NovelToon NovelToon

Cinta Untuk Wisyah

Eps 1

Hujan turun begitu derasnya menguyur ibukota dengan begitu sangat derasnya.

Hujan itu Seperti sedang merasakan kesedihan yang di alami gadis cantik Yang sekarang sedang berdiri di samping jendela

menatap luar yang sedang turun hujan

begitu derasnya.

Setetes air mata turun dan membasahi pipi mulus gadis itu, Gadis itu merasa sedih dan kecewa Selama tiga tahun perpisahan kedua orang tuanya, Dia belum pernah bertemu kembali dengan ayah, Ibu dan saudaranya.

Dia seperti di buang oleh kedua orang tuanya

menganggap bahwa dia tidak ada dan menganggap dia adalah beban bagi mereka melupakan dan dikucilkan itu yang Wiyah rasakan sekarang.

Entah kemana keluarga yang dulu hangat dan humoris, Yang selalu mendampinginya, mendengar keluh kesahnya tapi Kini mereka telah pergi entah kemana selama tiga tahun terakhir.

Kedua orang tuanya pergi dan tidak pernah memberinya kabar atau menanyakan kabarnya.

Seperti Menganggap Bahwa Wiyah memang tidak ada di keluarga itu.

Wiyah terus memandangi luar hingga dia tidak menyadari bahwa ada orang yang memasuki kamarnya.

Orang itu melangkah menghampiri Wiyah yang sedang berdiri dan berdiam diri di Samping jendela.

" Wiyah" Panggil seorang wanita. Tapi yang di panggil tidak menjawab sama sekali, Karena asyik dengan keterdiam nya.

"Wiyah. Kamu belum tidur " Tegur wanita itu tapi tidak ada respon oleh gadis cantik itu.

" Pasti melamun ini anak." Batin wanita yang memanggil Wiyah.

Wanita itupun sedikit mendekati Wiyah

dan kembali memanggilnya

"Wiyah " panggil wanita itu sedikit meninggikan suaranya sambil menepuk pundak Wiyah. Yang membuat gadis itu tersadar dari lamunannya

Wiyah yang merasa ada yang memanggil namanya dan menepuk pundaknya segera sadar dari lamunannya. ia segera berbalik dan melihat seorang wanita yang sedang berdiri dan juga menatapnya.

" Iya, ada apa Kakak Windi " Tanya Wiyah sambil melihat kearah wanita itu yang bernama Windi.

" Dari tadi Kakak panggil, Di tanyain, Tapi Ngga di jawab. Tapi sekarang malah kamu yang balik bertanya." Ucap Windi sedikit kesal dengan tangan yang menyilang diatas dada.

" Maaf kakak tadi aku nggak dengar." Jawab Wiyah." Emangnya kenapa kak Windi kesini." Tanya Wiyah.

" Nggak ada apa-apa sih. Cuman Kakak tadi lewat di depan kamar dek Wiyah. Kakak lihat lampu dek Wiyah masih menyala. Kaka hanya ingin memeriksa apa kamu sudah tidur atau belum.

Kakak ketuk pintu kamar mu, tapi nggak ada jawaban. Ya Kaka pikir mungkin kamu sudah tidur tapi lupa mematikan lampunya. Tapi pas Kakak mencoba untuk buka handle pintu kamar mu yang ternyata nggak di kunci ya terus Kakak masuk saja. Tapi pas Kakak masuk Kakak melihat kalau kamu berdiri, Di samping jendela. Terus Kakak panggil tapi ngga di jawab" Jelas Windi dengan jujur.

Wiyah yang mendengar jawaban dari Kakaknya itu hanya mengangguk mengerti.

" Terus kamu lagi melamunkan apa Sampai betah berdiri di sini, Apa ngga merasa dingin sama suasana hujan kaya gini, berdiri di samping jendela" Tanya Windi.

" Aku nggak ngelamun kak. Wiyah cuman ngeliat diluar kak, Liatin hujan turun. Hujan turun dengan derasnya malam ini, Makanya aku betah berdiri di sini." Jawab Wiyah." Tapi Wiyah nggak ngerasa dingin saat berdiri disini."Jawab Wiyah.

Windi hanya mengangguk mengerti. Windi kembali melirik kearah mata adiknya itu yang Terlihat sembab seperti orang yang habis selesai menangis.

" Wiyah kamu nangis " Tanya Windi sambil mengusap pipi Wiyah dengan lembut.

" Ngga Wiyah nggak nangis."Jawab Wiyah yang mengalihkan pandangannya kembali menghadap mengarah keluar yang membuat Windi yakin kalau ada yang di sembunyikan oleh Wiyah.

" Wiyah, jangan memalingkan pandangan mu kearah lain, Lihat kearah Kakak " Panggil Windi tegas dengan tangan yang memegang dagu Wiyah dengan lembut. Windi Memutar kepala Wiyah dengan lembut untuk menghadap kearahnya. Setelah itu Windi bisa melihat mata Wiyah yang sebab karena baru selesai menangis.

" Wiyah, Katakan dengan jujur Apa kamu habis menangis." Tanya Windi kembali dengan suaranya sedikit lembut.

" Ngga, Wiyah nggak nangis Kakak."Jawab Wiyah,

Windi yang mendengar Jawaban dari Wiyah hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar. Windi tahu kalau Wiyah pasti sedang berbohong dengan ucapannya. Bagaimana tidak berbohong.

Karena Windi sudah mengenal Wiyah sudah sangat lama. Mengenal Wiyah yang selalu menyembunyikan masalahnya setiap ada masalah yang sedang dia hadapi.

Apalagi Wiyah sudah sangat lama tinggal di rumahnya selama Tiga tahun.

Tapi Wiyah tidak pernah terbuka soal masalahnya. Wiyah malah memilih memendam sendiri dari pada terbuka soal masalah yang dia alami.

Windi mengangkat tangannya mengusap lembut kelapa Wiyah.

" Terus kenapa kamu menangis Wiyah jika kamu tidak mempunyai masalah." Ucap Windi yang menurunkan tangannya mengusap lembut pipi Wiyah dengan mata yang sembab karena Wiyah habis menangis.

" Kakak tanya sekali lagi, Apakah kamu memiliki masalah sampai membuatmu menangis." Tanya Windi dengan suara lembutnya.

" Wiyah tidak mempunyai masalah kak Windi. Wiyah juga ngga nangis." Jawab wiyah sambil menjelaskan. Walaupun kenyataannya Wiyah memang habis menangis, Tapi Wiyah berusaha untuk menutupi kesedihannya itu.

Sedangkan Windi mengerti kenapa Wiyah tidak mau mengakui kalau dirinya itu habis menangis, Karena Windi tahu, Wiyah tidak mau menyusahkan orang dengan masalahnya.

" Terus kenapa mata kamu sembab seperti orang yang habis menangis. Jika pemilik mata tidak menangis, Mana mungkin mata ini bisa menangis sendiri tanpa alsan tertentu." Tanya Windi sambil mengusap lembut kedua pipi Wiyah sampai tangan lembut Windi mengarah ke mata Wiyah.

" Sungguh kak, Wiyah tidak memiliki masalah yang sampai membuat Wiyah menangis" Jawab Wiyah berusaha berkata jujur, Walaupun jelas jelas dia berbohong.

" Kamu tidak bisa berbohong kekakak Wiyah. Karena Kakak tau kalau kamu sedang menyembunyikan sesuatu kepada Kakak." Jelas Windi sambil mencoba untuk membujuk Wiyah agar mau bercerita.

Mendengar penjelasan dari Windi membuat Wiyah menundukkan kepalanya karena yang di katakan oleh Windi semua benar adanya. Karena dirinya sedang menyembunyikan masalahnya tanpa mau menceritakannya kepada orang.

" Apa masalahmu, yang sampai membuatmu menangis sampai membuatmu melamun seperti tadi." Tanya Windi. Membuat Wiyah hanya diam tidak menjawab.

Windi menghembuskan nafasnya kasar karena tidak ada jawaban dari Wiyah.

Karena tidak ada jawaban dari Wiyah. Membuat Windi berhenti bertanya. Sampai Windi mengingat satu masalah yang selalu di tanyakan oleh Wiyah dan pertanyaan itu selalu di ulang selama tiga tahun terakhir. Tapi pertanyaan dari Wiyah tidak pernah mendapatkan jawaban yang tentu.

" Apakah yang kamu pikirkan itu masalah dengan kedua orang tuamu Wiyah." Tanya Windi. Seketika membuat Wiyah mengangkat kepalanya dan menatap kearah Windi, Menatap kalau Wiyah membenarkan pernyataan dari Windi barusan.

Windi yang melihat Wiyah yang mengangkat kembali kepalanya, Seketika tau bahwa pertanyaan nya itu memang benar.

" Apakah karena perpisahan kedua orang tuamu." Antara sengaja atau tidak, Wiyah menganggukkan kepalanya, Menandakan membenarkan pernyataan dari Windi barusan.

Walaupun jawaban dari Windi hanya sebatas anggukan, Tapi Windi tau kalau Wiyah membenarkan pernyataannya tadi.

Apalagi Windi tau selama tiga tahun Wiyah tinggal di rumahnya. Wiyah akan selalu mempertanyakan kenapa kedua orang tuanya bisa berpisah tanpa alsan yang jelas.

Windi juga yakin, Bukan itu saja yang membuat Wiyah bertanya-tanya, Melainkan ada satu hal yang lain.

Yaitu kenapa kedua orang tuanya tidak ikut membawanya pergi seperti kelima saudaranya.

Yang masing masing dari mereka ikut di salah satu dari kedua orangtuanya. Apalagi perpisahan kedua orang tuanya sudah begitu sangat lama, Yaitu tiga tahun yang lalu.

Yang membuat Wiyah semakin bingung, ketika salah satu dari mereka tidak memiliki kabar atau menanyakan kabar dari Wiyah.

Seketika itu hening.

Hingga akhirnya Windi menarik pelan tangan Wiyah. Melangkahkan kakinya menuju kasur. Mengajak Wiyah untuk duduk di sisi kasur.

Setelah itu Windi ikut menyusul untuk duduk disisi kasur berdekatan dengan Wiyah. Tangan Windi bergerak mengambil tangan Wiyah untuk mengusap nya lembut. Mencoba untuk menyalurkan kasih sayangnya kepada Wiyah, agar gadis itu merasa sedikit tentang.

" Wiyah, Lihat Kakak, Jangan menundukkan kepalamu." Suruh Windi sambil mengusap lembut tangan Wiyah. Wiyah yang mendengar ucapan dari Windi mengangkat kepalanya dan menatap Windi." Ceritakan apa yang kamu pikirkan tentang kedua orang tuamu, Apakah itu masalah tentang perpisahan kedua orang tuamu dan juga kenapa kedua orang tuamu tidak menanyakan kabarmu. " Tanya Windi yang membuat Wiyah terdiam tidak menjawab.

" Wiyah, Kakak tau pasti kamu tidak mau menceritakan apa masalahmu, kepada Kakak.

Tapi ingat dek, ibu dan ayahmu sudah menitipkan kamu kepada Kakak dan juga Kaka Idar untuk menjagamu dan menuntun kamu menjadi wanita yang lebih baik. Orang tuamu telah memberikan semua tanggung jawab kepada kami agar selalu menjagamu. Melindungi kamu dan selalu membuat kamu tersenyum. Menganggap masalahmu adalah masalah kami juga, Jadi kami berhak untuk menanyakan.

" Tapi jika Wiyah mau bercerita maka bercerita lah, Tapi jika tidak mau maka kak Windi tidak akan memaksamu untuk bercerita." Ucap Windi. membuat batin Wiyah yang terasa sakit kini menghembuskan nafasnya sedikit berat saat iya keluarkan. Wiyah memalingkan pandangannya lurus kedepan.

" Iya. yang Kakak katakan itu benar, Aki sedang memikirkan kedua orang tuaku. Tapi Wiyah ragu untuk bertanya." Jawab Wiyah dengan pandangannya masih lurus ke depan.

" Ragu kenapa Wiyah."

"Ragu dengan jawaban yang sama, Tapi arti yang berbeda."Jawab Wiyah.

" Maksudnya, Kakak Nggak ngerti."Ucap Windi dengan kening mengeriput bingung.

" Kaka Taukan maksudku," Tanya Wiyah kembali menatap kearah Windi.

" Kaka Wiyah capek dengan jawaban yang sama, Tapi artinya berbeda, Setiap Wiyah bertanya sama Kak Idar atau juga Kakak tentang masalah orang tuaku, kenapa mereka sampai bisa berpisah. Tapi jawaban kalian tetap sama.

Terus Wiyah tanya lagi kenapa Wiyah, Ngga di ajak pergi dan mengikuti salah satu dari kedua orang tua Wiyah, pasti jawaban yang sama yang aku dapat.

Aku sudah tiga tahun menanyakan hal yang sama Kakak. Tapi jawaban tetap sama seperti tidak ada jawaban yang lain.

Tiga tahun aku nungguin kedua orang tuaku untuk menjemputku. Walaupun tidak keduanya karena Wiyah tau kalau mereka sudah berpisah.

Tapi bisakan salah satu dari mereka. Tapi sama sekali tidak ada yang datang untuk menjemputku sampai sekarang. Orang tuaku tidak pernah sama sekali memberi kabar untukku. Jangankan kabar menanyakan apakah aku masih hidup atau sudah mati, itupun tidak pernah di pertanyakan sama sekali.

Aku bingung Kakak apakah aku dianggap ada atau tidak. Karena selama tiga tahun ini, mereka tidak pernah datang untuk mengunjungiku.

Yang membuat aku terus menunggu, Tapi kedua orang tuaku tidak ada yang datang dan mencari keberadaanku.

Itu artinya jawaban Kakak sama Kak Idar berbeda dengan yang terjadi." Jelas Wiyah panjang lebar sambil menceritakan keluh kesahnya selama tiga tahun terakhir. Karena menceritakan hal menyakitkan dalam hidupnya, membuat mata Wiyah kembali berkaca-kaca dengan buliran air mata.

Windi yang mendengar cerita dari Wiyah membuat Windi terdiam. Windi mengerti apa yang dimaksud oleh Wiyah, Apalagi selama tiga tahun ini dia dan juga Suaminya selalu memberikan jawaban yang sama tapi arti yang berbeda yang di rasakan oleh Wiyah.

Windi bingung apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya atau harus kembali berbohong. Sedangkan Wiyah bukan anak kecil lagi yang bisa di bohongi. lama ke lamaan Wiyah juga pasti akan tau sebenarnya.

Sebelum itu terjadi Windi dan Haidar harus mengatakan yang sebenarnya tapi bukan Sekang. tapi nanti, diwaktu yang tepat untuk mengatakan nya.

" Kakak, Apakah Kakak dengar apa yang aku ceritakan tadi. Apakah Kakak tau apa artinya." Tanya Wiyah dengan mata yang sudah meneteskan air mata.

" Iya, Kaka ngerti apa yang kamu maksud." Jawab Windi sambil mengusap air mata Wiyah

yang mulai keluar.

" Sekarang Kakak jelaskan ke aku

kenapa kedua orang tuaku bisa berpisah.

dan alasan apa yang membuat mereka melupakan Wiyah."Tanya Wiyah dengan suara serak nya karena habis menangis.

Windi yang mendengar pertanyaan Wiyah seketika terdiam apakah di harus mengatakan yang sekarang.

"Kakak kenapa Kakak diam, apakah Kakak Nggak mau menjawab pertanyaan dariku." Tanya Wiyah kembali sambil menatap Windi dengan tatapan sendunya.

Windi mengusap air mata Wiyah kembali.

" Iya. Kakak akan Jawab pertanyaanmu. Tapi kamu harus berjanji kalau kamu tidak akan kecewa dengan jawaban Kakak. Tapi sebelum itu kami harus berhenti dulu nangisnya. Karena Kakak Nggak suka kalau kamu menangis." Ucap Windi sambil mengusap lembut pipi Wiyah yang sudah basah karena air mata.

Wiyah mengangguk mengerti, Ikut Menghapus sisa-sisa air matanya walaupun sudah tidak basah lagi karena Windi sudah Menghapusnya.

" Orang tuamu berpisah kar_"

Seketika seseorang pria masuk kedalam kamar Wiyah tanpa mengetuk pintu terlebih dulu dan langsung memotong ucapan dari Windi."Karena sesuatu" Sambung Pria itu yang berdiri di pintu kamar Wiyah.

bersambung

Maaf teman teman tulisannya masih kurang rapi soalnya ini Karya pertama ku

Kalau ada yang salah tolong bantu author untuk memperbaikinya. dengan cara komen

Jangan lupa laik ya.

Eps 2

Wiyah mengangguk mengerti, Ikut Menghapus sisa-sisa air matanya walaupun sudah tidak basah lagi karena Windi sudah Menghapus nya tadi.

"Orang tuamu berpisah kar_"

Seketika seseorang pria masuk kedalam kamar Wiyah tanpa mengetuk pintu terlebih dulu dan langsung memotong ucapan dari Windi." Karena sesuatu." Sambung Pria itu yang berdiri di pintu kamar Wiyah.

Wiyah, Windi melihat kearah pintu yang di buka secara kasar oleh pria yang masuk tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu. Malahan membuka pintu itu dengan cara begitu sangat kasar.

Wiyah begitu terkejut dengan kedatangan Pria itu yang terbilang mendadak. Wiyah menatap kearah pria itu dengan tatapan kesel. Sedangkan Pria yang sedang berdiri diambang pintu kamar tanpa rasa bersalah pun melangkah masuk kedalam kamar Wiyah.

Sedangkan Windi membuang nafas lega setelah kedatangan pria itu. Pria yang tidak lain Haidar yang datang di waktu yang tepat dan dengan Cepat juga memotong perkataannya yang tidak ingin Windi ucapkan.

" Kak Idar." Tegur Wiyah dengan muka kesalnya. karena Haidar masuk dengan dadakan yang membuat Wiyah terkejut. Apalagi pintu yang terbuka dengan begitu sangat kerasnya membuat mengenai Dinding.

Sedangkan Haidar yang mendengar teguran dari adiknya Wiyah, hanya bisa tersenyum memperhatikan dataran giginya yang rapi. Haidar melangkah mendekati Istrinya dan juga Wiyah.

Wiyah yang melihat Haidar akan melangkah ke arah mereka, Mulai sadar kalau dirinya tidak mengenakkan hijab sama sekali. Karena panik Wiyah memasukan seluruh badannya termasuk kepalanya kedalam selimut yang membuat Haidar dan Windi kebingungan.

" Kenapa dek, kepalanya di tutupi selimut." Tanya Rahma yang Belum mengerti melihat badan Wiyah yang tertutup selimut hampir semuanya.

" Kak Idar, Kenapa masuk Nggak ketuk pintu dulu, Ngga Ngucapin salam juga. Masuk langsung motong ucapan orang. nggak sopan tau, Apalagi di kamar orang " Tegur Wiyah dengan kesal.

" Lain kali Jika kak Idar mau masuk ke kamar orang ngucapin salam dulu, Jangan seperti tadi yang langsung nyelonong masuk kedalam tanpa ngucapin salam atau ketuk pintu terlebih dahulu. Tuh Karena kak Idar masuk ngga salam duku, Wiyah sampai lupa pakai hijab" Ucap Wiyah kesal dalam selimut.

Haidar dan Windi mulai mengerti apa yang di maksud oleh Adiknya itu. Mereka hanya saling pandang dan tersenyum.

" Hehehe, Maaf dek Wiyah, Tadi Kaka lupa untuk ketuk pintu terlebih dahulu, soalnya pintunya nggak di kunci. Makanya Kakak masuk saja." Jawab Haidar sambil terkekeh." Kalian sih asik betul ceritanya makanya Kakak potong." Ucap Haidar kembali yang masih terkekeh sambil melihat kearah Windi yang sedang menatapnya dengan tersenyum kecil.

"Kak Windi, Kasih tau Kaka Idar Untuk keluar Sebentar dari kamarku. Soalnya aku mau pakai hijab dulu. Terus itu kasih tau Kak Idar masuk kembali sambil ngucapin salam jangan lupa pintunya di ketuk." Ucap Wiyah yang masih di dalam selimut. Haidar melihat kearah Windi, Sedangkan Windi hanya tersenyum geli menatap kearah Haidar.

" Mas Idar, Sudah dengar ucapan Wiyah. Sekarang mas keluar dulu. Terus ngulang lagi masuknya dengan ngucapin salam dan jangan lupa ketuk pintunya." Ucap Windi dengan lembut sambil melempar senyum kearah suaminya itu. Haidar yang mendengar ucapan dari adiknya hanya bisa pasrah. Ya kalau istri tercinta yang berbicara maka Haidar akan menurutinya.

Haidar membuang nafas kesal, yang tadi hanya ingin memotong ucapan Windi agar tidak mengungkapkan kenapa kedua orang tuanya Wiyah berpisah. Tapi Kini Haidar, harus terjebak dalam kekesalan adik sepupunya itu.

Haidar menuruti kemauan dari istri dan juga adiknya untuk keluar. Haidar melangkah keluar meninggalkan keduanya, tidak lupa ia menutup pintunya seperti semula.

Sedangkan di dalam kamar.

Saat Haidar sudah keluar Wiyah mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut. Wiyah menatap kearah Windi. Windi yang mengerti tatapan Wiyah melangkahkan kakinya menuju kearah lemari mengambil jilbab instan milik Wiyah lalu kembali lagi ke kasur untuk Memberikan jilbab itu ke Wiyah. Wiyah yang di berikan jilbab langsung memakai nya dengan cepat.

Selesai Wiyah memakai hijabnya terdengar suara ketukan pintu.

Tok

Tok.

Tok.

" Assalamualaikum dek, Apa Kaka boleh masuk." Tanya Haidar dari luar pintu kamar.

Keduanya yang mendengar ketukan itu hanya bisa terkekeh geli. Ternyata suami nya itu nurut juga ya.

" Iya, Masuk aja mas."Jawab Windi.

Haidar yang mendengar jawaban dari dalam kamar, Membuka pintu kamar dengan hati-hati agar tidak membuat suara seperti tadi.

Melangkah masuk kedalam, lalu duduk di sebelah ranjang bersebelahan dengan Windi.

Wiyah melihat ke arah Haidar terlihat

mukanya begitu kesal.

" Kalau nggak sayang sama ini bocah, udah lama aku buang ke laut." Batin Haidar kesal Sambil menatap kearah Wiyah

" Jangan di buang ke laut mas, sayang masih mudah."batin Windi seperti tau apa yang di ucapkan Haidar dalam hati.

Wiyah yang melihat kearah Haidar

merasa takut dengan tatapan Kakak sepupunya itu yang sedang kesel karena di usir keluar.

Seketika itu hening sampai Wiyah memecahkan keheningan.

"Kaka, Maaf Adek mau dengar tentang penjelasan ucapan yang tadi Kakak potong kenapa ayah dan ibu pisah, kerena sesuatu apa Kaka Idar." Tanya Wiyah sambil menatap Haidar

Haidar membuang nafasnya. Haidar kira adiknya itu akan lupa dengan pertanyaannya. Tapi dugaannya salah." Aku kira tadi dia sudah lupa sama pertanyaan nya setelah dia mengerjaiku ternyata dia masih ingat." Batin Haidar sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

" Kakak Idar, Karena apa." Tanya Wiyah kembali membuat Windi Menatap kearah Haidar.

Haidar menatap Windi tapi Windi hanya terdiam

mengangkat bahunya karena Windi juga bingung mau bicara seperti apa."Aku tau mas, kamu pasti bingung ingin mengatakan apa dan dari mana kamu akan mengatakannya, tapi jika kamu ingin jujur maka katakanlah, tapi jika kamu berbohong kembali aku tidak tau jika Wiyah akan mengetahuinya sendiri dari orang lain." Batin Windi menatap Haidar.

" Apakah aku harus mengatakan sebenarnya. Tapi itu tidak mungkin aku mengatakannya. Aku takut Wiyah akan sakit hati dan kecewa setelah mendengar Jawaban Ku, soal penjelasan kenapa kedua orang tuanya berpisah. Tapi jika aku tidak mengatakan yang sebenarnya dia akan menanyakan terus kenapa kedua orang tuanya berpisah." Batin Haidar yang merasa ragu jika dia memberitahukan rahasia itu ke Wiyah." Apa aku harus berbohong dan sedikit jujur apa itu lebih baik." Gumam Haidar sambil menatap kearah Wiyah.

" Bismillahirrahmanirrahim." Ucap Haidar saat ingin mengatakan sesuatu, karena sekarang Haidar seperti bingung menyusun kata yang benar.

Haidar menarik nafas dalam-dalam setelah menghembuskan nya kembali. dilihatnya Windi hanya terdiam. Haidar kembali menatap kearah Wiyah yang sedang menuntut penjelasan sambil terus melihat kearahnya.

" Kak Idar. Kenapa malah diam, Kenapa Nggak di jawab." Tanya Wiyah karena dari tadi

Haidar hanya diam sambilmelamun tidak menjawab pertanyaannya. Haidar yang mendengar pertanyaan dari Wiyah kini kembali tersadar karena mendengar pertanyaan dari Wiyah.

" Wiyah, Kakak akan mengatakannya tapi janji dulu sama Kaka." Ucap Haidar sengaja menghentikan ucapannya sambil menatap kearah Wiyah.

"Janji apa Kakak " Tanya Wiyah penasaran.

" Setelah Kakak mengatakan yang sebenarnya, kamu harus janji sama Kakak, kalau kamu tidak akan menanyakan masalah ini lagi dan berhenti menangis secara diam-diam." Ucap Haidar yang tahu kalau adiknya itu sering menangis secara diam-diam membuat Wiyah tidak pernah membagi lukanya keorang lain.

" Tergantung." Jawab Wiyah.

" Tapi kenapa malah tergantung." Tanya Haidar bingung.

" Ya kalau jawaban sesuai dengan yang di tanyakan maka Wiyah tidak akan bertanya lagi." Jawab Wiyah." Kakak cepat cerita." Ucap Wiyah menuntut Haidar agar cepat menceritakan apa yang Wiyah inginkan tadi.

" Oke. Oke." Jawab Haidar." Tapi janji dulu." Membuat Wiyah hanya mengangguk.

Haidar mulai memikirkan dari mana iya akan bercerita." Yang pernah Kaka dengar sih. Orang tuamu berpisah karena mereka tidak ada kecocokan sama sekali di saat mereka menikah. Apalagi mereka menikah karena perjodohan yang tidak di terima oleh ke dua belak pihak ya itu orang tuamu sendiri.

Mereka menikah tapi sering ribut

dan sering cekcok yang membuat kedua orang tua mereka ( nenek dan kakek Wiyah ), harus datang turun tangan dan mengatasi masalah kedua orang tuamu. agar keduanya tidak ribut terus. Setelah mengatasi beberapa hal, kedua Orang tua mereka ( nenek dan kakek Wiyah ). berhasil membuat keduanya tidak ribut kembali. Yang membuat keduanya baikan dan tidak pernah ribut lagi seperti awal mereka menikah.

Rumah tangga kedua orang tuamu baik baik saja selama Dua tahun ya saat itu usia Abang mu masih satu tahun setengah. Sampai satu masalah yang membuat mereka berpisah selama dua tahun saat itu Abang Kamu berusia tiga tahun setengah.

Saat ayahmu akan menjatuhkan talak ke ibumu, Ayahmu mengetahui satu fakta, kalau ibumu sedang mengandung dan Yang di kandung itu adalah kamu. Di saat itu ayah mu tidak jadi menceraikan ibumu setelah mengetahui fakta kalau ibumu sedang mengandung kamu. Karena ayahmu tau kalau ibumu sedang mengandung anaknya dan Membuat mereka rujuk kembali.

" Setelah mereka rujuk kembali keluarga mereka tidak pernah terdengar keributan ataupun pertentangan. Malahan mereka menjadi keluarga yang bahagia setelah kelahiranmu. Apalagi setelah ibumu kembali mengandung adik yang ternyata adalah kembar dan dari situ tidak ada lagi masala yang datang. Keluargamu menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia. hingga kempat adikmu lahir yang membuat keluarga itu semakin menjadi keluarga bahagia menurut di mata orang orang. Hinga permasalahan ekonomi yang membuat mereka bercerai Yaitu tiga tahun yang lalu. Setelah itu Kakak ngga tahu lagi masala apa yang membuat mereka bercerai. Tapi yang Kakak ingat masalah itu yang membuat mereka bercerai. Tidak ada hal yang lain "Jelas Haidar.

Wiyah mengangguk anggukan kepalanya tanda kalau Wiyah mengerti tentang penjelasan Haidar." Terus kenapa aku tidak di ajak oleh ayah ataupun ibu. seperti keLima saudaraku yang ikut di salah satu dari kedua orang tuaku. Seperti Abang yang ikut ayah sedangkan ke empat adik Wiyah ikut ibu.

Tapi kenapa aku Ngga di ajak tinggal di salah satunya. apakah aku hanya beban untuk kedua orang tuaku. Apakah aki bukan anak mereka." Tanya Wiyah dengan mata yang sudah meneteskan air mata nya kembali.

Deg.

Seketika jantung Haidar berhenti berdebar, pertanyaan yang tidak ingin di dengar kini telah di tanyakan. Seketika Haidar bingung ingin menjawab apa. Haidar melirik kearah Windi yang memegang tangan Wiyah sambil menghapus air mata Wiyah, Windi yang di tatap juga bingung harus bagaimana.

" Terlalu banyak rahasia di kehidupan Wiyah." Batin Windi mengusap lembut pipi Wiyah dari sisa-sisa air mata.

Haidar menatap kearah Wiyah karena Haidar Ingin kembali menjawab pertanyaan dari Wiyah barusan." Itu karena orang tuamu tidak mau melihat dek Wiyah bersedih karena perpisahan mereka, makanya Ayah atau ibumu menitipkan Dek Wiyah ke Kakak. Mereka tidak mau kalau kamu sampai putus sekolah hanya karena perpisahan kedua orang tuamu yang membuat kamu akan pindah sekolah.

Kakak dengar kamu anak yang pintar di sekolah dan berprestasi. Maka dari situ orang tuamu tidak mau memindahkan kamu ke sekolah lain, " Jawab Haidar. Wiyah membenarkan apa yang Haidar katakan itu memang benar.

" Kamu harus Ingat kalau kamu bukan beban bagi kedua orangmu dan Kamu tetap anak dari kedua orang tuamu. anak yang bisa menyatukan kedua orang tuanya saat akan bercerai di masalalunya. Karena kehadiranmu, membuat kedua orang tuamu tidak jadi bercerai sampai tiga tahun yang lalu mereka memutuskan untuk benar benar bercerai.

Walaupun mereka tidak pernah menanyakan kabar mu. Tapi kamu tetap anak mereka anak kesayangan kedua orang tuamu. Ingat mereka tidak ada bukan mereka tidak menyayangi mu hanya saja jarak dan waktu yang membuat mereka Lupa Untuk menanyakan kabar dek Wiyah, Mereka juga sangat merindukan mu sama seperti kamu merindukan mereka. Mungkin karena berbeda di kota lain yang membuat mereka tidak bisa melihat kamu disini. ingat jarak mereka sangat jauh yang bisa saja tidak bisa mereka jangkau karena biayanya." Jawab Haidar kembali Membuat Wiyah terdiam membetulkan setiap ucapan dari kakaknya Haidar.

" Kamu sebuah keberuntungan untuk mereka, Bukan beban untuk mereka. Ingat jangan pernah berpikiran kaya tadi." Tegur Haidar lembut sambil mengusap lembut kepala Wiyah yang terbungkus oleh jilbab Membuat Wiyah menatap kearah Haidar.

" Apakah Wiyah mengerti." Tanya Haidar membuat Wiyah hanya mengangguk kecil

" Iya, Wiyah mengerti, ta_ " perkataan Wiyah harus terpotong lagi karena Haidar.

" Sudah besok lagi pertanyaannya yang belum terjawab, Kakak sudah ngantuk, mau tidur." sambung Haidar dengan suara lembut tapi sedikit penekanan.

Wiyah hanya mengangguk mengerti walaupun masih banyak ingin yang ditanyakan tapi dia juga harus menghargai keputusan Kakaknya itu untuk tidak bertanya lagi. Apalagi ini sudah malam, sudah waktunya untuk mereka beristirahat, bukan nya berbincang di tengah malam seperti ini.

Sedangkan Windi yang dari tadi hanya bisa menyaksikan perbincangan Wiyah dan Haidar karena ia hanya diam sambil menyaksikan.

Setelah Windi melihat perbincangan itu hampir selesai. Windi berdiri dari duduknya melangkah menuju gorden yang dari terbuka untuk menutup kembali gorden yang dari tadi terbuka. Setelah itu kembali melangkah kearah kasur Wiyah untuk duduk d sampaing kasur. Windi mengangkat tangannya mengusap lembut kepala Wiyah.

" Sekarang Wiyah tidur dulu. Besok baru kita lanjutkan perbincangannya." Ucap Windi lembut

" Iya kak Windi." Jawab Wiyah.

" Selamat malam Wiyah" Ucap Windi yang berdiri dari duduknya.

" Good night Wiyah " Ucap Haidar menggunakan bahasa Inggris, Yang sudah berdiri di samping kasur.

Wiyah Dan Windi yang mendengar ucapan Haidar hanya tersenyum geli.

" hahaha, Belajar dari mana Kakak Idar pakai bahasa Inggris. dulu katanya Kaka Nggak bisa bahasa Inggris sekarang bisa. hebat hebat." batin Wiyah memuji Haidar sambil menatap Kakaknya itu.

Sedangkan Haidar yang dilihatin Wiyah hanya memalingkan wajahnya kesembarang arah.

" Emangnya dia kira aku nggak bisa apa pakai bahasa Inggris. Makanya ini bocah malah malah menatap orang pakai acara senyum-senyum." batin Haidar

" Katanya tadi mau tidur. tapi masih diam disini. apa Nggak jadi tidurnya" Tanya Wiyah yang masih menatap Haidar.

" Iya iya mau keluar nih." Jawab Haidar yang mendekati Windi lalu merangkul pinggang istrinya itu. Windi yang di rangkul hanya diam menatap Haidar dengan malu.

Sedangkan Wiyah hanya menatap takjub keromantisan kedua suami Istri yang ada di hadapannya.

Setelah memastikan Wiyah untuk tidur.

Windi dan Haidar melangkah keluar dari kamar Wiyah Tapi sebelum keduanya keluar Windi mematikan terlebih dahulu lampu kamar Wiyah. lalu kembali melanjutkan langkahnya menutup pintu kamar wiyah.

Sedangkan Wiyah menatap kearah Windi dan Haidar yang sudah keluar dari kamarnya. Memalingkan pandangannya menatap ke arah langit langit." Semoga apa yang di ucapakan oleh kak Idar memang betul. Tidak ada kebohongan sama sekali seperti yang kupikirkan" Batin Wiyah.

Sebelum dia benar benar tidur, Wiyah membaca doa terlebih dahulu dan menutup matanya agar dia cepat untuk tertidur.

Di luar kamar.

Haidar masih merangkul Windi berjalan menuju kamarnya

" Mas." Panggil Windi Haidar melihat ke arah istrinya.

" Hmm." Jawab Haidar dengan Gumaman.

" Mas, maafin Windi."Ucap Windi yang menghentikan langkanya sambil menatap Haidar

" Maafin untuk apa sayang." Tanya Haidar bingung. Haidar melepaskan tangannya dari pinggang Windi.

" Soal yang tadi. Gara gara Windi mas harus memberitahu soalnya rahasia perpisahan kedua orang tua Wiyah walaupun hanya sedikit, Tapi mas, Windi ngerasa bersalah ke mas. Maafin Windi ya mas." Ucap Windi menundukkan kepalanya karena merasa bersalah. Haidar tersenyum lalu menarik dagu Windi dengan lembut, Haidar menatap wajah Istrinya itu.

" Tidak apa apa sayang, itu bukan salah sayang, Tapi salah mas, Yang selalu berbohong tentang perpisahan kedua orang tua Wiyah. seharusnya mas mengatakan itu dari awal tentang perpisahan kedua orang tua Wiyah walaupun hanya sedikit, Tapi Wiyah akan mengerti dan Wiyah tidak akan menanyakannya terus kepada kita selama tiga tahun." Ucap Haidar mengelus sambil pipi Windi dengan lembut.

" Makasih mas." Ucap Windi tulus sambil memeluk Haidar. Haidar yang di peluk dengan senang hati membalas pelukan dari Windi.

"Mas." Panggil Windi.

"Hmm" Jawab Haidar dengan Gumaman.

" Mas, Apakah nanti mas akan memberitahukan semua tentang rahasia mas dengan orang tua Wiyah." Tanya Windi membuat Haidar melepaskan pelukannya dan menatap Windi.

" Belum sayang, Mas akan menyimpan rahasia yang sebenarnya sampai mas dan paman siap untuk menceraikan nya. Jika mas udah siap mas akan memberitahukan semu rahasia yang sebenarnya." Ucap Haidar.

" Mas, Sampai kapan mas akan menyimpan semua rahasia itu. Walaupun mas sudah menyimpan rapat rapat tentang rahasia itu, pasti suatu nanti Wiyah akan mengetahuinya juga mas."Batin Windi.

" Sayang, apakah kita tidak akan tidur." Tanya Haidar yang merasa pegal dengan kaki nya, Karena dari tadi berdiri. Windi tersenyum mendengar pertanyaan dari Haidar.

" Ayo, Jika mas memang ngantuk." Ajak Windi sambil menarik tangan Haidar melangkah masuk ke dalam kamar mereka.

bersambung

Eps 3

perkenalan karakter

Wisyah Hanifah putri

Wisyah Hanifah putri, biasa di panggil Wiyah, berumur 18 tahun, gadis cantik Yang sangat suka mengenakan Pakaian Syar'i. Berperawakan tinggi. kulit putih dan wajahnya yang cantik membuat setiap kaum Adam akan tertarik padanya. Memiliki sifat yang baik, Jahil, manja, tegas dan lemah lembut.

Muhammad Yusuf Al Fazar

Muhammad Yusuf Al Fazar biasa di panggil Fazar. Pria yang berumur 28 tahun. Pria yang memiliki wajah yang dingin dan tampan. Berperawakan tinggi badan bagaikan atlit. Berkulit putih, Hidung mancung, Alis tebal, dan bibir tipis, yang membuat ketampanannya dan sifat yang dinginnya banyak di kagumi oleh kaum hawa. Karena masalalunya Fazar berubah menjadi pria yang dingin dan tegas, jarang tersenyum.

Muhammad Fadil Al Fazar

Muhammad Fadil Al Fazar biasa di panggil Fadil, Pria yang berumur 25 tahun, Pria yang suka menebar senyum. berwajah tampan tak kalah dari Abangnya Fazar. Fadil adik dari Fazar. Memiliki sifat yang tegas, Baik dan suka menyembunyikan lukanya sendiri.

Haidar Malik

Haidar Malik biasa di panggil Haidar atau Idar

Pria yang berumur 34 empat tahun.

Sepupu dari Wiyah.

Windi Fitriyani.

Windi Fitriyani bisa di panggil Windi

wanita berumur 30 tahun

istri dari Haidar.

Muhammad Fazri Al Fazar.

Muhammad Fazri Al Fazar biasa di panggil Fazri. Remaja laki-laki yang berumur 15 tahun

adik dari Fazar dan Fadil.

Sintia Hartini.

Sintia Hartini adalah ibu Fazar yang

berumur 51 tahun.

Rafa Malik dan Rafi Malik

Rafa Malik dan Rafi Malik anak dari Haidar dan Windi yang berumur 8 tahun.

Fanesya Rahma.

Fanesya Rahma anak ketiga dari Haidar dan Windi yang berumur 4 tahun.

........................

Suara merdu lantunan ayat suci Al-Quran

terdengar indah memecahkan kesunyian subuh. Ayat ayat yang di bacakan seperti penenang bagi seorang wanita yang sedang duduk di atas sajadah. baginya dengan membaca Alquran adalah obat untuk hatinya, dan penenang pikirannya. Gadis itu sudah terbiasa bangun lebih awal untuk melaksanakan solat tahajud dan membaca Alquran setelah selesai solat malam untuk menunggu solat subuh tiba.

Gadis itu adalah Wiyah. Wiyah yang sering menunggu solat subuh dengan sedang duduk di atas sajadah sambil membaca Alquran. menanti datangnya azan subuh. Ayat-ayat yang di bacakan oleh Wiyah begitu merdu siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan kedamaian saat mendengar lantunan ayat-ayat Alquran itu di bacakan.

Tidak lama Azan subuh berkumandang menandakan waktu solat subuh telah sampai. Wiyah yang mendengar itu menyimpan Alqurannya. Setelah itu melaksanakan solat Subuh." Ya Allah kini aku sudah tau apa alasan kedua orang tuaku berpisah. Selama hampir tiga tahun aku mempertanyakan kenapa mereka berpisah. Tapi Setelah pertanyaan ku telah di jawab kenapa, Di dalam hati kecilku merasakan keraguan dengan alasan yang yang aku dengar, Alasan kak Idar memang masuk akal, Tapi kenapa aku tidak percaya. Ya Allah bukan aku meragukan jawaban dari Kaka idar. Tapi aku merasa masih ada rahasia di balik perceraian kedua orang tuaku yang belum aku tau. Ya Allah jika rahasia itu memang ada. aku akan siap untuk mendengarnya jika itu atas kehendak mu ya Allah untuk aku mengetahuinya." Curhat Wiyah dalam doanya. Karena hanya itu yang bisa dia lakukan.

Wiyah yang sudah selesai dengan solatnya melipat mukena dan sajadahnya. Berdiri dari duduknya melangkah mendekati lemari untuk menyimpan mukena dan sajadah.

Saat Wiyah ingin pergi Melangkah mendekati kasurnya. Pandangannya beralih melihat ke sebuah foto keluarga yang cukup besar terpajang rapi di kamarnya. Wiyah mendekati foto itu, Mengusapnya lembut foto yang ada di hadapannya itu. Sedikit senyum terlintas di bibir mungilnya saat Wiyah mengingat kapan foto itu di ambil, yaitu sebulan sebelum perceraian kedua orang tuanya.

Wiyah mengingat sebelum pengambilan foto itu. Dia yang paling bersemangat untuk saat berfoto. Sampai sampai beberapa kali dia mengganti bajunya dan mengatur penampilannya agar sesuai dengan penampilan keluarganya. Terpampang jelas bahwa Wiyah yang paling bahagia di foto itu, senyumnya yang manis memperlihatkan dataran gigi putihnya. Tapi foto itu hanya sebuah kenangan untuk Wiyah karena sebelum Foto itu di ambil kedua orangtuanya tuanya sudah berpisah.

Setelah perpisahan kedua orang tuanya. Wiyah tidak pernah lagi bertemu ibu, ayah, dan ke Lima saudaranya. Selama tiga tahun lamanya.

Hanya foto itu penenang rasa rindunya saat Wiyah merindukan keluarga nya.

Tampa Wiyah sadari setetes air mata jatuh ke pipi mulusnya. Wiyah yang menyadari itu segera menghapus air matanya.

Lalu Wiyah melangkah kearah kasur dan duduk di atas kasur, Punggungnya iya sandarkan di kepala ranjang. Wiyah kembali terikat ucapan dari Haidar malam yang menurutnya tidak sama seperti yang Haidar ucapkan karena menurut Wiyah masih ada yang di sembunyikan." Astaghfirullah, Kenapa Yaa Allah aku malah mencurigai Kaka Idar. tapi kenapa aku merasa Kaka idar belum mengatakan yang sebenarnya, aku merasa Kaka idar hanya ingin membuat aku berhenti bertanya dengan memberikan jawaban semalam. Tapi kenapa, apa aku harus bertanya lagi ke kakak Idar. Tapi itu tidak mungkin. nanti pas aku bertanya, pasti Kakak Idar malah kasih jawaban yang sama. Batin Wiyah penuh dengan rasa curiga tapi berusaha untuk ia pendam.

Ingatannya kembali mengingat hari itu. Hari di mana orang tuanya berpisah.

Malam di mana keributan kedua orang tuanya

dan di pagi hari nya orang tuanya berpisah

masih terlintas di kepalanya.

bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!