dan Batu ...apa kbr semua yg disana...😭😭

2024-10-27

0

U²n

U²n

Kereeeeeennnn🥰🥰🥰

2022-12-02

0

lihat semua
Episodes
1 Puspa Indah
2 Anara Reswari
3 Satu Fakta di Solo
4 Assalamualaikum Jogja Part 1
5 Assalamualaikum Jogja Part 2
6 Dasar Bodoh
7 Meet You Again
8 Kota Malang: Menanti Penjelasan
9 Kejadian di Rumah Candra
10 Masihkah Sama?
11 Siapa?
12 Menyakiti Hatinya
13 Janji
14 Hujan dan Ciuman
15 Happy New Year
16 Kalumpe
17 Tersedak
18 Perfect 'Bryan' Playboy
19 Cemburu
20 Gorden
21 Dia Berbeda
22 Keluarga Abah Kayaat
23 Pagi Ini
24 Gara-Gara Dress
25 Nomor Tak Dikenal
26 Perjalanan Pulang
27 Baikan
28 Melepas Rindu
29 Makan Siang
30 Ingin Jujur
31 Rencana Berlima
32 Sebuah Kebohongan
33 Bertemu Mantan Anara
34 Pantas Saja
35 Pahitnya Kejujuran
36 Swara
37 Kebiasaan Tetangga
38 Berpisah Sementara
39 Menabung Rindu
40 Bekas Lipstik
41 Mellow
42 Sudah Tau?
43 Beda Keyakinan
44 Jalan Masing-Masing
45 Buat Apa?
46 Asal Bisa Masak
47 Mi Instan
48 Terdampar Berdua
49 Nafkah Batin
50 Hampir Saja
51 Sebuah Foto
52 Menyesal
53 Nyanyian dari Dapur
54 Dasar Kadal
55 Bisa Gila
56 Kembang Cinta
57 Menolak tapi Menerima
58 Dilema Candra
59 Curhat
60 Menerka-nerka
61 Amplop Putih
62 Rahasia Hati
63 Nama Aron
64 Surat Balasan
65 Hilang Mahkota
66 Salah Niatan
67 Minta Putus
68 Seminggu Lagi
69 Menuju Tunangan
70 Kejujuran Anara
71 Kebaya Maroon
72 Ikat Rambut
73 Dia Pemenangnya
74 Malam Pertunangan
75 Malam Minggu
76 Menikmati LDR
77 Bryan dan Caroline
78 Dua Bulan
79 Ada Apa?
80 Petuah Hartik
81 Aku Ikhlas
82 Kehilangan
83 Kedatangan Bryan
84 Dalam Dekapan Bryan
85 Undangan Pernikahan
86 Penguatan Dari Bryan
87 Bantu Aku Lupakan Candra! (Ending)
88 Info sekuel karya
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Puspa Indah
2
Anara Reswari
3
Satu Fakta di Solo
4
Assalamualaikum Jogja Part 1
5
Assalamualaikum Jogja Part 2
6
Dasar Bodoh
7
Meet You Again
8
Kota Malang: Menanti Penjelasan
9
Kejadian di Rumah Candra
10
Masihkah Sama?
11
Siapa?
12
Menyakiti Hatinya
13
Janji
14
Hujan dan Ciuman
15
Happy New Year
16
Kalumpe
17
Tersedak
18
Perfect 'Bryan' Playboy
19
Cemburu
20
Gorden
21
Dia Berbeda
22
Keluarga Abah Kayaat
23
Pagi Ini
24
Gara-Gara Dress
25
Nomor Tak Dikenal
26
Perjalanan Pulang
27
Baikan
28
Melepas Rindu
29
Makan Siang
30
Ingin Jujur
31
Rencana Berlima
32
Sebuah Kebohongan
33
Bertemu Mantan Anara
34
Pantas Saja
35
Pahitnya Kejujuran
36
Swara
37
Kebiasaan Tetangga
38
Berpisah Sementara
39
Menabung Rindu
40
Bekas Lipstik
41
Mellow
42
Sudah Tau?
43
Beda Keyakinan
44
Jalan Masing-Masing
45
Buat Apa?
46
Asal Bisa Masak
47
Mi Instan
48
Terdampar Berdua
49
Nafkah Batin
50
Hampir Saja
51
Sebuah Foto
52
Menyesal
53
Nyanyian dari Dapur
54
Dasar Kadal
55
Bisa Gila
56
Kembang Cinta
57
Menolak tapi Menerima
58
Dilema Candra
59
Curhat
60
Menerka-nerka
61
Amplop Putih
62
Rahasia Hati
63
Nama Aron
64
Surat Balasan
65
Hilang Mahkota
66
Salah Niatan
67
Minta Putus
68
Seminggu Lagi
69
Menuju Tunangan
70
Kejujuran Anara
71
Kebaya Maroon
72
Ikat Rambut
73
Dia Pemenangnya
74
Malam Pertunangan
75
Malam Minggu
76
Menikmati LDR
77
Bryan dan Caroline
78
Dua Bulan
79
Ada Apa?
80
Petuah Hartik
81
Aku Ikhlas
82
Kehilangan
83
Kedatangan Bryan
84
Dalam Dekapan Bryan
85
Undangan Pernikahan
86
Penguatan Dari Bryan
87
Bantu Aku Lupakan Candra! (Ending)
88
Info sekuel karya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!