KESUCIAN CINTA NAYA
Seorang gadis belia usia delapan belas tahun dengan perawakan tinggi semampai, rambut panjang lurus dan kepribadian yang menyenangkan, sedang memimpin rapat di ruang OSIS SMA Tunas Bangsa. Dia terpilih menjadi ketua OSIS karena kemampuan akademik dan kepribadiannya yang tegas dan mandiri.
Saat ini Kanaya Basuki sedang duduk di bangku kelas sebelas. Ini adalah rapat terakhir yang dipimpinnya sebelum lengser dari jabatannya sebagai ketua OSIS. Sesuai peraturan sekolah, bahwa siswa-siswi kelasdua belas tidak diperkenankan aktif dalam organisasi sekolah, agar tidak mengganggu konsentrasi dalam menghadapi ujian nasional.
“Sekian rapat kita hari ini, semoga acara perpisahan untuk kakak kelas kita minggu depan berjalan lancar.” Ucapnya mengakhiri rapat.
Semua peserta rapat segera beranjak dari kursinya masing-masing dan kembali ke kelasnya. Lusi dan Tigor berjalan menghampiri Naya yang terduduk lesu.
“Kenapa kamu, Nay? Lesu amat? Detik-detik menjelang lengser terasa berat ya?” tanya Lusi.
“Bukan, Lus. Bapak.” Jawabnya singkat.
“Kenapa lagi bapakmu?” Tigor menyahut.
“Biasa, asmanya kambuh. Aku harus segera pulang nanti, untuk urusan dekorasi aku serahkan pada kalian berdua ya, maaf.” Sesalnya.
“Tenang, kita berdua selalu siap untuk membantumu.” Tigor menepuk bahunya.
Naya, Lusi dan Tigor sudah bersahabat sejak awal masuk SMA karena mereka bertiga dinobatkan sebagai Trio Ngeyel karena selalu membantah perintah senior apabila dirasa permintaannya ngadi-ngadi alias di luar akal sehat dan tidak mendidik, saat masa ospek berlangsung.
“Terima kasih ya, Temanku.” Memonyongkan bibirnya seperti akan mencium.
“Nay, kebiasaan deh! Pantes gak ada cowok yang naksir sama kamu. Walaupun bodi oke, wajah cantik, kalau kelakuan minus ya males lah cowok mau deketin kamu.” Tigor menegur Naya yang suka melakukan tindakan-tindakan konyol dan menjijikkan.
“Aku melakukannya agar tidak ada cowok yang mendekatiku. Bikin pusing aja.” Ucapnya sombong.
“Idih, mulai deh sombongnya.” Lusi menarik lengan Tigor untuk keluar ruangan meninggalkan Naya.
Naya hanya tersenyum melihat dua sahabatnya itu melangkah keluar ruangan. Diambilnya buku agenda miliknya dan menyusul dua temannya menuju ke kantin sekolah.
****
Ketika bel tanda pulang sekolah berbunyi, Naya segera bergegas ke parkiran sekolah dan mengambil sepeda bututnya. Naya tidak pernah merasa malu megendarai sepeda pemberian bu Laras, karena itu akan membuatnya lebih cepat sampai rumah tanpa mengeluarkan tambahan ongkos. Sesimpel itu jalan pikiran Naya, begitu jauh dari kesan anak SMA yang kebanyakan ingin tampil modis.
Naya mengayuh sepedanya di bawah teriknya sinar matahari yang membakar kulit dengan penuh semangat. Dia ingin lekas sampai rumah dan bertemu dengan bapak. Butuh waktu dua puluh menit baginya untuk sampai rumah dengan kecepatan penuh sesuai kemampuannya.
Banyak teman sekolahnya yang menawarkan tumpangan, tapi Naya selalu menolak. Dia bukan tipe orang yang suka berhutang budi. Namun, karena kondisi ekonomi keluarganya, Naya dan orangtuanya terpaksa menerima kebaikan pemilik panti untuk tinggal di rumah kecil di bagian belakang panti. Itupun tidak mereka terima secara cuma-cuma, keluarga Naya bekerja di panti sebagai imbalannya.
“Naya pulang,” sapanya pada wanita paruh baya yang sedang menjemur pakaian penghuni panti.
“Eh, Naya sudah pulang. Apakah kamu beli obat asma punya bapak?” wanita itu Wati, ibu Naya.
“Iya bu, sudah Naya belikan.” Naya memarkir sepedanya dan mencium tangan ibunya yang kurus dan keriput.
“Segera cuci tangan dan ganti bajumu. Tadi bu Laras bilang ke ibu, kalau ada yang mau bu Laras sampaikan padamu.” Naya mengangguk dan masuk ke dalam rumah.
Rumah yang Naya tempati bersama bapak dan ibunya itu, dulunya sebuah gudang penyimpanan logistik panti karena berdekatan dengan dapur. Sejak lima tahun lalu, Naya tinggal di sini karena kebaikan pemilik panti yang mau menerima bapak dan ibunya sebagai tukang kebun dan tukang cuci di sini.
Tugas Naya sepulang sekolah adalah membantu pengurus panti menyelesaikan pekerjaannya, mengajak adik-adik bermain atau membantu membersihkan panti. Panti sosial ini adalah rumah singgah untuk anak yatim piatu, penyandang difabel, tuna wisma dan para lansia (jompo).
Naya sebagai anak tunggal, merasa betah tinggal di panti bersama banyak orang sehingga dia tidak kesepian lagi. Namun terkadang hatinya perih ketika melihat ada bayi baru yang dikirim dengan sengaja untuk diserahkan pada Laras dan lainnya.
“Pak, ini obatnya. Naya bantu minumkan ya.” Naya masuk ke kamar bapak setelah berganti pakaian dan makan siang.
“Hmm, makasih.” Basuki sudah seminggu ini terbaring lemah karena sakit asmanya kambuh.
Bila sedang kambuh begini, Basuki menjadi lebih pendiam dari biasanya. Mungkin karena napasnya akan sesak bila terlalu banyak bicara dan bergerak. Selesai membantu bapaknya minum obat, Naya bergegas menemui Laras di kantornya.
“Permisi, Bu. Boleh Naya masuk?” Naya masuk ke ruangan Laras yang pintunya sedang terbuka.
“Silahkan, Naya.” Laras menjawab dari balik meja kerjanya. “Duduk, Nay.”
Naya duduk di kursi yang biasanya dipakai untuk menerima tamu panti. Mata Naya berkeliling, melihat sekeliling ruangan dan menilai kapan sebaiknya dia membersihkan ruangan itu lagi.
“Sudah, jangan terus mencari pekerjaan. Sekali-kali, kamu boleh hanya bermain dan membantu menjaga adik-adik.” Rupanya Laras tahu apa yang sedang Naya pikirkan. “Naya, ada yang ibu ingin sampaikan padamu.” Laras
duduk di dekat Naya. “Apa Naya bersedia menjadi pengurus panti, membantu ibu dan yang lain?” tanya kepala panti itu.
“Maksudnya bagaimana, Bu? Naya tidak mengerti.”
“Jadi, ibu berpikir untuk merekrut Naya menjadi pengurus panti. Melakukan pekerjaan seperti yang biasa Naya lakukan, tapi mendapatkan gaji. Memang tidak besar, tapi bisa Naya jadikan uang saku atau tabungan. Gimana?”
“Wahh, Naya bersedia sekali, Bu.” Sahut Naya dengan mata berbinar senang.
Selama ini dirinya dengan tulus melakukan berbagai pekerjaan sebagai ucapan terima kasih pada pengurus dan pemilik panti, yang Naya tidak pernah temui, karena sudah bersedia menerima bapak dan ibunya bekerja di sini dan memberikan mereka tempat tinggal secara cuma-cuma.
“Selama lima tahun ini, Naya tidak pernah berubah dan selalu tulus membantu kami mengurus penghuni panti. Karena itulah pak Indra ingin merekrut Naya sebagai pengurus. Mengingat usia Naya sekarang sudah lebih dari tujuh belas tahun.”
Oh, jadi pemilik panti ini pak Indra namanya. Seperti apa ya orangnya? Semoga Tuhan selalu melindungi dan memberkati beliau karena sudah mendirikan panti ini untuk tempat kami berlindung, doanya dalam hati.
“Naya?” Laras membuyarkan lamunannya.
“I-iya, Bu.” Sahutnya tergagap.
“Ini kamu baca dulu, tidak perlu terburu-buru. Tanyakan bila ada yang tidak dimengerti, baru kamu bisa tandatangani.” Laras menyodorkan amplop cokelat yang bersi satu bendel surat kontrak dan ketentuannya.
“Ini Naya bawa dulu ya, Bu. Mau disampaikan ke ibu dan bapak dulu.” Setelah mengatakannya, Naya pamit pulang.
“Wah, aku akan punya uang untuk membantu bapak dan ibu membeli keperluan mereka. Wah, senangnya…” sepanjang koridor, tak hentinya Naya tersenyum dan menggumam bahagia.
Dia menghentikan langkahnya di depan pintu dapur, ketika dilihatnya ibu sedang mengambil piring dan mengisinya dengan makanan.
“Bu, mau ambilkan makan untuk bapak?” Ibunya hanya mengangguk. “Sini biar Naya yang bawakan, ibu bantu Naya bawa amplop ini.” Naya menyerahkan amplop di tangannya dan mengambil piring dari tangan ibunya.
“Ini amplop apa, Nay?” Wati membolak-balik amplop sambil terus berjalan mengikuti langkah putrinya.
“Itu awal kebahagiaan bapak dan ibu.” Naya begitu senang dengan apa yang berhasil dia dapatkan, satu langkah untuk membahagiakan orangtuanya telah terwujud.
****
Hai, Smart readers.
Bagaimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Tuhan. Jangan lupa ritualnya tiap selesai baca ya. Like, komen, tekan simbol hati, vote dan rate bintang lima ya.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Meri Marlinda
nyimak
2023-04-23
0
Fadhilatul Maslukha
semangat trus thor..
2021-04-10
1
Cicik Imut
aku hadir kak
2021-04-02
1