Bingkai Surga Untuk Ellana
Angin berhembus kencang membuat kelopak-kelopak bunga kamboja jepang berjatuhan menghiasi hamparan rumput manila di sebuah taman yang terletak di belakang resto yang saat ini tengah nge-hits di kota Bandung ini. Tidak jauh dari taman itu, terdapat sebuah kolam yang cukup luas sebagai tempat hidup puluhan ikan koi dengan beraneka warna.
Di permukaan air kolam itu juga nampak beberapa bunga teratai dengan daun lebar seolah menjadi tempat yang paling nyaman bagi ikan-ikan berwarna cerah itu bersembunyi. Keberadaan ikan-ikan koi dan bunga teratai itulah yang menjadi daya tarik bagi para pengunjung berbondong-bondong untuk datang ke resto ini. Mereka datang untuk menikmati sajian lezat yang disuguhkan olah resto ini dan ada juga yang hanya sekedar memesan minuman sembari menikmati suasana sekitar yang begitu asri. Seolah membuat mereka begitu betah dan nyaman untuk berlama-lama duduk di tempat ini.
Suasana damai di taman ini tiba-tiba diusik oleh suara dua orang wanita yang tengah adu mulut. Wajah kedua wanita itu nampak memerah menahan amarah. Dan rahang keduanya juga terlihat mengeras seolah menjadi tanda jika keduanya sama-sama larut dalam emosi jiwa yang sudah tidak mungkin dapat terelakkan.
Para pengunjung resto yang kebetulan tengah berada tidak jauh dari posisi kedua wanita muda itu seperti disajikan oleh drama FTV geratis yang membuat mata mereka tiada henti memandang adegan demi adegan yang tersaji di hadapan mereka. Bibir mereka terlihat menganga dan hanya bisa membentuk huruf O seolah begitu terkesima dengan apa yang mereka lihat.
Plak....
"Jaga bicaramu El. Kamu sungguh tidak pantas mengatakan hal itu di depanku!"
Terdengar teriakan seorang wanita dengan lantang setelah berhasil mendaratkan tamparannya di pipi wanita yang menjadi lawan bicaranya.
Wanita yang menerima tamparan dari lawan bicaranya itupun hanya bisa menundukkan kepalanya sembari memegang pipinya. Rambutnya sedikit menutupi wajahnya dan seketika rasa panas terasa menjalar di pipinya. Meskipun yang mendaratkan tamparan di pipinya itu adalah seorang wanita, namun rasa-rasanya tenaganya sama kuatnya dengan seorang laki-laki. Dan tamparan itu sukses meninggalkan bekas kemerahan di wajahnya yang putih mulus itu.
Wanita itu mendongakkan wajahnya. Ia menatap lawan bicaranya sembari tersenyum sinis. "Apa yang aku katakan memang benar, bukan? Kamu sama seperti perempuan jal*ang yang merebut kekasih orang. Yang lebih parah, kamu menikung sahabatmu sendiri. Dan aku rasa harga diri kamu jauh lebih rendah daripada wanita jal*ang di luar sana!"
Plak....
Sebuah tamparan kembali wanita itu daratkan di pipi lawan bicaranya. Jika sebelumnya ia mendaratkan tamparan di pipi kanan, kini pipi kiri dari wanita di depannya itulah yang menjadi sasarannya.
"Aku tidak terima kamu mengataiku sebagai perempuan jal*ang El. Salahkan dirimu sendiri karena kamu tidak bisa menjaga apa yang sudah kamu miliki, hingga pada akhirnya Diko memilihku!"
Wanita yang mendapatkan tamparan itu kembali mendongakkan wajahnya. Seketika ia menarik rambut wanita yang ada di depannya ini. Dengan kalap, ia menjambak rambut panjangnya.
"Aawwwwww... Lepaskan aku!"
"Kamu dan Diko sama-sama tidak tahu malu. Pantaslah pelakor dan penghianat bersatu. Sungguh, di mataku kalian berdua adalah pasangan yang sangat menjijikkan. Hanya karena aku tidak mau diajak berhubungan badan, membuat Diko melakukannya denganmu. Dan kamu dengan senang hati memberikannya? Dasar wanita jal*ng!"
Wanita yang sedari tadi mendapatkan tamparan itu semakin kuat menjambak rambut wanita yang telah menjadi duri dalam hubungannya dengan sang kekasih. Amarah dalam dadanya terasa berkobar layaknya api yang tersiram oleh bensin. Tanpa pikir panjang, ia menarik paksa wanita itu sembari melangkahkan kakinya. Ia mendekat ke arah kolam ikan koi yang berada tidak jauh dari tempatnya beradu mulut dan kemudian ...
Byuurrrr.......!!!!
"Rasakan wahai wanita jal*ng! Ini semua masih belum sepadan dengan kesakitan yang aku rasakan. Kamu adalah sahabatku dan Diko adalah kekasihku. Namun apa? Apa yang telah kalian lakukan di belakangku? Kalian berkhianat dan menghancurkan apa yang sudah terjalin di antara kita selama ini!"
Wanita itu melihat ke sekelilingnya. Benar saja, sudah banyak sepasang mata yang menatap lekat akan apa yang telah ia lakukan. Ia pun hanya tersenyum sinis.
"Ibu-ibu dan Mbak-mbak yang ada di sini. Wanita yang sedang berendam di kolam ikan koi ini adalah salah satu contoh nyata bahwa pelakor masih banyak berkeliaran di sekitar kita. Saya hanya bisa memperingatkan kepada ibu-ibu dan Mbak-mbak semua, bahwa seseorang yang paling dekat dengan kita pun bisa saja sewaktu-waktu menusuk kita dari belakang!"
Para kaum ibu-ibu dan remaja putri yang kebetulan melihat adegan di depannya ini terlihat mengangguk-anggukkan kepala mereka sembari berbisik lirih dengan orang-orang yang berada di samping mereka. Dari ekspresi wajah yang tersirat, mereka seolah sependapat dengan apa yang telah mereka dengar.
Sedangkan wanita yang berada di dalam kolam ikan koi itu hanya bisa mengumpat dalam hati. Semua rasa bercampur menjadi satu. Rasa kesal, rasa marah dan pastinya rasa malu karena ia sudah ditelanjangi habis-habisan di depan semua pengunjung resto ini.
"Nikmatilah ini semua wahai wanita jal*ang. Setidaknya aku berterima kasih kepadamu. Karena kehadiranmu lah yang semakin membuka mataku, bahwa lelaki penghianat seperti Diko itu tidak pantas untuk aku pertahankan!"
Wanita itu mengikat rambutnya asal. Tak lama kemudian ia melangkahkan kakinya dan bergegas meninggalkan kolam ikan koi ini. Ia mencoba tersenyum. Namun tetap saja hanya kegetiran yang ia rasakan. Rasa getir itulah yang membuat setetes bulir bening lolos begitu saja dari pelupuk matanya.
Melihat suasana sekeliling kolam yang semakin ramai, membuat wajah wanita yang tengah berendam di dalam kolam ikan koi itu bertambah pias. Ia mengepalkan tangannya dan rahangnya kembali mengeras.
"Aaaaaarrrgggggghhhhhh ... Ellanaaaaaaaaa!!!!!"
Wanita yang bernama Ellana itu sama sekali tidak menggubris teriakan seorang wanita yang masih berada di dalam kolam ikan koi. Ia berjalan menuju ke arah dalam resto. Ia dudukkan bokongnya di salah satu kursi yang yang berada di pojok ruangan. Ia lipat kedua lengannya di atas meja dan ia tenggelamkan wajahnya di lipatan lengan itu.
Wanita itu berupaya menahan tangisnya. Namun semakin ia tahan, justru rasa sesak itu begitu terasa menghujam jiwa. Ia pun menangis sesenggukan di sela-sela lipatan lengannya itu. Nafasnya terdengar tersengal-sengal seolah menandakan jika saat ini ia berada di dalam luka yang begitu dalam.
"Mbak!"
Suara bariton yang tiba-tiba terdengar di samping tubuhnya, memaksa Ellana untuk mendongakkan kepalanya. Ia mencoba menghapus air mata yang sudah membanjiri pipinya. Dan terlihat seorang lelaki muda seusianya berada di hadapannya.
"Apakah kamu tidak tahu jika saat ini aku sedang tidak ingin diganggu?"
Lelaki itu tersenyum simpul. "Saya tidak bermaksud mengganggu. Saya di sini hanya ingin meminta ganti rugi kepada Mbak!"
Wanita bernama Ellana itu hanya mengerutkan dahinya. "Ganti rugi? Kerugian apa yang harus aku ganti?"
Masih dengan seutas senyum di bibirnya, lelaki itu kembali melanjutkan ucapannya. "Karena Mbak yang sudah mendorong teman wanita Mbak di kolam ikan koi itu, membuat beberapa ikan di sana mati. Dan bunga teratai yang sebelumnya menghiasi kolam itu menjadi rusak parah. Maka dari itu, saya meminta ganti rugi dari Mbak!"
Ellana tersenyum sinis. "Bukan aku yang membuat bunga teratai di kolam itu rusak. Dan bukan aku yang membuat beberapa ikan koi di sana mati. Jika kamu ingin meminta ganti rugi, minta saja pada wanita jal*ang itu! Dia sudah banyak aku kasih uang yang katanya untuk pengobatan ibunya di kampung. Tapi ternyata ia menggunakan uang itu untuk bersenang-senang dengan kekasihku!"
Lelaki itu hanya bisa tertawa di dalam hati. Ia sedikit terperangah melihat tingkah polos wanita yang berada di hadapannya ini. Meskipun wanita itu terlihat begitu terluka namun sepertinya ia berusaha keras untuk menguatkan hatinya sendiri. Lelaki itu pun hanya bisa menahan senyum di bibirnya.
Ellana memindai ekspresi wajah lelaki yang ada di hadapannya ini. "Mengapa kamu senyum-senyum sendiri? Apakah kamu menertawakan keadaanku saat ini? Dimana kekasih dan sahabatku sama-sama menusukku dari belakang?" Ellana menjeda sejenak ucapannya. "Tapi tunggu. Memang kamu siapa? Berani-beraninya memintaku untuk mengganti kerugian atas apa yang terjadi di kolam ikan koi itu?"
Masih dengan santai, lelaki itu menyunggingkan senyumnya. "Saya Rama! Rama Gilang Pradana. Putra dari pemilik resto ini!"
.
.
. bersambung....
Warming up dulu kakak... 😘😘😘
Bagaimana? Apakah cukup menarik? Hehehehe..
Saking rindunya dengan kakak-kakak semua, membuat saya ingin segera rilis novel ini. Eittsss... tapi baru ini yang bisa saya sajikan. Inshaallah cerita ini akan kembali hadir dan berlanjut di pertengahan bulan. Jadi mohon tetap bersabar ya kak🤗🤗
Happy reading kakak...
Salam love, love, love❤❤❤
🌹Tetaplah yakin setiap cerita yang ditulis sepenuh hati, akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Reiva Momi
mampir thor
2022-07-03
0
Uswatun Khasanah
kerennnn Cerita y
2021-08-13
0
Ummi Alfa
kisah sang ayah dan bundanya kayanya terulang kembali nih.
sama2 pd pandangan pertama, sama2 di hianati.
2021-07-29
0