Bab 2. Wasiat dan warisan

“Kapan Abang harus mengantarmu ke sekolah?”

Maula menggelengkan kepalanya.

“Gak mau sekolah?”

Maula mengangguk.

“Pokoknya besok sekolah, ya. Main lagi sama teman-teman, biar gak sedih-sedih terus.”

Khayru membawa kembali Maula ke kamarnya untuk bersiap-siap karena pengacara akan datang untuk memberitahukan hal penting.

“Bentar lagi Pak Suryadi dan Kyai mau ke sini. Kamu mandi dulu, Abang tunggu di luar.”

Maula sama sekali tidak mengerti untuk apa pengacara datang ke rumahnya, dia pun tak ingin bertanya kenapa dia harus ikut menemuinya.

Tak lama, pengacara datang bersama Pak Kyai Abdurrahman. “Senang ketemu lagi Pak Kyai dan pengacara. Silakan duduk kita sambil nunggu Maula, dia masih di kamarnya.”

Khayru pergi ke dapur, meminta Bik Sulis membuatkan minuman dan sedikit makanan lalu duduk kembali.

Dia memandang ke lantai atas sesaat, tepat ke posisi kamar Maula berada. “Saya ada sedikit permintaan pada Pak Kyai dan pengacara. Bolehkah saya utarakan?” pinta Khayru, pelan.

“Silakan.”

“Selama itu tidak menyalahi aturan.”

“Saya ....” Seraya mengutaran secara panjang lebar apa yang ingin dia sampaikan, matanya berulang kali menatap ke lantai atas. Khawatir jika Maula akan mendengar perkataannya.

Kyai dan pengacara bertukar pandang sebelum akhirnya sepakat menyetujui permintaan Khayru.

“Terima kasih banyak. Saya permisi sebentar, mau panggil Maula dulu di kamarnya.” Khayru beranjak dari tempat duduk lalu mengetuk pintu kamar Maula. Dia buka sedikit pintu sambil melongokkan kepalanya.

“Sudah selesai belum, Dek?” Karena tak ada sahutan dari dalam, Khayru masuk dan langsung menuju kamar mandi. Dilihatnya Maula yang tengah mengenakan handuk sebatas dada, berjongkok memainkan air di dalam bathup.

“Kok, belum mandi? Tamu kita sudah nunggu di bawah.”

“Abang saja yang temui mereka. Ngapain aku ngobrol sama orang tua?” Maula masih sibuk memainkan air dengan busa sabun di atasnya.

“Loh, yang mau mereka temui kan, kamu.” Khayru membuka handuk yang melilit di tubuh Maula lalu mengangkat tubuh mungil itu ke dalam bathup. “Udah kelas empat SD, belum bisa mandi sendiri, ya?” gumam Khayru sambil menggulung lengan bajunya lalu mulai menggosok tubuh Maula, dimulai dari tangannya.

“Siapa yang minta dimandiin?” Gadis berambut sebahu dan memiliki poni yang lurus itu menoleh dan menatap wajah Khayru dengan tajam. “Aku bisa mandi sendiri. Selama satu tahun, tak ada seorang pun yang memandikan aku,” kilahnya.

Khayru membalas tatapan Maula sambil mengangkat alis, lalu memalingkan wajahnya. Kembali menggosok tubuh kecil yang nampak lebih kurus dibanding satu tahun yang lalu.

“Kurus banget,” gumamnya lagi. “Setahun ini kamu bener-bener jarang makan, ya?”

Maula mencipratkan air ke wajah Khayru untuk menghentikan ocehannya. “Berisik mulu kek lalat ijo.”

Khayru tertawa sambil memalingkan wajah dari cipratan air. Lalu mempercepat gerakannya. “Ya udah ayo selesaikan mandinya. Gak sopan bikin tamu nunggu lama.”

Beberapa menit kemudian, Khayru kembali ke ruang tamu dengan kemeja yang sedikit berantakan dan basah. Tangannya menuntun Maula yang ogah-ogahan menemui para tamu. Bahkan dia tak ingin duduk sebelum Khayru menarik tubuh yang tengah berdiri terpaku itu kepangkuannya.

“Maaf, menunggu lama. Silakan dimulai saja.”

“Silakan, Pak Kyai.” Pengacara mempersilakan karena dalam hal ini warisan akan dibagikan sesuai hukum islam dan perpindahan kepemilikan akan disahkan oleh pengacara.

“Baiklah. Mohon maaf sebelumnya, karena ini berkaitan dengan isi wasiat dari Almarhum. Dan pembagian warisan harus dilakukan sesegera mungkin.”

Sebelum Tuan Zul meninggal, dia sudah menghibahkan ⅓ hartanya pada Khayru karena statusnya hanya sebagai anak angkat, dia tidak akan mendapat warisan apa pun selain hibah tersebut. Namun, tugas dan tanggung jawabnya cukup berat di kemudian hari.

Maula sebagai anak perempuan satu-satunya, dia akan mewarisi ½ dari sisa harta yang sudah dihibahkan sebelumnya. Sementara ½ bagian lagi akan diberikan kepada para Ashabah sampai mereka ditemukan.

Menurut pengakuan Tuan Zul, Orang tuanya bercerai lalu sebelum meninggal, sang ibu menikah lagi di tanah kelahirannya--Lombok. Dia memiliki seorang anak perempuan. Namun, keberadaannya belum diketahui sampai saat ini. Mereka berpisah sejak Tuan Zul ikut sang ayah ke Jakarta. Jadi untuk sementara, setengah dari harta Tuan Zul dibekukan sampai pencarian menemukan titik terang.

Kemudian pengacara membacakan sebuah wasiat. Di mana isinya adalah sebuah permintaan terhadap Maula dan Khayru yang pernah diucapkan secara lisan dan disetujui, lalu ditulis kembali oleh pengacaranya.

1.     Setelah Tuan Zul meninggal, maka Khayru adalah satu-satunya orang yang paling bertanggung jawab atas Maula.

2.     Sebelum Maula cukup umur secara hukum, maka yang bertanggung jawab mengelola harta kekayaannya adalah Khayru.

3.     Menjalin silaturahmi seperti halnya Tuan Zul yang selalu menghadiri pengajian rutin di kediaman Kyai Abdurrahman semasa hidupnya.

Selain itu, ada satu wasiat yang akan dibacakan nanti setelah Maula berusia sembilan belas tahun.

“Sampai di sini, apakah keputusan ini bisa diterima?” tanya pengacara.

Khayru menatap wajah Maula. “Gimana, Dek, kamu bisa terima wasiat papa?”

“Gak ngerti. Aku pusing.” Wajah Maula memang menunjukkan bahwa isi kepalanya sedang kosong saat ini.

“Mungkin Maula terlalu kecil untuk mengerti hal-hal seperti ini. Sedikit demi sedikit kita jelaskan kembali setelah usianya memungkinkan,” ucap pengacara seraya membereskan kembali berkas-berkas yang ada di meja. Dia juga menyerahkan akta hibah yang sudah disahkan dan memiliki kekuatan hukum yang kuat kepada Khayru.

“Kapan pun kalian bisa datang pada kami jika ada hal yang ingin ditanyakan. Tentunya kita masih akan sering bertemu di kemudian hari,” pungkas Kyai menutup pertemuan hari ini.

“Baik. Terima kasih banyak atas waktunya Pak Kyai dan pengacara untuk hari ini.”

Selepas mereka pergi, Khayru memandangi sebuah surat yang disebut dengan nama ‘akta’ pemberian dari ayahnya.

Kenapa papa memberikan harta sebanyak ini pada seorang anak adopsi sepertiku? Aku gak butuh semua ini, pa. Aku hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan kalian.

Ada sebuah surat juga yang ditinggalkan Tuan Zul sebelum meninggal.

Khayru anak kebanggaanku ... tak banyak yang bisa papa berikan untukmu. Satu harta yang paling berharga yang papa miliki di dunia ini, papa titipkan sama kamu yaitu Maula. Tolong jaga dia. Perbaiki sikapnya.”

“Paaa ...,” lirihnya sambil mengusap mata yang mulai berair dengan telapak tangannya.

“Abang nangis?” tanya Maula.

“Abang hanya teringat saat pertama kali mama dan papa membawa Abang ke rumah ini. Abang dalam keadaan sedih karena kehilangan orang tua. Mama dan papa yang menghibur kala itu.”

Pikirannya menerawang ke masa tujuh belas tahun yang silam. Masih jelas dalam ingatan ketika sebuah bencana memporak porandakan sebuah kota. Menghancurkan bangunan-bangunan ciptaan manusia. Dengan satu tiupan saja, Allah mampu merubah segalanya.

To be continue ....

 

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus ceria

2023-03-21

0

rasya radya oneo

rasya radya oneo

usia y jauh bgt

2021-08-11

1

༺Ɠҽɳ∂ιʂ༻

༺Ɠҽɳ∂ιʂ༻

jgn2 wasiat'y sruh nikahin maula

2021-05-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Setiap yang bernyawa, akan mati
2 Bab 2. Wasiat dan warisan
3 Bab 3. Little Khayru story
4 Bab 4. New born Maula
5 Bab 5. Kepergian
6 Bab 6. Suasana duka
7 Bab 7. Permintaan terakhir
8 Bab 8. Akad rahasia
9 Bab 9. Maula's 13th Birthday
10 Bab 10. Maula's first period
11 Bab 11. Hemophobia
12 Bab 12. Pengajian rutin
13 Bab 13. Buah cakap
14 Bab 14. SMA punya cerita
15 Bab 15. Cheat my brother
16 Bab 16. Road to 19 years old
17 Bab 17. On the way Lombok
18 Bab 18. Presidential suite
19 Bab 19. Katia the assistant manager
20 Bab 20. Baiq Maharani
21 Bab 21. Panggilan pulang
22 Bab 22. Aturan yang dilanggar
23 Bab 23. Kembali ke habitat
24 Bab 24. Sudah dewasa
25 Bab 25. Membungkam mulut liar
26 Bab 26. Uncover the history of 9 years ago
27 Bab 27. Papa bilang ....
28 Bab 28. Korban perundungan
29 Bab 29. 1 Syahwat lelaki 9 syahwat wanita
30 Bab 30. Cantik seperti Habibatu Rasulillah
31 Bab 31. See you ... Ariel
32 Bab 32. Dayuts
33 Bab 33. Seperti Fatimah Azzahra
34 Bab 34. Do not Disturb!
35 Bab 35. Saudari sepupu
36 Bab 36. Gara-gara nyamuk
37 Bab 37. Beliin mobil
38 Bab 38. Rahasia bersama
39 Bab 39. Jejak durian runtuh
40 Bab 40. Emang harus izin dulu?
41 Bab 41. high voltage
42 Bab 42
43 Bab 43 VISUAL
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55. Bonus visual
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65.
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73.
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Setiap yang bernyawa, akan mati
2
Bab 2. Wasiat dan warisan
3
Bab 3. Little Khayru story
4
Bab 4. New born Maula
5
Bab 5. Kepergian
6
Bab 6. Suasana duka
7
Bab 7. Permintaan terakhir
8
Bab 8. Akad rahasia
9
Bab 9. Maula's 13th Birthday
10
Bab 10. Maula's first period
11
Bab 11. Hemophobia
12
Bab 12. Pengajian rutin
13
Bab 13. Buah cakap
14
Bab 14. SMA punya cerita
15
Bab 15. Cheat my brother
16
Bab 16. Road to 19 years old
17
Bab 17. On the way Lombok
18
Bab 18. Presidential suite
19
Bab 19. Katia the assistant manager
20
Bab 20. Baiq Maharani
21
Bab 21. Panggilan pulang
22
Bab 22. Aturan yang dilanggar
23
Bab 23. Kembali ke habitat
24
Bab 24. Sudah dewasa
25
Bab 25. Membungkam mulut liar
26
Bab 26. Uncover the history of 9 years ago
27
Bab 27. Papa bilang ....
28
Bab 28. Korban perundungan
29
Bab 29. 1 Syahwat lelaki 9 syahwat wanita
30
Bab 30. Cantik seperti Habibatu Rasulillah
31
Bab 31. See you ... Ariel
32
Bab 32. Dayuts
33
Bab 33. Seperti Fatimah Azzahra
34
Bab 34. Do not Disturb!
35
Bab 35. Saudari sepupu
36
Bab 36. Gara-gara nyamuk
37
Bab 37. Beliin mobil
38
Bab 38. Rahasia bersama
39
Bab 39. Jejak durian runtuh
40
Bab 40. Emang harus izin dulu?
41
Bab 41. high voltage
42
Bab 42
43
Bab 43 VISUAL
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55. Bonus visual
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65.
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73.
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!