Cinta Untuk Wisyah

Cinta Untuk Wisyah

Eps 1

Hujan turun begitu derasnya menguyur ibukota dengan begitu sangat derasnya.

Hujan itu Seperti sedang merasakan kesedihan yang di alami gadis cantik Yang sekarang sedang berdiri di samping jendela

menatap luar yang sedang turun hujan

begitu derasnya.

Setetes air mata turun dan membasahi pipi mulus gadis itu, Gadis itu merasa sedih dan kecewa Selama tiga tahun perpisahan kedua orang tuanya, Dia belum pernah bertemu kembali dengan ayah, Ibu dan saudaranya.

Dia seperti di buang oleh kedua orang tuanya

menganggap bahwa dia tidak ada dan menganggap dia adalah beban bagi mereka melupakan dan dikucilkan itu yang Wiyah rasakan sekarang.

Entah kemana keluarga yang dulu hangat dan humoris, Yang selalu mendampinginya, mendengar keluh kesahnya tapi Kini mereka telah pergi entah kemana selama tiga tahun terakhir.

Kedua orang tuanya pergi dan tidak pernah memberinya kabar atau menanyakan kabarnya.

Seperti Menganggap Bahwa Wiyah memang tidak ada di keluarga itu.

Wiyah terus memandangi luar hingga dia tidak menyadari bahwa ada orang yang memasuki kamarnya.

Orang itu melangkah menghampiri Wiyah yang sedang berdiri dan berdiam diri di Samping jendela.

" Wiyah" Panggil seorang wanita. Tapi yang di panggil tidak menjawab sama sekali, Karena asyik dengan keterdiam nya.

"Wiyah. Kamu belum tidur " Tegur wanita itu tapi tidak ada respon oleh gadis cantik itu.

" Pasti melamun ini anak." Batin wanita yang memanggil Wiyah.

Wanita itupun sedikit mendekati Wiyah

dan kembali memanggilnya

"Wiyah " panggil wanita itu sedikit meninggikan suaranya sambil menepuk pundak Wiyah. Yang membuat gadis itu tersadar dari lamunannya

Wiyah yang merasa ada yang memanggil namanya dan menepuk pundaknya segera sadar dari lamunannya. ia segera berbalik dan melihat seorang wanita yang sedang berdiri dan juga menatapnya.

" Iya, ada apa Kakak Windi " Tanya Wiyah sambil melihat kearah wanita itu yang bernama Windi.

" Dari tadi Kakak panggil, Di tanyain, Tapi Ngga di jawab. Tapi sekarang malah kamu yang balik bertanya." Ucap Windi sedikit kesal dengan tangan yang menyilang diatas dada.

" Maaf kakak tadi aku nggak dengar." Jawab Wiyah." Emangnya kenapa kak Windi kesini." Tanya Wiyah.

" Nggak ada apa-apa sih. Cuman Kakak tadi lewat di depan kamar dek Wiyah. Kakak lihat lampu dek Wiyah masih menyala. Kaka hanya ingin memeriksa apa kamu sudah tidur atau belum.

Kakak ketuk pintu kamar mu, tapi nggak ada jawaban. Ya Kaka pikir mungkin kamu sudah tidur tapi lupa mematikan lampunya. Tapi pas Kakak mencoba untuk buka handle pintu kamar mu yang ternyata nggak di kunci ya terus Kakak masuk saja. Tapi pas Kakak masuk Kakak melihat kalau kamu berdiri, Di samping jendela. Terus Kakak panggil tapi ngga di jawab" Jelas Windi dengan jujur.

Wiyah yang mendengar jawaban dari Kakaknya itu hanya mengangguk mengerti.

" Terus kamu lagi melamunkan apa Sampai betah berdiri di sini, Apa ngga merasa dingin sama suasana hujan kaya gini, berdiri di samping jendela" Tanya Windi.

" Aku nggak ngelamun kak. Wiyah cuman ngeliat diluar kak, Liatin hujan turun. Hujan turun dengan derasnya malam ini, Makanya aku betah berdiri di sini." Jawab Wiyah." Tapi Wiyah nggak ngerasa dingin saat berdiri disini."Jawab Wiyah.

Windi hanya mengangguk mengerti. Windi kembali melirik kearah mata adiknya itu yang Terlihat sembab seperti orang yang habis selesai menangis.

" Wiyah kamu nangis " Tanya Windi sambil mengusap pipi Wiyah dengan lembut.

" Ngga Wiyah nggak nangis."Jawab Wiyah yang mengalihkan pandangannya kembali menghadap mengarah keluar yang membuat Windi yakin kalau ada yang di sembunyikan oleh Wiyah.

" Wiyah, jangan memalingkan pandangan mu kearah lain, Lihat kearah Kakak " Panggil Windi tegas dengan tangan yang memegang dagu Wiyah dengan lembut. Windi Memutar kepala Wiyah dengan lembut untuk menghadap kearahnya. Setelah itu Windi bisa melihat mata Wiyah yang sebab karena baru selesai menangis.

" Wiyah, Katakan dengan jujur Apa kamu habis menangis." Tanya Windi kembali dengan suaranya sedikit lembut.

" Ngga, Wiyah nggak nangis Kakak."Jawab Wiyah,

Windi yang mendengar Jawaban dari Wiyah hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar. Windi tahu kalau Wiyah pasti sedang berbohong dengan ucapannya. Bagaimana tidak berbohong.

Karena Windi sudah mengenal Wiyah sudah sangat lama. Mengenal Wiyah yang selalu menyembunyikan masalahnya setiap ada masalah yang sedang dia hadapi.

Apalagi Wiyah sudah sangat lama tinggal di rumahnya selama Tiga tahun.

Tapi Wiyah tidak pernah terbuka soal masalahnya. Wiyah malah memilih memendam sendiri dari pada terbuka soal masalah yang dia alami.

Windi mengangkat tangannya mengusap lembut kelapa Wiyah.

" Terus kenapa kamu menangis Wiyah jika kamu tidak mempunyai masalah." Ucap Windi yang menurunkan tangannya mengusap lembut pipi Wiyah dengan mata yang sembab karena Wiyah habis menangis.

" Kakak tanya sekali lagi, Apakah kamu memiliki masalah sampai membuatmu menangis." Tanya Windi dengan suara lembutnya.

" Wiyah tidak mempunyai masalah kak Windi. Wiyah juga ngga nangis." Jawab wiyah sambil menjelaskan. Walaupun kenyataannya Wiyah memang habis menangis, Tapi Wiyah berusaha untuk menutupi kesedihannya itu.

Sedangkan Windi mengerti kenapa Wiyah tidak mau mengakui kalau dirinya itu habis menangis, Karena Windi tahu, Wiyah tidak mau menyusahkan orang dengan masalahnya.

" Terus kenapa mata kamu sembab seperti orang yang habis menangis. Jika pemilik mata tidak menangis, Mana mungkin mata ini bisa menangis sendiri tanpa alsan tertentu." Tanya Windi sambil mengusap lembut kedua pipi Wiyah sampai tangan lembut Windi mengarah ke mata Wiyah.

" Sungguh kak, Wiyah tidak memiliki masalah yang sampai membuat Wiyah menangis" Jawab Wiyah berusaha berkata jujur, Walaupun jelas jelas dia berbohong.

" Kamu tidak bisa berbohong kekakak Wiyah. Karena Kakak tau kalau kamu sedang menyembunyikan sesuatu kepada Kakak." Jelas Windi sambil mencoba untuk membujuk Wiyah agar mau bercerita.

Mendengar penjelasan dari Windi membuat Wiyah menundukkan kepalanya karena yang di katakan oleh Windi semua benar adanya. Karena dirinya sedang menyembunyikan masalahnya tanpa mau menceritakannya kepada orang.

" Apa masalahmu, yang sampai membuatmu menangis sampai membuatmu melamun seperti tadi." Tanya Windi. Membuat Wiyah hanya diam tidak menjawab.

Windi menghembuskan nafasnya kasar karena tidak ada jawaban dari Wiyah.

Karena tidak ada jawaban dari Wiyah. Membuat Windi berhenti bertanya. Sampai Windi mengingat satu masalah yang selalu di tanyakan oleh Wiyah dan pertanyaan itu selalu di ulang selama tiga tahun terakhir. Tapi pertanyaan dari Wiyah tidak pernah mendapatkan jawaban yang tentu.

" Apakah yang kamu pikirkan itu masalah dengan kedua orang tuamu Wiyah." Tanya Windi. Seketika membuat Wiyah mengangkat kepalanya dan menatap kearah Windi, Menatap kalau Wiyah membenarkan pernyataan dari Windi barusan.

Windi yang melihat Wiyah yang mengangkat kembali kepalanya, Seketika tau bahwa pertanyaan nya itu memang benar.

" Apakah karena perpisahan kedua orang tuamu." Antara sengaja atau tidak, Wiyah menganggukkan kepalanya, Menandakan membenarkan pernyataan dari Windi barusan.

Walaupun jawaban dari Windi hanya sebatas anggukan, Tapi Windi tau kalau Wiyah membenarkan pernyataannya tadi.

Apalagi Windi tau selama tiga tahun Wiyah tinggal di rumahnya. Wiyah akan selalu mempertanyakan kenapa kedua orang tuanya bisa berpisah tanpa alsan yang jelas.

Windi juga yakin, Bukan itu saja yang membuat Wiyah bertanya-tanya, Melainkan ada satu hal yang lain.

Yaitu kenapa kedua orang tuanya tidak ikut membawanya pergi seperti kelima saudaranya.

Yang masing masing dari mereka ikut di salah satu dari kedua orangtuanya. Apalagi perpisahan kedua orang tuanya sudah begitu sangat lama, Yaitu tiga tahun yang lalu.

Yang membuat Wiyah semakin bingung, ketika salah satu dari mereka tidak memiliki kabar atau menanyakan kabar dari Wiyah.

Seketika itu hening.

Hingga akhirnya Windi menarik pelan tangan Wiyah. Melangkahkan kakinya menuju kasur. Mengajak Wiyah untuk duduk di sisi kasur.

Setelah itu Windi ikut menyusul untuk duduk disisi kasur berdekatan dengan Wiyah. Tangan Windi bergerak mengambil tangan Wiyah untuk mengusap nya lembut. Mencoba untuk menyalurkan kasih sayangnya kepada Wiyah, agar gadis itu merasa sedikit tentang.

" Wiyah, Lihat Kakak, Jangan menundukkan kepalamu." Suruh Windi sambil mengusap lembut tangan Wiyah. Wiyah yang mendengar ucapan dari Windi mengangkat kepalanya dan menatap Windi." Ceritakan apa yang kamu pikirkan tentang kedua orang tuamu, Apakah itu masalah tentang perpisahan kedua orang tuamu dan juga kenapa kedua orang tuamu tidak menanyakan kabarmu. " Tanya Windi yang membuat Wiyah terdiam tidak menjawab.

" Wiyah, Kakak tau pasti kamu tidak mau menceritakan apa masalahmu, kepada Kakak.

Tapi ingat dek, ibu dan ayahmu sudah menitipkan kamu kepada Kakak dan juga Kaka Idar untuk menjagamu dan menuntun kamu menjadi wanita yang lebih baik. Orang tuamu telah memberikan semua tanggung jawab kepada kami agar selalu menjagamu. Melindungi kamu dan selalu membuat kamu tersenyum. Menganggap masalahmu adalah masalah kami juga, Jadi kami berhak untuk menanyakan.

" Tapi jika Wiyah mau bercerita maka bercerita lah, Tapi jika tidak mau maka kak Windi tidak akan memaksamu untuk bercerita." Ucap Windi. membuat batin Wiyah yang terasa sakit kini menghembuskan nafasnya sedikit berat saat iya keluarkan. Wiyah memalingkan pandangannya lurus kedepan.

" Iya. yang Kakak katakan itu benar, Aki sedang memikirkan kedua orang tuaku. Tapi Wiyah ragu untuk bertanya." Jawab Wiyah dengan pandangannya masih lurus ke depan.

" Ragu kenapa Wiyah."

"Ragu dengan jawaban yang sama, Tapi arti yang berbeda."Jawab Wiyah.

" Maksudnya, Kakak Nggak ngerti."Ucap Windi dengan kening mengeriput bingung.

" Kaka Taukan maksudku," Tanya Wiyah kembali menatap kearah Windi.

" Kaka Wiyah capek dengan jawaban yang sama, Tapi artinya berbeda, Setiap Wiyah bertanya sama Kak Idar atau juga Kakak tentang masalah orang tuaku, kenapa mereka sampai bisa berpisah. Tapi jawaban kalian tetap sama.

Terus Wiyah tanya lagi kenapa Wiyah, Ngga di ajak pergi dan mengikuti salah satu dari kedua orang tua Wiyah, pasti jawaban yang sama yang aku dapat.

Aku sudah tiga tahun menanyakan hal yang sama Kakak. Tapi jawaban tetap sama seperti tidak ada jawaban yang lain.

Tiga tahun aku nungguin kedua orang tuaku untuk menjemputku. Walaupun tidak keduanya karena Wiyah tau kalau mereka sudah berpisah.

Tapi bisakan salah satu dari mereka. Tapi sama sekali tidak ada yang datang untuk menjemputku sampai sekarang. Orang tuaku tidak pernah sama sekali memberi kabar untukku. Jangankan kabar menanyakan apakah aku masih hidup atau sudah mati, itupun tidak pernah di pertanyakan sama sekali.

Aku bingung Kakak apakah aku dianggap ada atau tidak. Karena selama tiga tahun ini, mereka tidak pernah datang untuk mengunjungiku.

Yang membuat aku terus menunggu, Tapi kedua orang tuaku tidak ada yang datang dan mencari keberadaanku.

Itu artinya jawaban Kakak sama Kak Idar berbeda dengan yang terjadi." Jelas Wiyah panjang lebar sambil menceritakan keluh kesahnya selama tiga tahun terakhir. Karena menceritakan hal menyakitkan dalam hidupnya, membuat mata Wiyah kembali berkaca-kaca dengan buliran air mata.

Windi yang mendengar cerita dari Wiyah membuat Windi terdiam. Windi mengerti apa yang dimaksud oleh Wiyah, Apalagi selama tiga tahun ini dia dan juga Suaminya selalu memberikan jawaban yang sama tapi arti yang berbeda yang di rasakan oleh Wiyah.

Windi bingung apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya atau harus kembali berbohong. Sedangkan Wiyah bukan anak kecil lagi yang bisa di bohongi. lama ke lamaan Wiyah juga pasti akan tau sebenarnya.

Sebelum itu terjadi Windi dan Haidar harus mengatakan yang sebenarnya tapi bukan Sekang. tapi nanti, diwaktu yang tepat untuk mengatakan nya.

" Kakak, Apakah Kakak dengar apa yang aku ceritakan tadi. Apakah Kakak tau apa artinya." Tanya Wiyah dengan mata yang sudah meneteskan air mata.

" Iya, Kaka ngerti apa yang kamu maksud." Jawab Windi sambil mengusap air mata Wiyah

yang mulai keluar.

" Sekarang Kakak jelaskan ke aku

kenapa kedua orang tuaku bisa berpisah.

dan alasan apa yang membuat mereka melupakan Wiyah."Tanya Wiyah dengan suara serak nya karena habis menangis.

Windi yang mendengar pertanyaan Wiyah seketika terdiam apakah di harus mengatakan yang sekarang.

"Kakak kenapa Kakak diam, apakah Kakak Nggak mau menjawab pertanyaan dariku." Tanya Wiyah kembali sambil menatap Windi dengan tatapan sendunya.

Windi mengusap air mata Wiyah kembali.

" Iya. Kakak akan Jawab pertanyaanmu. Tapi kamu harus berjanji kalau kamu tidak akan kecewa dengan jawaban Kakak. Tapi sebelum itu kami harus berhenti dulu nangisnya. Karena Kakak Nggak suka kalau kamu menangis." Ucap Windi sambil mengusap lembut pipi Wiyah yang sudah basah karena air mata.

Wiyah mengangguk mengerti, Ikut Menghapus sisa-sisa air matanya walaupun sudah tidak basah lagi karena Windi sudah Menghapusnya.

" Orang tuamu berpisah kar_"

Seketika seseorang pria masuk kedalam kamar Wiyah tanpa mengetuk pintu terlebih dulu dan langsung memotong ucapan dari Windi."Karena sesuatu" Sambung Pria itu yang berdiri di pintu kamar Wiyah.

bersambung

Maaf teman teman tulisannya masih kurang rapi soalnya ini Karya pertama ku

Kalau ada yang salah tolong bantu author untuk memperbaikinya. dengan cara komen

Jangan lupa laik ya.

Terpopuler

Comments

Tebe'e

Tebe'e

bagus ceritanya, Kakak.
semangat terus 😃😃😃

2022-11-05

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Tulisannya bagus... ceritanya bagus tor...

2022-03-16

1

Senja Kelabu

Senja Kelabu

aku tinggalkan jejak ku..🥰🥰

2022-02-25

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!