Menikah Karena Ijbar

Menikah Karena Ijbar

Bab 1. Setiap yang bernyawa, akan mati

Blurb :

Seorang ayah tengah berjuang melawan penyakit kanker otak stadium akhir. Ada satu hal yang dia khawatirkan sebelum dia meninggal dunia yaitu putri satu-satunya yang masih berusia sepuluh tahun.

Karena sesuatu hal, menjelang ajalnya, dia menggunakan hak Ijbar¹ untuk menikahkan putri kandungnya dengan seorang laki-laki dewasa yang tak lain adalah seorang anak adopsi yang dia percaya bisa melindungi putrinya setelah dia meninggal.

Ini memang sebuah pernikahan paksa seorang anak yang masih di bawah umur demi menunaikan tanggung jawab terakhir seorang ayah untuk melindungi putrinya. Namun, tidak untuk menyalah gunakan keadaan seperti ini dengan tujuan yang merugikan anak-anak.

Semoga selalu bisa mengambil sisi baik dari setiap tulisan yang kita baca, sebagaimana saya mengambil banyak pelajaran dari apa pun yang saya baca. 🙏

...________❤️❤️❤️________...

Khayru tiba di rumah, tergesa-gesa. Berusaha mengatur napas, tapi bendera kuning yang terus melambai di gerbang rumah, semakin membuatnya sulit bernapas. Terlebih lagi, ada begitu banyak tamu yang datang dengan pakaian hitam, ditambah karangan bunga yang terus berdatangan memenuhi halaman rumah juga di sepanjang jalan sekitar itu. Tulisan-tulisan yang tertera, membuat pertahannya seperti akan runtuh. Namun, ia tetap berlari menuju pintu dan berdiri di sana. Berharap masih ada kesempatan untuk melihat wajah ayahnya di saat-saat terakhir.

Aldi yang pertama kali menyadari kedatangannya, segera menyambut dari dalam rumah. “Yang tabah, Ru. Semua pasti ada hikmahnya,” bisik Aldi sambil memeluk dan menepuk pundak sahabatnya, pelan.

 “Papaku?” gumamnya setengah sadar.

 “Dia baru selesai disemayamkan. Maaf tidak menunggu sampai kamu datang.”

 Khayru menjatuhkan tas yang dibawanya lalu bersimpuh di atas lantai. “Aku gak percaya Papa pergi begitu saja. Papa lelaki sejati yang tidak pernah ingkar janji,” gumamnya dengan mata berkaca.

Perlahan, Aldi menyadarkannya bahwa apa pun yang ada di dunia, akan kembali pada pemiliknya. Khayru hanya menyesal karena tak bisa datang lebih cepat. Harusnya dia pulang bersama, waktu itu.

 Tuan Zul dan istrinya dikuburkan berdampingan. Khayru hanya bisa duduk memandangi dua kuburan itu dengan hati yang menangis. Tak menyangka tiba di Jakarta hanya menumpahkan kerinduan di atas pusara.

Aldi kembali menepuk pundaknya. “Udah, Ru. Kita doakan saja mereka. Tugasmu saat ini adalah menjaga Maula. Hibur dia.” Aldi mengingatkan.

 Khayru menoleh dan bangun dari duduknya. “Di mana Maula? Kamu benar, Di. Aku hampir melupakannya.”

 “Dia sangat syok, Ru. Kasian Maula. Baru satu tahun ditinggal ibunya, tiba-tiba harus kehilangan ayahnya juga. Dia mengunci dirinya di dalam kamar.”

 Khayru kembali ke rumahnya, dia mendapati kamar Maula yang terkunci, lalu membukanya dengan kunci cadangan.

Maula duduk di sudut kamar mandi, memeluk lutut sambil menyembunyikan wajahnya dalam lipatan tangan. Pancaran air dari shower sudah membasahi tubuhnya yang menggigil. Dia tak peduli apa pun yang ada di sekitarnya. Yang dia tahu saat ini dia hidup sendiri. Satu persatu orang-orang terdekatnya sudah pergi seperti bayangan diterpa cahaya.

“Dek, kamu ngapain di sini? Keluar, yuk,” bujuknya sambil mematikan kran lalu jongkok di depan Maula. “Abang sudah kembali. Kemarilah, Abang mau gendong kamu.”

“Siapa kamu!? Pergi dari sini!”

“Ini Abang, dek. Abang sudah pulang. Abang gak akan ninggalin kamu lagi. Janji.”

“Aku gak punya Abang, gak punya mama, gak punya papa, aku gak punya siapa-siapa. Sekarang aku hidup sendiri.”

“Abang minta maaf, sungguh.”

“Aku gak butuh siapa-siapa sekarang. Aku mau sendiri.”

“Tapi jangan duduk di kamar mandi, nanti masuk angin. Abang gak mau kamu sakit.”

“Biar saja aku sakit, supaya cepet mati. Papa sama mama juga sakit lalu mati. Semuanya bilang, orang yang mati, sudah tenang di alam sana. Aku juga mau hidup tenang seperti mereka.”

“Istighfar, dek.” Khayru mengusap wajah Maula dan menyibak rambutnya. “Abang tahu kamu sedih, Abang juga merasakannya.”

“Enggak! Abang gak mungkin merasakannya. Semua ini gara-gara Abang. Mama sakit karena terlalu memikirkan Abang yang pergi dari rumah sampai dia meninggal. Papa juga drop sepulang dari Maroko karena bersikeras menemui Abang. Padahal aku sudah memohon supaya papa tidak pergi karena dia sedang sakit. Tak seorang pun mendengarkan permohonanku, termasuk Abang. Aku benci semuanya!”

“Abang mengerti, tolong maafkan Abang, dek.”

Maula mulai menjerit histeris menolak keberadaan Khayru yang baru kembali setelah satu tahun pergi dari rumah ini. Namun, Khayru tidak bisa membiarkan Maula lebih lama lagi dalam keadaan basah. Dia membawanya dengan paksa, meski Maula tidak berhenti meronta. Seperti yang biasa dia lakukan sebelumnya, Khayru mengganti pakaian Maula karena basah dia juga menidurkannya. Tanpa sengaja, dia pun tertidur di sana dalam keadaan memeluk Maula.

Khayru terbangun di tengah malam. Menatap wajah kecil penuh iba. Dulu, memang sudah terbiasa dia melakukan ini. Namun, sekarang statusnya berbeda. Dia bukan lagi seorang kakak dari gadis berusia sepuluh tahun di rumah ini. Dia harus menjalankan amanat dan juga wasiat terakhir dari ayahnya. Sepertinya akan sulit karena Maula kini bukan Maula yang dulu lagi.

Khayru bangun lalu pergi ke kamarnya. Perhatiannya hanya tertuju pada potret keluarga yang terpajang di atas meja di samping tempat tidurnya. Dia mengambil dan memeluk foto itu lalu matanya terpejam. Seketika bayangan orang tuanya tiba-tiba muncul dalam ingatan. Mereka berbisik dan mengucapkan sebuah pesan berulang-ulang. Namun, bias. Senyuman dan uluran tangan itu tak dapat ia raih. Perlahan terus menjauh darinya.

“Ma, Pa ... peluk aku seperti pertama kali aku datang ke rumah ini. Tidak pernah sekali pun kalian membiarkanku bersedih. Apa pun kalian lakukan untuk menghiburku. Lantas, siapa yang akan menghiburku setelah ini?” Khayru membaringkan tubuh sambil memeluk foto di dadanya hingga ia tertidur kembali.

Sisa malam memang hanya tinggal beberapa jam. Namun, rasa lelah membuat Khayru tidur terlalu lelap hingga ketukan pintu membangunkannya.

“Tuan muda ... Anda sudah bangun?” seru Bik Sulis dari luar sana.

Khayru mengerjapkan matanya lalu bangun sambil menatap jam tangan. “Astagfirullah, jam berapa ini? Aku kesiangan.” Dia segera berlari ke kamar mandi, membersihkan diri.

Meja makan yang begitu besar kali ini nampak kosong. Khayru menyentuh satu persatu kursi yang biasa diduduki orang tuanya saat makan. “Maula belum bangun, ya, Bik?” Suara yang tiba-tiba menjadi serak itu menyapa Bik Sulis yang tengah menata makanan di meja.

“Bibik gak bisa bangunin dia, Tuan. Dia bisa ngamuk kalau diganggu. Padahal Bibik khawatir banget, dia gak mau makan sudah beberapa hari.”

Khayru mengerutkan kening lalu berinisiatif membangunkannya. Ketukan pintu tak kunjung mendapat sahutan. Akhirnya, dia masuk, tetapi tiba-tiba sebuah pas bunga melayang hampir mengenai kepalanya.

“Jangan ganggu aku! Jangan muncul di depanku lagi!” teriak Maula saat Khayru masuk ke kamarnya.

“Abang cuma mau ngajak kamu sarapan pagi. Gak usah lempar-lempar pas bunga segala.”

“Aku gak mau makan. Aku gak lapar.”

“Kamu masih ingat, kan, Abang ini bisa melakukan apa kalau kamu bandel?”

“Itu dulu, sekarang aku gak peduli,” ucapnya sambil bangun lalu berlari ke kamar mandi dan mengunci pintu.

“Abang tunggu kamu di depan pintu kamar mandi. Cuci muka, abis itu keluarlah.”

Maula tak menghiraukan ucapan Khayru, dia hanya berdiam diri di sana sepanjang dia mau.

“Abang hitung sampai tiga, ya! Kalau gak keluar, Abang mau buka sendiri pintunya.”

Karena Maula memang tak ingin keluar, akhirnya Khayru membuka paksa pintu kamar mandi.

“Kenapa sih, kamu suka banget main air?” Khayru menggendong Maula dan membawanya ke meja makan. Mereka duduk bersebelahan seperti dulu saat mereka selalu makan bersama.

“Sudah kubilang, aku tidak mau makan. Jika masih ada yang memaksaku, akan kulempar semua piring dan gelas yang ada di meja ini!”

“Dek, tolong kita jangan ribut dulu. Dalam waktu empat puluh hari, mungkin papa masih berada di sini bersama kita.” Khayru menatap kursi kosong yang biasa ditempati ayahnya saat makan. “Coba kamu bayangin, mama sama papa duduk di sana. Menurut kamu, mereka sedih, gak, saat ini? Mereka nangis, gak liat kita berantem?”

Maula pun menundukkan kepalanya sambil menangis tersedu.

Khayru menarik Maula ke dalam pangkuannya. “Maaf, Abang gak bermaksud mengungkit kesedihanmu.” Khayru memaksa Maula untuk makan. Sementara, gadis itu tidak berhenti menangis sambil menerima tiap suapan dari tangan Khayru.

 To be continued ....

\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_

Note :

¹**Hak ijbar** merupakan suatu kekuasaan yang diberikan kepada seseorang (wali mujbir) untuk menikahkan anak perempuan yang berada dalam perwaliannya walaupun tanpa dimintai persetujuannya. hak wali ijbar wali menurut pandangan Syafi’i diberlakukan bagi anak gadis yang masih kecil maupun yang sudah dewasa. Sedangkan Abu Hanifah memberlakukan hak wali ijbar hanya kepada anak perempuan yang masih di bawah umur atau belum dewasa atau kepada anak yang kurang sempurna akalnya (gila/majnunah) baik berstatus gadis ataupun janda.

Mayoritas ulama mazhab Syafi’i berpendapat wali mujbir adalah seseorang yang mempunyai kekuasaan penuh yaitu Ayah, Kakek dan Sayid untuk menikahkan anak perempuan secara paksa (tanpa izin dari anak perempuan), Hak wali tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun selama ia dapat menjalankan tugas sesuai dengan ketentuan agama, dan menjamin serta dapat memastikan kebaikan untuk anaknya.

Informasi ini dikutif dari :

Helmi Abu Bakar El-Langkawi

Dewan Guru Dayah (Ponpes) MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh.

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sukses

2023-03-21

0

ralIne🍃

ralIne🍃

next

2021-10-23

1

rasya radya oneo

rasya radya oneo

nyimak

2021-08-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Setiap yang bernyawa, akan mati
2 Bab 2. Wasiat dan warisan
3 Bab 3. Little Khayru story
4 Bab 4. New born Maula
5 Bab 5. Kepergian
6 Bab 6. Suasana duka
7 Bab 7. Permintaan terakhir
8 Bab 8. Akad rahasia
9 Bab 9. Maula's 13th Birthday
10 Bab 10. Maula's first period
11 Bab 11. Hemophobia
12 Bab 12. Pengajian rutin
13 Bab 13. Buah cakap
14 Bab 14. SMA punya cerita
15 Bab 15. Cheat my brother
16 Bab 16. Road to 19 years old
17 Bab 17. On the way Lombok
18 Bab 18. Presidential suite
19 Bab 19. Katia the assistant manager
20 Bab 20. Baiq Maharani
21 Bab 21. Panggilan pulang
22 Bab 22. Aturan yang dilanggar
23 Bab 23. Kembali ke habitat
24 Bab 24. Sudah dewasa
25 Bab 25. Membungkam mulut liar
26 Bab 26. Uncover the history of 9 years ago
27 Bab 27. Papa bilang ....
28 Bab 28. Korban perundungan
29 Bab 29. 1 Syahwat lelaki 9 syahwat wanita
30 Bab 30. Cantik seperti Habibatu Rasulillah
31 Bab 31. See you ... Ariel
32 Bab 32. Dayuts
33 Bab 33. Seperti Fatimah Azzahra
34 Bab 34. Do not Disturb!
35 Bab 35. Saudari sepupu
36 Bab 36. Gara-gara nyamuk
37 Bab 37. Beliin mobil
38 Bab 38. Rahasia bersama
39 Bab 39. Jejak durian runtuh
40 Bab 40. Emang harus izin dulu?
41 Bab 41. high voltage
42 Bab 42
43 Bab 43 VISUAL
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55. Bonus visual
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65.
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73.
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Setiap yang bernyawa, akan mati
2
Bab 2. Wasiat dan warisan
3
Bab 3. Little Khayru story
4
Bab 4. New born Maula
5
Bab 5. Kepergian
6
Bab 6. Suasana duka
7
Bab 7. Permintaan terakhir
8
Bab 8. Akad rahasia
9
Bab 9. Maula's 13th Birthday
10
Bab 10. Maula's first period
11
Bab 11. Hemophobia
12
Bab 12. Pengajian rutin
13
Bab 13. Buah cakap
14
Bab 14. SMA punya cerita
15
Bab 15. Cheat my brother
16
Bab 16. Road to 19 years old
17
Bab 17. On the way Lombok
18
Bab 18. Presidential suite
19
Bab 19. Katia the assistant manager
20
Bab 20. Baiq Maharani
21
Bab 21. Panggilan pulang
22
Bab 22. Aturan yang dilanggar
23
Bab 23. Kembali ke habitat
24
Bab 24. Sudah dewasa
25
Bab 25. Membungkam mulut liar
26
Bab 26. Uncover the history of 9 years ago
27
Bab 27. Papa bilang ....
28
Bab 28. Korban perundungan
29
Bab 29. 1 Syahwat lelaki 9 syahwat wanita
30
Bab 30. Cantik seperti Habibatu Rasulillah
31
Bab 31. See you ... Ariel
32
Bab 32. Dayuts
33
Bab 33. Seperti Fatimah Azzahra
34
Bab 34. Do not Disturb!
35
Bab 35. Saudari sepupu
36
Bab 36. Gara-gara nyamuk
37
Bab 37. Beliin mobil
38
Bab 38. Rahasia bersama
39
Bab 39. Jejak durian runtuh
40
Bab 40. Emang harus izin dulu?
41
Bab 41. high voltage
42
Bab 42
43
Bab 43 VISUAL
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55. Bonus visual
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65.
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73.
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!