Wiyah memasuki kamar Adik yaitu Wiyah bisa gadis kecil itu masih tidur dengan nyenyak tanpa terusik sama sekali saat Wiyah masuk kedalam kamarnya. Wiyah melangkah mendekati tempat tidur Ara dan duduk disamping ranjang. Wiyah mengusap lembut rambut Ara sambil membangunkan gadis kecil itu agar gadis kecil itu mau bangun dari tidur nya.
" Ara ayo bangun ini sudah pagi." Ucap Wiyah lembut saat membangunkan adiknya itu.
Ara yang merasa terusik berusaha untuk membuka matanya yang masih terpejam, Tapi sayang matanya itu tidak bisa di buka sama sekali." Nanti aja Bu, Ala masih mau tidul." Jawab gadis kecil itu dengan Suara khas anak umur Lima tahun yang belum bisa menyebutkan huruf R dengan benar. Gadis kecil itu masih setia menutup matanya walaupun mulutnya berbicara.
Wiyah tersenyum menanggapi jawaban dari Ara
" Ara Ngga mau sekolah." Tanya Wiyah kembali yang membuat Ara membuka matanya saat mendengar pertanyaan dari Wiyah. Ara melihat kearah Wiyah.
" Ala mau, tapi Ala masih ngantuk, Ala masih mau tidul." Jawab Ara dengan suara manjanya.
" Kalau Ara mau sekolah Ara harus bangun dulu, kalau mau tidur kan Masih bisa nanti siang, sekarang Ara bangun. terus langsung mandi nanti telat, oke" Ucap Wiyah lembut mencoba untuk menjelaskan dengan cara yang lembut.
" Iya deh Ala bangun." Jawab Ara setelah mendengar ucapan dari Wiyah. Ara bangun dari tidurnya setelah itu melangkah masuk ke kamar mandi. Wiyah yang melihat masuk ke dalam kamar mandi hanya tersenyum, Wiyah tahu kalau Adiknya itu tidak terlalu sulit untuk membangunkan.
Sambil menunggu Ara selesai mandi, Wiyah mempersiapkan baju sekolah untuk Ara dan beberapa peralatan sekolah lainnya.
Tidak berselang lama gadis itu sudah selesai mandi. Gadis kecil itu melangkah keluar dari kamar menuju kearah Wiyah.
" Masyaallah adek udah pinter mandi sendiri ya" Puji Wiyah saat melihat adiknya itu sudah mandi.
" Kan Ala udah besal jadi halus bisa mandi sendili." Jawab Ara yang sudah berdiri di hadapan Wiyah yang sedang duduk sambil memegang baju sekolah nya.
" Jadi Ara udah besar ya, Pantas udah bisa sendiri." Ucap Wiyah yang di tanggapi dengan senyuman manis dari Ara. Wiyah mengambil baju sekolah Ara yang sudah dia siapkan, lalu dengan telaten iya memakaikannya ke Ara, tidak lupa Wiyah Juga memakaikan Ara bedak bayi di Wajah Ara, agar gadis kecil itu terlihat semakin mengemaskan.
" Masyaallah Cantik banget sih adiknya Kaka nih." Puji Wiyah sambil mencubit gemas pipi dari Ara yang terlihat mengembung.
" Sakit pipi Ala, jangan di cubit, kak Wiyah." Rengek Ara merasakan sakit pada pipi nya karena cubitan gemas dari Wiyah.
Wiyah yang mendengar rengekan dari Ara hanya bisa tersenyum sambil terkekeh kecil." Hehe, maaf dek soalnya Kaka gemas banget sama adek." Jawab Wiyah sambil terkekeh.
Setelah melihat Ara yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya, Wiyah melangkah keluar dari kamar Ara. Melangkah pergi ke kamar nya untuk bersiap siap ke sekolah.
Wiyah dengan telaten membersihkan tubuhnya, Lalu Menganti bajunya dengan seragam SMP yang tidak luput dari hijab nya yang panjang. Dirasa cukup Wiyah melangkah keluar dari kamarnya menuju kebawah. Tapi di saat Wiyah Akan turun kebawah, Wiyah melirik sebentar kearah kamar kedua orang tuanya yang masih gelap tampa ada cahaya sama sekali, Kamar itu masih sama seperti Awal Wiyah bangun tadi.
" Apakah ayah ibu belum bangun, tapi ini kan udah siang seharusnya mereka bangun dari Tadi. Apa mungkin ayah, ibu sudah berangkat ke toko ya atau udah ngumpul di bawah." Batin Wiyah yang memperhatikan ke arah pintu kamar kedua orang tua nya.
Wiyah kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, Menuruni setiap anak tangga. Sesampainya di lantai Bawah Wiyah melangkah pergi ke arah ruangan makan, Wiyah bisa melihat kalau adik adiknya sudah duduk di kursi dekat dengan meja makan yang. Wiyah memutar pandangannya mencari kedua orang tuanya, tapi tidak ada sama sekali kehadiran mereka di Sana.
Wiyah melihat ke arah adik Jaaz." Dek, Ayah sama ibu mana kenapa ngga ngumpul di sini, Apa ayah dan ibu sudah berangkat atau belum soalnya kakak Ngga lihat." Tanya Wiyah sambil duduk di kursinya melirik kearah Jaaz.
Jaaz yang sedang memakan rotinya melihat kearah Wiyah." Ngga tau juga Kaka, soalnya kita bertiga belum lihat ayah sama ibu turun, mungkin ayah sama bunda udah pergi ke toko dari pagi." Jawab Jaaz sambil mengambil susu lalu meminumnya sampai habis.
" Mana mungkin ayah sama ibu berangkat bagi bagi betul, biasanya ayah sama ibu itu Kalau mau jalan kita di bangunin dulu." Sambung Jami yang tidak setuju dengan perkataan dari Jaaz.
" Iya juga sih, Bisanya ibu yang membangunkan kita untuk solat subuh, Tapi tadi itu ibu ngga bangunkan kita untuk salat subuh jadinya Abang sholatnya aga telat sedikit. Terus itu kaka juga yang bangun kan kita untuk pergi ke
sekolah." Ucap Jaaz." Menurut ku seperti ada yang aneh sama ayah dan ibu ngga seperti biasanya. Bisanya itu ibu ngga pernah kalau ngga bangunin kita kalau masalah ibadah dan sekolah, sesibuk sibuk apapun ibu ataupun ayah pasti menyempatkan kalau mau bangunin kita dan selalu bisa kumpul kalau sudah pagi." Ucap Jaaz kembali sambil melirik kedua saudaranya.
" Betul juga apa yang kamu bilang bang, kalau menurut kaka." Tanya jami Sambil melihat kearah Wiyah.
Wiyah yang di lihat kedua adiknya merasa bingung,
" Sebenarnya Kakak tau dek kenapa ayah dan ibu berangkat nya pagi-pagi betul sampai ngga sempet bangunin kalian. untuk bisa berkumpul bersama kita, tapi Kakak bingung mau kasih tau kalian kaya apa. Tentang pertengkaran kedua orang tua kita dek. Pertengkaran kedua orang tua kita yang belum pernah terjadi di hadapan kita ataupun kita dengar." Batin Wiyah bingung membuatnya menatap kearah ketiga adiknya.
Jaaz dan Jemi yang menyadari kalau Wiyah sedang melamun segera memanggil nya.
" Kakak." Panggil Jami. Wiyah yang mendengar namanya di panggil oleh adiknya segera tersadar dari lamunannya." Hmmm." Jawab Wiyah melihat ke arah Jami." kenapa dek." Tanya Wiyah.
" Kakak kenapa melamun." Tanya Jami." Kaka tadi belum jawab pertanyaan kami." Jawab Jami kembali.
" Oo. Itu juga Kakak ngga tau dek, tapi menurut Kaka Ng aneh. Mungkin ayah dan ibu lagi ada kerjaan mendadak di toko makanya jalannya pagi pagi betul. Makanya mereka ngga mau ganggu kita tidur makanya jalan ngga bilang sama kita." Jawab Wiyah beralasan. Walaupun Wiyah merasa sama yang seperti dipikiran kedua adiknya. Tapi dengan mendengar keributan semalam Wiyah tau alasan kenapa kedua orang tua mereka ngga ngumpul dimeja makan.
" Mungkin yang Kakak ucapakan ada betul nya." Ucap Jaaz membenarkan, sedangkan jami hanya mengangguk setuju.
Sedangkan Ara yang dari tadi mendengar perbincangan tiga saudara akhirnya angkat bicara.
"Kakak, dua Abang Ade, apa kita ngga belangkat sekolah, Ala sudah mau telat." Tanya Ara dengan suara yang khasnya yaitu tidak bisa menyebutkan R dengan benar.
Jami, Jaaz, dan Wiyah menepuk jidat mereka pelan setelah mendengar pertanyaan dari Ara.
" Astaghfirullahaladzim. Kita sampai Lupa kalau kita akan terlambat jika kita terus berbincang bincang kaya gini." Pekik Jaaz dan Jami bersamaan dengan suara paniknya. Sedangkan Wiyah yang melihat adiknya panik tampak santai walaupun di hatinya dia lebih panik dari saudaranya tapi jika dia sampai ikutan panik bisa malu dia karena dirinya adalah seorang Kaka.
Jaaz melihat ke arah Wiyah." Kaka berangkat duluan saja takut nya Kakak telat, soalnya tempat Kaka sekolah lebih jauh dari kami. kalau kami dekat aja. Nanti kami juga pakai sepeda, Kalau masalah Ara biar kami yang antar, Soalnya Sekolah Ara dekat sama SD kami." Ucap Jaaz berdiri dari kursinya, di susul Jami dan Ara sedangkan Wiyah hanya mengangguk mengerti. Walaupun masih kecil Jaaz dan Jami sudah memiliki pikiran dewasa bukan itu saja mereka juga memiliki pikiran tangung jawab yang besar makanya pikiran Mereka sudah dewasa sebelum waktunya.
" Kakak, kami berangkat dulu. Assalamualaikum." Pamit ketiganya sambil mencium punggung tangan Wiyah, berlari pergi menuju kearah depan.
" Waalaikumsalam." Jawab Wiyah melihat ke arah ketiganya adiknya sudah hilang di Ambang Pitu. Wiyah mengambil tas sekolahnya bergegas keluar Tidak lupa mengunci pintunya.
Dua puluh menit kemudian Wiyah Telah sampai di gerbang sekolah yang bertuliskan SMP kalixxx.
Wiyah memasuki gerbang, memarkirkan sepedanya di parkiran sekolah." Alhamdulillah ngga telat." Gumam Wiyah bernafas lega saat menyadari kalau dia belum terlambat.
Wiyah bergegas masuk ke dalam kelasnya. Baru saja Wiyah menginjakkan kakinya di dalam kelas. bel pun berbunyi tanda kalau sudah masukkan. Wiyah pun bergegas masuk didalam kelas dan duduk di kursinya.
" Wah, hebat juga tuh bel, aku datang baru bunyi. Alhamdulillah ngga jadi telat." Batin Wiyah menjerit bahagia sambil senyuman kecil. Wiyah mengulurkan bukunya dari tas untuk di simpan m di atas meja.
" Yah, tumben telat." Tanya teman Wiyah yang duduk di samping Wiyah. Teman Wiyah yang bernama Fina.
" Ya, soalnya ada urusan." Jawab Wiyah.
" Urusan apa Wiyah." Tanya Fina penasaran.
" Ada." Jawab Wiyah singkat.
" Cerita dong." Ucap Fina sambil mendekati Wiyah.
" Nggak mau." Jawab Wiyah menolak sambil melihat ke arah Fina.
" Kenapa, aku kan teman kamu. cerita aku mau dengar." Ucap Fina memaksa
" ngga mau, Soalnya rahasia." Jawab Wiyah yang menolak permintaan dari Wiyah.
" Wiyah." Teriak Fina dengan muka cemberutnya.
Wiyah yang melihat Wajah cemberut dari Fina hanya tersenyum." Ngga usah cemberut Fin, nanti tuh wajah kelihatan jelek." Canda Wiyah sambil mencubit pipi Fina yang sedang cemberut.
Fina yang di cubit merasa sakit pada pipinya.
" Kamu jahat banget sih, bilangin aku jelek." Rengek Fina dengan bibir di majukan ke depan.
Seketika tawa Wiyah pun pecah.
" Hahaha, Jelek Fin, kamu kaya bebek." Tawa Wiyah yang melihat muka Fina yang sedang cemberut apalagi bibirnya yang di manyungkan kedepan.
" Huh, kamu jahat sama aku, Masa aku di bilangin bebek. Aku marah sama kamu. ngga usah temanan sama aku lagi." Ucap Fina yang mulai kesal sambil membelakangi Wiyah
" Ulululu, maaf ya. Jangan marah Fina sayang aku nggak ada permen " Ucap Wiyah yang terkekeh geli sambil memegang tangan Fina. Tapi Fina hanya diam tidak menanggapi
" Maaf." Bisik Wiyah.
" Iya." Jawab Fina singkat. Wiyah yang mendengar jawaban dari sahabatnya langsung memeluk Fina." Makasih Fina, Sahabat terbaikku." Ucap Wiyah.
" Iya sama-sama Wiyah sahabat terbaikku." Jawab Fina sambil membalas pelukan dari Wiyah.
Tidak lama guru pun masuk kedalam kelas yang membuat dua manusia yang tadi berdebat berhenti dan menghadap depan melihat ke guru yang sedang menerangkan pelajar.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Sis Fauzi
selalu ada sahabat yang memberikan semangat
2021-12-07
1
Nindira
5 like sudah hadir, semangat thor
Mari saling mendukung
😊🙏
2021-11-10
1
🌹Dina Yomaliana🌹
tapi perasaan ku ngak enak lo sama orang tua mu Wiyah😖😖 apa jangan2 mereka... ah ngak mungkin, masa sih mereka tega ninggalin kalian gitu aja🤧🤧🤧🤧
2021-11-08
1