Bab 4. New born Maula

Beberapa hari kemudian, dokter sudah mengizinkan mereka pulang membawa bayi yang baru saja lahir. Lengkap sudah kebahagiaan dalam keluarga mereka.

Selain tangisnya yang keras, ternyata bayi perempuan itu sangat hyperaktif. Sejak dia lahir, Khayru-lah yang berperan membantu orang tuanya yang mulai menginjak usia senja, untuk sekedar mengajak main, menidurkan, membuatkan susu, memberinya makan, memandikan, memakaikan baju, bahkan mengganti popok.

Khayru tak pernah marah sekali pun tugas sekolahnya terganggu dengan kenakalan sang adik. Tak heran jika gadis kecil itu lebih penurut pada kakaknya.

___

Sembilan tahun kemudian, Maula tumbuh menjadi anak yang lincah dan selalu ceria. Untungnya, Khayru yang berusia lima belas tahun lebih tua, selalu bisa mengimbangi sikap adiknya yang kadang susah diatur.

Suatu hari, Tuan Zul duduk sendiri di tepi jendela. Cukup lama dia melamun seperti hari-hari sebelumnya. Nyonya Maulida menghampiri seraya menepuk pundaknya.

“Pa ....”

“I-iya ...!” Tuan Zul menoleh. Dia terkejut dengan kedatang istrinya yang tiba-tiba. “Sejak kapan Mama berdiri di belakang? Papa, kok, gak denger Mama masuk?”

“Papa melamun, makanya gak denger apa-apa.” Nyonya Maulida duduk di samping suaminya. “Mama yakin, ada sesuatu yang sedang Papa pikirkan belakangan ini. Mama mau tunggu sampai Papa cerita semuanya.”

Tuan Zul memutar badannya. Dia menatap lekat wajah sang istri. Betapa banyak hal yang membebani pikirannya saat ini. Dia tak mungkin menceritakan semua. Namun, ada satu hal yang menurutnya penting untuk diceritakan guna mendapat persetujuan dari istrinya.

“Anak-anak di mana, Ma?”

“Abang lagi nemenin adeknya belajar di kamar, Pa. Mama meninggalkan mereka supaya tidak mengganggu.”

“Papa mau bicara sama Mama. Tolong tutup dulu pintunya.”

Setelah menutup pintu kamar rapat-rapat, Nyonya Maulida kembali duduk. Hatinya mulai gelisah karena merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan apa yang akan dia dengar dari suaminya.

“Pa, mama, kok, merasa gak enak hati. Ada apa sebenarnya?”

Setelah menarik napasnya dalam-dalam, Tuan Zul meremas tangan istrinya yang tidak berhenti menatap curiga.

“Ma. Sejak kita bawa Khayru ke rumah ini, papa tidak pernah berhenti mencari orang tua kandungnya.”

“Bukannya kita sudah sepakat bahwa orang tua Khayru dinyatakan meninggal karena tidak pernah ditemukan keberadaannya, Pa? Kenapa tiba-tiba Papa mengungkitnya lagi.”

“Karena sesungguhnya ... yang meninggal itu hanya ibunya. Sementara ayahnya masih hidup, Ma. Maaf, Papa merahasiakan ini dari siapa pun selama ini. Papa memang salah, Ma.”

“Apa?!” Nyonya Maulida sedikit syok saat itu. “Jangan bilang jika Papa mau mengatakan sama mama bahwa ayahnya Khayru meminta anaknya kembali, Pa?” Dia tidak bisa membayangkan seberat apa kesedihan yang harus dia alami andai kata dugaannya itu benar.

“Tidak, Ma. Ayahnya Khayru bahkan tidak tahu bahwa anaknya ternyata masih hidup. Dia pikir anak dan istrinya sudah meninggal saat bencana waktu itu.”

Nyonya Maulida mengusap dadanya karena lega.

“Setelah sembuh dari traumanya, ayah Khayru kembali ke Maroko karena berpikir tak memiliki siapa pun lagi di sini. Istrinya yang berkewarganegaraan Indonesia dan juga Khayru—anak satu-satunya dinyatakan meninggal.”

“Mama merasa lega dia tidak berada di Indonesia, tapi tiba-tiba mama juga merasa bersalah, Pa. Kita sudah memisahkan anak dari ayahnya.”

“Karena itulah, papa ingin membicarakan ini dengan Mama. Selama ini papa mengirim seseorang ke sana, supaya diam-diam bisa membantu dan menjaganya, tapi ....”  

“Tapi apa, Pa?”

“Seminggu yang lalu, orang suruhan papa menyampaikan kabar buruk. Orang tua Khayru tengah sakit keras di sana.”

“Innalillahi ... lalu apa yang harus kita lakukan, Pa?”

Tuan Zul terdiam sesaat sebelum mengutarakan rencananya. “Papa ... mau mengatakan kebenaran ini pada Khayru, Ma. Khayru harus kembali pada orang tuanya. Ayahnya lebih membutuhkan Khayru saat ini.”

“Lalu ... Setelah Khayru mengetahui semua ini, apa dia akan membenci dan melupakan kita, Pa?”

“Papa sudah siap jika dia akan membenci papa. Ini resiko yang harus papa tanggung.”

“Tapi mama belum siap kehilangan Khayru, Pa.” Tangis Nyonya Maulida pecah seketika.

Tuan Zul memeluk dan mengusap punggung istrinya. “Papa minta maaf, Ma. Semua salah Papa.”

“Kapan Papa akan mengatakan semua pada Khayru, Pa?” Nyonya Maulida terlihat pasrah meskipun dia tidak mampu menghentikan tangisnya.

“Secepatnya, Ma. Sebelum semuanya terlambat. Papa tidak mau jika salah satu dari kita meninggalkan dunia sebelum mengungkap rahasia ini apalagi ayahnya Khayru tengah sakit keras di sana,” ucapnya pelan.

Seraya menangis tersedu, Nyonya Maulida meraih handphone-nya. “Mama akan menelepon Khayru supaya datang ke sini sekarang juga.”

Tuan Zul menganggukkan kepala. Nampak sebuah senyuman yang dipaksakan untuk menyembunyikan kesedihannya.

Tak lama, Khayru datang. Dia terheran karena melihat wajah orang tuanya menangis dan bersedih.

“Mama, Nangis? Kenapa, Ma? Apa yang terjadi, Pa?” Dia menatap mata orang tuanya bergantian.

“Duduk dulu, Ru. Papa ingin bicara.” Perlahan Tuan Zul menjelaskan semuanya tanpa menutupi kesalahan yang dia lakukan. Khayru nampak kebingungan. Tuan Zul berbicara dengan sangat jelas. Semua yang mengganggu pikirannya sudah ia sampaikan.

“Papa sedang bercanda?”

“Papa serius.”

Tak sepatah kata pun yang bisa Khayru ucapkan saat itu. Dia tak habis pikir. Kenapa orang yang dia anggap malaikat, bisa melakukan kebohongan seperti ini.

“Papa mengerti jika akhirnya, kamu harus membenci papa, tapi jangan benci Mamamu, dia tidak tahu apa-apa. Ini murni kesalahan papa karena papa sangat takut kehilangan kamu, Ru. Sekarang papa sadar, ada orang yang lebih berhak atas dirimu. Papa tidak ingin kamu terlambat untuk menemuinya.”

“Maaf, Pa. Nanti kita bicara lagi. Iru mau sendiri dulu. Iru mohon diri.” Dia pergi ke kamar dan tak ingin ada seorang pun yang mengganggu. Hingga saat makan malam tiba, ayahnya mengetuk pintu kamar karena khawatir kalau Khayru melewatkan makan sebelum tidur.

“Ru, jangan lupa makan dulu. Papa gak mau kamu sakit!” serunya dari balik pintu.

Tak lama Khayru keluar dan berkumpul di meja makan. Setelah selesai makan bersama, ia mengutarakan sebuah keputusan untuk pergi ke Maroko besok hari. Dia akan menetap di Maroko untuk merawat ayah kandungnya.

“Papa menghargai keputusanmu. Meskipun kita di sini sangat-sangat membutuhkanmu. Papa juga terima jika kamu tidak mau memaafkan Papa. Satu hal yang harus kamu ingat, sampai kapan pun, kamu selalu di hati papa dan mama.”  

Tiba-tiba Nyonya Maulida kembali menangis. Dia tak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya akan segera pergi ke benua Afrika yang sangat jauh. “Ru, kamu tetap anak Mama. Sekali pun kamu benci. Mama tetap sayang kamu.”

Khayru bangun dari duduknya lalu memeluk sang ibu. “Ma, tolong jangan menangis seperti ini, Ma. Percayalah, Iru tidak akan bisa membenci Mama sama Papa. Hanya saja, Iru harus tetap pergi. Terima kasih untuk semua kasih sayang yang kalian berikan selama ini. Maafkan jika Iru banyak salah.”

“Ini ... Ada apa sebenarnya? Kalian menangis karena apa? Jelaskan padaku sekarang juga!” desak Maula. Dia belum paham duduk permasalahannya.

Khayru beralih memeluk Maula. “Maafin Abang, ya, Dek. Abang harus pergi besok.”

“Ke mana?!”

“Ke Maroko. Ada yang harus Abang urus di sana.”

“Perjalanan bisnis? Bukannya setiap perjalanan bisnis Abang selalu kembali ke rumah? Kenapa Mama harus nangis?” Maula mencium bau yang tidak beres malam ini.

“Kali ini Abang gak tahu kapan akan kembali ke rumah ini. Tidak perlu menunggu Abang, ya, La.”

Maula menepiskan pelukan Khayru lalu mendorong tubuhnya. “Aku gak mau denger apa-apa.” Dia berlari ke kamarnya.

“Maula ...!”

“Dek! Tunggu!”

“Biar Papa yang menjelaskan pada Maula. Temani Mama kamu dulu.”

 

To be continue ....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Uswatun Khasanah

Uswatun Khasanah

bapa kandung y sakit parah pantas pulang kemaroko kyaru y. duh salah paham knpa ceritaiin maula cwek egois kekanak masih kecil manja bgt. sabar ru.

2021-08-20

1

𝚁𝚎𝚗𝚒 𝙽𝚃

𝚁𝚎𝚗𝚒 𝙽𝚃

ini alsan khairu pergi...
dan maula tak tau yg terjadi sebenar nya..

2021-07-02

1

༺Ɠҽɳ∂ιʂ༻

༺Ɠҽɳ∂ιʂ༻

beda'y brp thun usia bang iru sm maula mbu

2021-05-30

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Setiap yang bernyawa, akan mati
2 Bab 2. Wasiat dan warisan
3 Bab 3. Little Khayru story
4 Bab 4. New born Maula
5 Bab 5. Kepergian
6 Bab 6. Suasana duka
7 Bab 7. Permintaan terakhir
8 Bab 8. Akad rahasia
9 Bab 9. Maula's 13th Birthday
10 Bab 10. Maula's first period
11 Bab 11. Hemophobia
12 Bab 12. Pengajian rutin
13 Bab 13. Buah cakap
14 Bab 14. SMA punya cerita
15 Bab 15. Cheat my brother
16 Bab 16. Road to 19 years old
17 Bab 17. On the way Lombok
18 Bab 18. Presidential suite
19 Bab 19. Katia the assistant manager
20 Bab 20. Baiq Maharani
21 Bab 21. Panggilan pulang
22 Bab 22. Aturan yang dilanggar
23 Bab 23. Kembali ke habitat
24 Bab 24. Sudah dewasa
25 Bab 25. Membungkam mulut liar
26 Bab 26. Uncover the history of 9 years ago
27 Bab 27. Papa bilang ....
28 Bab 28. Korban perundungan
29 Bab 29. 1 Syahwat lelaki 9 syahwat wanita
30 Bab 30. Cantik seperti Habibatu Rasulillah
31 Bab 31. See you ... Ariel
32 Bab 32. Dayuts
33 Bab 33. Seperti Fatimah Azzahra
34 Bab 34. Do not Disturb!
35 Bab 35. Saudari sepupu
36 Bab 36. Gara-gara nyamuk
37 Bab 37. Beliin mobil
38 Bab 38. Rahasia bersama
39 Bab 39. Jejak durian runtuh
40 Bab 40. Emang harus izin dulu?
41 Bab 41. high voltage
42 Bab 42
43 Bab 43 VISUAL
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55. Bonus visual
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65.
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73.
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Setiap yang bernyawa, akan mati
2
Bab 2. Wasiat dan warisan
3
Bab 3. Little Khayru story
4
Bab 4. New born Maula
5
Bab 5. Kepergian
6
Bab 6. Suasana duka
7
Bab 7. Permintaan terakhir
8
Bab 8. Akad rahasia
9
Bab 9. Maula's 13th Birthday
10
Bab 10. Maula's first period
11
Bab 11. Hemophobia
12
Bab 12. Pengajian rutin
13
Bab 13. Buah cakap
14
Bab 14. SMA punya cerita
15
Bab 15. Cheat my brother
16
Bab 16. Road to 19 years old
17
Bab 17. On the way Lombok
18
Bab 18. Presidential suite
19
Bab 19. Katia the assistant manager
20
Bab 20. Baiq Maharani
21
Bab 21. Panggilan pulang
22
Bab 22. Aturan yang dilanggar
23
Bab 23. Kembali ke habitat
24
Bab 24. Sudah dewasa
25
Bab 25. Membungkam mulut liar
26
Bab 26. Uncover the history of 9 years ago
27
Bab 27. Papa bilang ....
28
Bab 28. Korban perundungan
29
Bab 29. 1 Syahwat lelaki 9 syahwat wanita
30
Bab 30. Cantik seperti Habibatu Rasulillah
31
Bab 31. See you ... Ariel
32
Bab 32. Dayuts
33
Bab 33. Seperti Fatimah Azzahra
34
Bab 34. Do not Disturb!
35
Bab 35. Saudari sepupu
36
Bab 36. Gara-gara nyamuk
37
Bab 37. Beliin mobil
38
Bab 38. Rahasia bersama
39
Bab 39. Jejak durian runtuh
40
Bab 40. Emang harus izin dulu?
41
Bab 41. high voltage
42
Bab 42
43
Bab 43 VISUAL
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55. Bonus visual
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65.
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73.
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!