Cinta pada Pandangan Pertama?

Rama duduk di kursi kerjanya sembari mengamati dengan lekat secarik kertas yang berada di dalam genggaman tangannya. Ellana Alessia Safaraz Ismail, nama itulah yang tertulis di secarik kertas itu.

"Nama yang sangat cantik. Seperti orangnya!"

Rama berkata lirih sembari pandangannya menerawang jauh. Entah apa yang terjadi, namun sepertinya pertemuan pertamanya dengan wanita bernama Ellana itu, menyisakan sebuah kesan yang begitu mendalam.

"Astaghfirullah hal'adziim..."

Rama tersadar dari pikirannya yang menerawang jauh. Gegas, ia mengusap-usap wajahnya berusaha mengusir bayang-bayang wajah wanita cantik yang siang tadi ia temui.

"Mungkinkah kisah pertemuan pertama ayah Juna dengan bunda, akan menurun kepadaku? Jatuh cinta pada pandangan pertama?" Rama membelalakkan matanya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Sepertinya, akal sehatnya mulai sedikit terhenti. Ia pun menghela nafas dalam kemudian ia hembuskan perlahan. "Astaghfirullah hal'adziim... Astaghfirullah hal'adziim... Astaghfirullah hal'adziim..."

Kumandang suara adzan Asar dari masjid yang letaknya tidak jauh dari resto membuat kesadaran Rama pulih sepenuhnya. Setelah hatinya terasa begitu terusik oleh pertemuan pertamanya dengan Ellana, kini saatnya ia kembali menenangkan diri sembari bersimpuh menghadap sang pencipta.

Ia buka laci di meja kerjanya kemudian ia ambil kopiah dan juga sarung yang tersimpan di dalam sana. Ia beranjak dan bergegas menuju masjid untuk menunaikan ibadah shalat Asar berjamaah.

"Mbak, karena sudah masuk waktu shalat Asar, semua aktivitas resto dihentikan sejenak ya. Semua crew silakan sholat berjamaah terlebih dahulu di musholla, baru setelah itu aktivitas di resto bisa dilanjutkan kembali."

"Baik Mas."

"Ahhh iya sampai lupa. Jika nanti ada tamu yang bernama pak Afif mencari saya, suruh tunggu sebentar ya Mbak."

"Baik, Mas!"

"Astaghfirullah hal'adziim sampai lupa, untuk orderan via online tolong ditutup dulu ya Mbak. Setelah selesai shalat bisa dibuka kembali."

Supervisor yang saat ini tengah menjadi lawan bicara Rama hanya bisa terkekeh pelan. Jika menyangkut urusan shalat, putra pemilik resto ini begitu antusias dalam memberi peringatan. Padahal kebiasaan seperti ini sudah hampir berjalan enam bulan, tepatnya setelah Rama dipercaya untuk menghandle operasional resto.

Sejak Rama berada di resto ini, inovasi yang ia lakukan bukanlah membuat menu-menu baru untuk meningkatkan omset penjualan ataupun melakukan berbagai macam cara untuk menarik para customer. Namun lebih cenderung kepada sisi spiritual. Kebiasaan seperti ini selalu dinomorsatukan oleh resto, yaitu menghentikan semua aktivitas ketika telah masuk waktu shalat. Ketika adzan berkumandang, semua crew menghentikan aktivitas mereka, kemudian menuju ke musholla untuk shalat berjamaah.

"Iya Mas. Kami akan segera menuju ke musholla."

Rama tersenyum simpul kemudian bergegas menuju masjid yang letaknya tidak jauh dari resto. Saat-saat seperti inilah yang membuat pemuda berusia 28 tahun itu merasakan kebahagiaan luar biasa. Bisa kembali mendengar panggilan sang Khalik melalui suara adzan yang berkumandang, kemudian bersujud dan bersimpuh di hadapanNya untuk mencurahkan semua rasa cinta yang ia miliki kepada sang maha pemilik kehidupan.

***

Mobil yang dikemudikan oleh Ellana berhenti di depan pintu pagar sebuah rumah bergaya minimalis yang didominasi oleh warna abu-abu. Tak lama setelahnya, terlihat seorang lelaki dengan perawakan tinggi dan tegap membuka pintu pagar. Ellana kembali menginjak pedal gas nya dan mengarahkan laju mobilnya ke arah garasi.

"Rumah sepertinya sepi Mang. Om Afif sama tante Alya keluar kah?"

Ellana sedikit keheranan melihat keadaan rumah yang sepertinya sunyi senyap. Biasanya di sore hari seperti ini, om dan juga tantenya nampak berbincang-bincang di teras rumah. Namun sore ini tidak terlihat sama sekali.

" Ibu ada di dalam, Non. Sepertinya sedang menonton TV, sedangkan bapak sedari siang tadi keluar dan belum pulang."

Ellana mengangguk. "Kalau begitu aku masuk dulu ya Mang!"

"Silakan Non!"

Ellana memasuki area dalam dengan langkah kaki yang gontai sembari menundukkan wajahnya. Hari ini rasa-rasanya seluruh energi di dalam tubuhnya terkuras habis. Tentunya setelah terlibat adu mulut dengan wanita yang menjadi perebut kekasihnya itu.

"El... Baru pulang?"

Sapaan dari tante Alya membuat Ellana sedikit terkejut. Ia mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah sang tante yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Ellana menghampiri tante Alya kemudian menjabat tangan wanita paruh baya itu.

"Iya tante. Urusan El di luar baru saja selesai."

Tante Alya tersenyum. "Sudah makan kamu, El?"

Ellana mengangguk. "Sudah Tante." Ellana mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. "Om Afif kemana, Tan? Kok tidak kelihatan?"

"Om kamu ada janji bertemu dengan rekan bisnisnya. Sepertinya baru setelah Maghrib, om kamu akan pulang."

Ellana hanya tersenyum simpul. "Kak Ais kapan pulang ke Bandung, Tan?"

Alya terkekeh. "Seperti tidak tahu kebiasaan sepupu kamu itu saja El. Kak Ais, suami, dan anak-anaknya itu baru akan pulang ke sini ketika liburan semester atau pada saat hari raya. Jadi jangan berharap kakak sepupumu itu pulang ke sini di waktu-waktu seperti ini."

Ellana mengangguk. "Sama seperti om Haki dan tante Nina. Setelah mereka pindah ke Surabaya jadi jarang pulang ke Jogja. Kenapa saudara-saudara papa dan mama pada pindahan semua sih Tan? Di Jogja jadi sepi, tahu?"

Alya terkekeh. "Tapi sebentar lagi keluarga besar kita akan kembali berkumpul bukan, pada saat hari pernikahanmu dengan Diko?"

Mendengar nama Diko disebut, membuat ekspresi wajah Ellana berubah seketika. Raut wajah yang sebelumnya berseri, kini menjadi sedikit muram. Dahi Alya sedikit mengerut tatkala memperhatikan dengan seksama perubahan raut wajah sang keponakan.

"Loh, loh, kamu kenapa El? Kok jadi sedih seperti ini?"

Ellana menghampiri tante Alya untuk duduk di sampingnya kemudian memeluk tubuh sang tante dengan erat.

"Tante...."

Alya semakin terperangah mendengar sang keponakan mengisakkan tangis di bahunya. Alya pun hanya bisa mengusap punggung Ellana dengan lembut.

"El... Ada apa denganmu? Mengapa kamu menangis seperti ini?"

Nafas Ellana masih tersengal-sengal. "Rencana El menikah dengan Diko gagal!"

Kedua bola mata Alya membulat sempurna tatkala mendengar penuturan Ellana. Padahal Alya tahu, El dan Diko sudah menjalani hubungan ini hampir tiga tahun lamanya. Bahkan kedua belah pihak keluarga sudah sepakat untuk membawa hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Dan kini, setelah semua dipersiapkan dengan matang, hubungan mereka kandas di tengah jalan? Alya sungguh tidak mengerti apa yang sebenarnya menimpa keponakannya ini.

"Apa yang sebenarnya telah terjadi, Sayang?"

Lagi, Alya membelai rambut keponakannya ini dengan lembut. Ia benar-benar paham dengan apa yang saat ini dirasakan oleh Ellana. Meskipun kehidupan Ellana dikelilingi oleh orang-orang yang begitu menyayanginya, dan apapun yang ia mau bisa terpenuhi semua, namun untuk masalah percintaan, Ellana merupakan salah satu wanita yang kurang beruntung. Setiap ia menjalani hubungan dengan laki-laki, hubungan itu pasti kandas di tengah jalan.

Diko adalah seorang laki-laki yang paling lama menjalin hubungan percintaan dengan Ellana. Karena lelaki itu mampu menjalani hubungan bersama Ellana selama hampir tiga tahun lamanya. Sedangkan mantan-mantan kekasih El yang lain, hanya dengan hitungan bulan saja mereka memilih untuk mengakhiri hubungannya bersama wanita yang saat ini genap berusia 28 tahun itu.

"Diko berselingkuh dengan Mia, Tante!"

Alya mengernyitkan dahinya sembari melerai sedikit pelukannya. "Mia? Mia yang mana Sayang?"

"Sahabat El, Tante. Yang sama-sama dari Jogja."

"Astaghfirullah... Bukankah itu sahabat dekatmu?"

Ellana mengangguk. "Bukan hanya sahabat dekat, Tante. Bahkan Mia sudah El anggap seperti saudara sendiri, Tan."

"Aaahhh... Iya, iya, Tante baru ingat, Sayang. Tapi sepertinya selain Mia juga ada kan teman dekat kamu yang satu lagi?"

"Iya Tante, dia Nana. Diantara kami bertiga, Nana adalah wanita yang paling salihah. Karena hanya dia yang mengenakan jilbab."

Alya terkekeh kecil. Ia acak sedikit rambut keponakannya ini. "Tante yakin, jika keponakan Tante ini juga salihah. Sama seperti mama Arumi bukan?"

Ellana mengendikkan bahunya. "Sayangnya salihah nya Mama tidak menurun ke El. El merasa masih belum siap untuk mengenakan hijab seperti mama dan juga tante Alya. El takut jika tingkah laku El ini belum sesuai dengan hijab yang El pakai."

Alya kembali memeluk tubuh Ellana dengan penuh kasih sayang. Meski Ellana belum berhijab, namun dimatanya, Ellana memiliki hati yang tulus. Dan ketulusan hatinya lah yang terkadang dimanfaatkan oleh orang-orang yang dekat dengannya.

"Tante percaya jika El adalah anak yang baik. Semoga suatu hari nanti, El bisa menjemput hidayah itu untuk mulai berhijab seperti mama Arumi ya." Hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh El, Alya kembali melerai pelukannya.

"Eh, bukankah tadi kita membahas Diko dan Mia ya Sayang? Kok malah jadi beda pembahasannya?"

Ellana tersenyum kecut. "Sudahlah Tante, El tidak ingin membahas lelaki yang bernama Diko lagi. El capek, Tan. Ini El juga harus mencari cara untuk menyampaikannya ke mama papa. El takut mereka kecewa, Tan. Karena di usia El yang sudah masuk 28 tahun ini, El belum juga menikah."

Alya kembali menyunggingkan senyum sembari menggenggam tangan El dengan erat. "Dengan batalnya rencana pernikahanmu dengan Diko, Allah pasti sudah memiliki rencana yang jauh lebih baik untukmu, Sayang. Percayalah."

El tersenyum tipis. Bahkan untuk saat ini ia masih ragu bahwa ada seorang lelaki yang benar-benar tulus mencintainya. "Semoga ya Tan!"

.

.

. bersambung....

Bagi para pembaca yang asing dengan nama-nama Alya, Afif, Arumi, Haki, Nina, Ais, Nana, silakan mampir di novel Tiba-tiba Cinta dan Titik Balik. Hihihihi 🤗🤗

Happy reading kakak-kakak semua...😘😘😘

Salam love, love, love ❤️ ❤️❤️

🌹Tetaplah yakin setiap cerita yang ditulis sepenuh hati, akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca🌹

Terpopuler

Comments

Satriawanty Meitridwi Irwansyah

Satriawanty Meitridwi Irwansyah

Nana putri lintang n Agum TITIK BALIK..😊😊

2021-12-14

2

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Sabar ya Ellana! Mungkin, Diko bukan lah jodoh yang Allah pilih untuk mu.

2021-05-26

0

zien

zien

aku hadir💗💗 semangat 🌹🌹

2021-05-17

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Pertemuan
2 Ganti Rugi
3 Cinta pada Pandangan Pertama?
4 Calon Suami?
5 Duduk Berdua di Taman
6 Lebih Dekat
7 Mengantar Pulang
8 Rencana
9 Tak Terduga #1
10 Tak Terduga #2
11 Mabuk Darat
12 Hutang Budi?
13 Pulang ke Kota Kita
14 Dikira Calon Kakak Ipar
15 Bermalam
16 Di Sepertiga Malam
17 Pagi yang Hangat
18 Pulang
19 Lamaran Dadakan?
20 Beri Aku Sedikit Waktu
21 Sahabat
22 Lelaki yang Sama
23 Harus Bagaimana?
24 Haruskah Mengalah?
25 Titik Terang
26 Hati yang Patah
27 Menanti Sebuah Jawaban
28 Menepi di Warung Bakmi
29 Ragu?
30 Luruh Sudah Keraguan Itu
31 Hati yang Ikhlas
32 Besok Malam
33 Kepiting Rebus
34 Persiapan
35 Tim Hore Lamaran (Spesial Part)
36 Pagi Hari di Kediaman RamaEl
37 Berkunjung ke Kafe
38 Nyore di Rooftop Kafe
39 Di Depan bukan di Samping
40 H-3
41 Akad Nikah
42 Kondangan Lagi.... (Spesial Part #1)
43 Kondangan Lagi... (Spesial Part #2)
44 Bukan Perpisahan
45 Membelah Buah Peach
46 Panas di Hawa Dingin
47 Balada Sambal Tomat dan Ayam Goreng
48 Masih Hangat
49 Rencana Bulan Madu
50 Mas... Aku Ingin
51 Pinus Pengger
52 Sebuah Janji
53 Cilok
54 Undangan Sang Mantan
55 Hari Lahir
56 Kondangan Mantan
57 Manja
58 Angkringan, Nasi Kucing dan Sate Usus
59 Sudut Jogja dan Surabaya
60 Penyempurna Kehidupan
61 Kehormatan yang Tercabik
62 Segores Ujian
63 Mencari Petunjuk
64 Balasan
65 Alam yang Berbeda
66 Membuka Mata
67 Hangat
68 Kamu Tidak Sendiri
69 Kembali ke Rumah Kita
70 Obrolan Pagi
71 Tetangga Istimewa
72 Poligami
73 Satu Mangkuk Bakso
74 Kembalinya Nana
75 Menikah
76 Di Mana Kamu Mas?
77 Malam Pengantin
78 Masih Tentang Pengantin Baru
79 Terbelenggu Rindu
80 Memecah Celengan Rindu
81 Isi Hati
82 Kejutan (Alan & Nana)
83 Bahagia
84 Bumbu Cinta
85 Bianglala
86 Waktunya Berbuka
87 Berjalan Kembali
88 Papa Muda
89 Perihal Madu
90 Pintu Maaf
91 Pintu Maaf #2
92 Bertemu Relasi
93 Wanita Itu....
94 Balada Martabak Manis
95 Menyusul
96 Garis Merah
97 Tiga Telur
98 Tentang Suami yang Tengah Ngidam
99 Kembalinya Nikmat Itu
100 Kalah Telak
101 Melahirkan
102 Ikut Melahirkan Juga
103 Lima Malaikat Kecil
104 Es Krim
105 Kuda
106 Telur Bebek
107 Bingkai Surga untuk Ellana (End)
108 Ucapan Terimakasih
109 Cahaya Cinta untuk Seroja
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Awal Pertemuan
2
Ganti Rugi
3
Cinta pada Pandangan Pertama?
4
Calon Suami?
5
Duduk Berdua di Taman
6
Lebih Dekat
7
Mengantar Pulang
8
Rencana
9
Tak Terduga #1
10
Tak Terduga #2
11
Mabuk Darat
12
Hutang Budi?
13
Pulang ke Kota Kita
14
Dikira Calon Kakak Ipar
15
Bermalam
16
Di Sepertiga Malam
17
Pagi yang Hangat
18
Pulang
19
Lamaran Dadakan?
20
Beri Aku Sedikit Waktu
21
Sahabat
22
Lelaki yang Sama
23
Harus Bagaimana?
24
Haruskah Mengalah?
25
Titik Terang
26
Hati yang Patah
27
Menanti Sebuah Jawaban
28
Menepi di Warung Bakmi
29
Ragu?
30
Luruh Sudah Keraguan Itu
31
Hati yang Ikhlas
32
Besok Malam
33
Kepiting Rebus
34
Persiapan
35
Tim Hore Lamaran (Spesial Part)
36
Pagi Hari di Kediaman RamaEl
37
Berkunjung ke Kafe
38
Nyore di Rooftop Kafe
39
Di Depan bukan di Samping
40
H-3
41
Akad Nikah
42
Kondangan Lagi.... (Spesial Part #1)
43
Kondangan Lagi... (Spesial Part #2)
44
Bukan Perpisahan
45
Membelah Buah Peach
46
Panas di Hawa Dingin
47
Balada Sambal Tomat dan Ayam Goreng
48
Masih Hangat
49
Rencana Bulan Madu
50
Mas... Aku Ingin
51
Pinus Pengger
52
Sebuah Janji
53
Cilok
54
Undangan Sang Mantan
55
Hari Lahir
56
Kondangan Mantan
57
Manja
58
Angkringan, Nasi Kucing dan Sate Usus
59
Sudut Jogja dan Surabaya
60
Penyempurna Kehidupan
61
Kehormatan yang Tercabik
62
Segores Ujian
63
Mencari Petunjuk
64
Balasan
65
Alam yang Berbeda
66
Membuka Mata
67
Hangat
68
Kamu Tidak Sendiri
69
Kembali ke Rumah Kita
70
Obrolan Pagi
71
Tetangga Istimewa
72
Poligami
73
Satu Mangkuk Bakso
74
Kembalinya Nana
75
Menikah
76
Di Mana Kamu Mas?
77
Malam Pengantin
78
Masih Tentang Pengantin Baru
79
Terbelenggu Rindu
80
Memecah Celengan Rindu
81
Isi Hati
82
Kejutan (Alan & Nana)
83
Bahagia
84
Bumbu Cinta
85
Bianglala
86
Waktunya Berbuka
87
Berjalan Kembali
88
Papa Muda
89
Perihal Madu
90
Pintu Maaf
91
Pintu Maaf #2
92
Bertemu Relasi
93
Wanita Itu....
94
Balada Martabak Manis
95
Menyusul
96
Garis Merah
97
Tiga Telur
98
Tentang Suami yang Tengah Ngidam
99
Kembalinya Nikmat Itu
100
Kalah Telak
101
Melahirkan
102
Ikut Melahirkan Juga
103
Lima Malaikat Kecil
104
Es Krim
105
Kuda
106
Telur Bebek
107
Bingkai Surga untuk Ellana (End)
108
Ucapan Terimakasih
109
Cahaya Cinta untuk Seroja

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!