Bab 5. Kepergian

Esok hari sekitar pukul sepuluh pagi, Kahyru sudah bersiap untuk berangkat. Dua koper terisi penuh dengan barang-barang miliknya. Tas selempang dia sampirkan di pundaknya. Sepanjang perjalanan ditemani kedua orang tua angkatnya yang tidak berhenti menangis. Tangan sang ibu tetap melingkar di lengan Khayru. Sementara Tuan Zul yang duduk di depan bersama sopir, tak mengeluarkan suaranya. Diam-diam rahangnya mengeras karena menahan sedih yang mendalam.

“Mang Sodik, kita mampir sebentar ke sekolah Maula, ya. Saya ingin menemuinya dulu sebelum ke Bandara,” pinta Khayru.

“Baik, Tuan.”

Setelah tahu kedatangan Khayru, Maula bersikeras menolak untuk menemuinya. Dia berlari ke toilet untuk bersembunyi dan menangis di sana. Akhirnya, Khayru hanya menitipkan salam perpisahan melalui orang tuanya.

“Ru, papa berusaha keras untuk tidak menangisi kepergianmu, karena berharap suatu hari nanti kamu akan kembali, tapi saat ini papa tidak ingin lagi jadi penghalang kamu untuk bertemu ayah kandungmu sendiri, meski sebenarnya ini berat buat papa. Jagalah ayahmu, rawat dia sampai sembuh kembali. Sampaikan beribu maaf dari papa,” ucapnya sambil memeluk Khayru di pintu masuk bandara Soetta.

“Saat tiba di sana, seseorang akan menunggu di Bandara. Dia yang akan mengantarkanmu ke tempat tujuan. Setelah tiba di tempat ayahmu, tunjukkan benda ini.” Tuan Zul menyerahkan satu benda yang akan menjadi identitas Khayru yaitu sebuah gelang Yang dikenakannya waktu kecil.

“Khayru mengangguk. “Baik, Pa. Terima kasih banyak untuk semuanya. Iru gak akan lupa semua kebaikan kalian.”

Air mata yang sulit dibendung sejak kemarin siang, belum berhenti mengalir dari mata sayu milik seorang ibu. Dia tak sekuat suaminya saat melepas kepergian Khayru. Bahkan sejak itu, kesehatannya memburuk.

Setiap kali duduk di meja makan, tak ada makanan yang masuk ke mulutnya. Dia hanya memandangi kursi di hadapannya yang selalu kosong.

“Mama gak makan lagi?” tanya Maula sedikit kesal.

“Mama belum lapar, sayang.” Sang ibu tetap tersenyum.

“Mama pikir, anak Mama sama Papa itu cuma dia? Kenapa tidak pernah menganggap Maula di sini? Kenapa di pikiran kalian cuma ada anak adopsi yang tidak tahu terima kasih itu?”

“Maula! Tidak pantas kamu bicara seperti itu di depan orang tua! Mamamu sedang sakit, cobalah mengerti.” Bentakkan Tuan Zul membuat Maula semakin marah. Dia berlari ke kamarnya karena bosan dengan sikap orang tuanya yang terlalu menyayangi Khayru dibanding dirinya. Bahkan ketika orangnya sudah tidak berada di sini lagi.

“Maula! Tunggu mama, sayang.” Nyonya Maulida bangun dari kursinya tapi dia tiba-tiba terjatuh dan di bawa ke rumah sakit. Penyakit lambung yang di deritanya selama bertahun-tahun, semakin lama semakin kronis. Dia harus mendapatkan perawatan khusus di rumah sakit.”

“Ma, maafin Maula, ya, Ma. Mama harus cepat sembuh. Kita harus pulang secepatnya. Maula kesepian di rumah, Ma.”

“Di mana pun mama berada, selalu doain mama ya, sayang. Besok mama mau pulang. Tolong jangan marah lagi sama mama.”

“Enggak, Ma. Maula gak marah lagi sama Mama, Maula janji. Maula sayang sama Mama.” Gadis berusia sembilan tahun itu memeluk ibunya yang terbaring lemah di sebuah kamar rumah sakit.

Maula pulang ke rumah dengan hati yang sedikit terhibur. Paling tidak ibunya mengatakan bahwa dia akan pulang besok.

Sampai esok harinya, sepulang sekolah dia langsung menuju ke rumah sakit. Betapa senang dia akan pulang ke rumah bersama ibunya siang ini.

“Cuaca hari ini cerah sekali, ya, Non. Sama seperti wajah Non Maula. Lebih ceria dari biasanya,” ucap Mang Sodik ketika menghentikan mobil di parkiran rumah sakit.

“Iya, Mang, karena Mama mau pulang ke rumah hari ini. Nanti tolong teleponin Papa, ya, Mang, biar dia langsung ke sini.” Maula keluar dari mobilnya langsung menuju kamar tempat ibunya di rawat.

“Maamaa pulaang ... Maamaa pulaang ....” Dia bernyanyi riang sambil melompat-lompat menyusuri koridor rumah sakit, lalu membuka pintu setelah sampai di sana.

“Assalamualaikum, Mama, sayang.” Dia lihat ibunya belum bersiap-siap. Malah terlihat tidur dengan lelap. “Katanya mau pulang, ternyata masih bobo aja. Ya udah, aku tunggu sampai papa datang, deh,” ucapnya sambil duduk di samping tempat tidur.

Dia menyentuh tangan ibunya yang terasa dingin, lalu menyelimutinya. “Dingin sekali. Mama pasti butuh selimut yang banyak.” Maula menekan tombol yang terhubung ke petugas perawat untuk meminta tambahan selimut. Tak lama, perawat pun datang.

“Ade yang tadi minta selimut, ‘kan?”

“Iya suster, buat Mamaku. Kasian badannya dingin sekali.”

Suster segera mendekat untuk memeriksa keadaan Nyonya Maula yang tengah tertidur. Tiba-tiba dia nampak panik lalu memanggil dokter penanggung jawab. Dokter datang dengan cepat dan turut memeriksa. Tak lama dia menggelengkan kepala sambil menggigit bibirnya.

“Innalillahi wa innailaihi rooji’un.” Ditariknya selimut hingga menutupi bagian kepala dan seluruh tubuh Nyonya Maulida. “Catat waktu kematian lalu hubungi keluarga pasien,” ucap dokter pada sang perawat.

“Tidak! Jangan tutup wajah Mamaku! Dia akan sulit bernapas, nanti.” Maula menarik kembali selimut dan menciumi wajah ibunya yang mulai kaku. “Ma! Mama masih bisa bernapas kan, Ma. Mama bangun dulu, Ma. Kita pulang sekarang, Ma, ayo siap-siap dulu.”

Perawat coba menarik tubuh Maula. “Adek, ayo kita panggil Papa dulu di luar, yu, kakak temenin.”

Tak lama Tuan Zul datang tergesa-gesa setelah mendapat kabar dari pihak rumah sakit. “Ma! Mama!” Dia menciumi wajah sang istri yang pucat pasi.

“Pa, bangunin Mama, Pa. Kita pulang sekarang aja.”

Tuan Zul memeluk kepala anaknya yang nampak kebingungan. Air mata bagai hujan yang turun begitu deras.

“Papa kenapa nangis, Pa? Kenapa Mama gak mau bangun dari tadi?”

Sang ayah membawa anak perempuan itu ke dalam pangkuannya. “Mama sudah pulang duluan, sayang. Dia ingin istirahat dengan tenang di sisi Allah.”Tuan Zul menarik napasnya sambil menahan isakan tangis. Seorang istri yang selalu menemaninya dalam suka dan duka, kini telah berpulang.

“Ma! Mama ...! Maula ikut, Ma! Jangan tinggalin Maula.” Dia meronta dalam pangkuan sang ayah. Sementara jasad sang ibu dibawa untuk dimandikan dan dikafani.

Maula tak berhenti menangis memanggil ibunya.

“Jangan! Jangan dikubur, mamaku. Mama masih hidup. Mama gak mungkin ninggalin aku, Pa. Mama sudah janji pulang hari ini.”

“Iya, sayang, tapi Mama sudah pulang ke tempat lain yang lebih indah. Ikhlaskan Mama, karena masih ada papa di sini, kamu jangan takut.”

“Enggak! Maula mau Mama. Maula gak mau pisah sama Mama. Bawa Mama ke sini sekarang juga, Pa, cepat!”

Kyai Abdurrahman yang baru selesai mengurus pemakaman, datang membawa segelas air untuk Maula. “Minumkan air ini pada Maula, Pak Zul, supaya lebih tenang,” ucapnya.

Kyai Abdurrahman adalah seorang Murobbi² yang biasa dimintai nasihat oleh Tuan Zul sejak usianya masih muda. Dia selalu  membantu Zul terutama dalam hal spiritual.

____________

 Note :

²Murobbi adalah seorang syaikh, qiyadah (pemimpin), ustadz (guru), walid (orang tua) dan shohabah (sahabat) bagi mad'unya (binaannya).

 

 To be continued ....

 

 

 

Terpopuler

Comments

Dennoona

Dennoona

kebanyakan bawang thor....,
sampe pedih mata gue 😭😭😭

2023-07-24

0

Ami Usrekk

Ami Usrekk

ya aloh episode ini mengandung bawang😭😭😭banyak bngt

2023-01-28

0

Jus Anggur

Jus Anggur

jangan bikin nangis Napa Thor 😭

2021-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Setiap yang bernyawa, akan mati
2 Bab 2. Wasiat dan warisan
3 Bab 3. Little Khayru story
4 Bab 4. New born Maula
5 Bab 5. Kepergian
6 Bab 6. Suasana duka
7 Bab 7. Permintaan terakhir
8 Bab 8. Akad rahasia
9 Bab 9. Maula's 13th Birthday
10 Bab 10. Maula's first period
11 Bab 11. Hemophobia
12 Bab 12. Pengajian rutin
13 Bab 13. Buah cakap
14 Bab 14. SMA punya cerita
15 Bab 15. Cheat my brother
16 Bab 16. Road to 19 years old
17 Bab 17. On the way Lombok
18 Bab 18. Presidential suite
19 Bab 19. Katia the assistant manager
20 Bab 20. Baiq Maharani
21 Bab 21. Panggilan pulang
22 Bab 22. Aturan yang dilanggar
23 Bab 23. Kembali ke habitat
24 Bab 24. Sudah dewasa
25 Bab 25. Membungkam mulut liar
26 Bab 26. Uncover the history of 9 years ago
27 Bab 27. Papa bilang ....
28 Bab 28. Korban perundungan
29 Bab 29. 1 Syahwat lelaki 9 syahwat wanita
30 Bab 30. Cantik seperti Habibatu Rasulillah
31 Bab 31. See you ... Ariel
32 Bab 32. Dayuts
33 Bab 33. Seperti Fatimah Azzahra
34 Bab 34. Do not Disturb!
35 Bab 35. Saudari sepupu
36 Bab 36. Gara-gara nyamuk
37 Bab 37. Beliin mobil
38 Bab 38. Rahasia bersama
39 Bab 39. Jejak durian runtuh
40 Bab 40. Emang harus izin dulu?
41 Bab 41. high voltage
42 Bab 42
43 Bab 43 VISUAL
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55. Bonus visual
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65.
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73.
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Setiap yang bernyawa, akan mati
2
Bab 2. Wasiat dan warisan
3
Bab 3. Little Khayru story
4
Bab 4. New born Maula
5
Bab 5. Kepergian
6
Bab 6. Suasana duka
7
Bab 7. Permintaan terakhir
8
Bab 8. Akad rahasia
9
Bab 9. Maula's 13th Birthday
10
Bab 10. Maula's first period
11
Bab 11. Hemophobia
12
Bab 12. Pengajian rutin
13
Bab 13. Buah cakap
14
Bab 14. SMA punya cerita
15
Bab 15. Cheat my brother
16
Bab 16. Road to 19 years old
17
Bab 17. On the way Lombok
18
Bab 18. Presidential suite
19
Bab 19. Katia the assistant manager
20
Bab 20. Baiq Maharani
21
Bab 21. Panggilan pulang
22
Bab 22. Aturan yang dilanggar
23
Bab 23. Kembali ke habitat
24
Bab 24. Sudah dewasa
25
Bab 25. Membungkam mulut liar
26
Bab 26. Uncover the history of 9 years ago
27
Bab 27. Papa bilang ....
28
Bab 28. Korban perundungan
29
Bab 29. 1 Syahwat lelaki 9 syahwat wanita
30
Bab 30. Cantik seperti Habibatu Rasulillah
31
Bab 31. See you ... Ariel
32
Bab 32. Dayuts
33
Bab 33. Seperti Fatimah Azzahra
34
Bab 34. Do not Disturb!
35
Bab 35. Saudari sepupu
36
Bab 36. Gara-gara nyamuk
37
Bab 37. Beliin mobil
38
Bab 38. Rahasia bersama
39
Bab 39. Jejak durian runtuh
40
Bab 40. Emang harus izin dulu?
41
Bab 41. high voltage
42
Bab 42
43
Bab 43 VISUAL
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55. Bonus visual
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65.
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73.
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!