Indra Hartawan sangat mengenal putra sulungnya, bocah periang dan perhatian yang tumbuh menjadi pria dingin dan kaku karena pengalaman pahit kehidupannya. Alan kecil sudah harus kehilangan Elena, ibunya, saat usianya tujuh tahun karena overdosis obat tidur.
Elena muda yang lembut hatinya merasa kesepian karena selalu tinggal sendiri di rumah bersama putra semata wayangnya yang masih kecil. Indra muda sedang giat bekerja dan meniti karir hingga sering melupakan waktu dan keluarganya yang memerlukan kehadirannya.
Satu tahun kemudian, Darya datang mengisi kekosongan itu. Memberi Alan kasih sayang berlimpah dan juga sepasang adik lelaki dan perempuan. Namun karena kesibukan Indra membangun kerajaan bisnisnya, Darya menjadi kesepian dan mencari kesenangan di luar rumah bersama pria lain.
Darya menjadi tante kaya yang suka bermain dengan pria muda, hingga akhirnya sepuluh tahun lalu, Darya membunuh kekasih gelapnya yang berencana membunuhnya karena Darya mengatakan sudah bosan dan akan meninggalkannya. Kejadian itu membuatnya berakhir mendekam di penjara sampai saat ini.
Kejadian itu, membuat Alan dan dua adiknya kehilangan sosok ibu. Alan harus menjaga adiknya yang masih kecil dan dirinya sendiri agar tidak terluka dan terpengaruh dengan kejadian itu. Alan menjadi pria dingin dan menjauhi wanita, overprotektif pada dua adiknya hingga tekesan galak dan suka ikut campur.
Kehilangan dua wanita yang dia cintai, membuat Alan menilai wanita adalah makhluk egois yang bisa melakukan segala hal untuk mencari kesenangannya sendiri. Ibunya memilih kematian untuk mengakhiri penderitaannya, tanpa memikirkan kesedihan Alan bila kehilangannya. Darya juga melakukan hal yang sama, bahkan dia tega tinggalkan Dante dan Aletha, anak kandungnya untuk hidup bersama kekasih gelapnya.
Alan baru berusia tujuh tahun ketika Elena meninggal, usai yang sama ketika Dante kehilangan ibunya, Darya. Saat Darya tertangkap, Alan berusia tujuh belas tahun, Dante tujuh tahun dan Aletha lima tahun. Alan kehilangan hampir seluruh masa remajanya untuk menjaga dan mengurus adiknya, walau ada banyak asisten rumah tangga di istananya yang besar.
Hal ini yang membuat Dante segan sekaligus takut padanya, namun membuat Aletha begitu memujanya sebagai pangerang berkuda putih impiannya.
“Aku akan menikahimu.” Ucap Aletha saat Alan membantunya menyisir rambut ikalnya yang cantik.
“Hahaha, aku akan menunggumu tumbuh menjadi gadis cantik dan mempesona, Tuan Putri.” Sahut Alan.
“Baru juga dua belas tahun, sudah berpikir menikah. Pikiranmu terlalu cepat berkembang, Gadis Muda.” Ujar Dante yang sedang mengoleskan pome ke rambut tebalnya.
“Kau juga tak lebih dewasa dariku. Kerjamu hanya memikat gadis-gadis centil menjijikkan itu, bahkan saat usiamu baru empat belas tahun.” Ejek Aletha.
“Whohoho, sudah hentikan. Atau aku tidak akan memberi kalian uang saku hari ini.” Ancam Alan dan selalu berhasil membuat pertengkaran mereka berhenti.
Walau mereka berisik dan kadang menjengkelkan, namun Alan tulus menyayangi adiknya, mungkin karena merasa senasib. Kasih sayang yang tulus Alan berikan, membuat kedua adik tirinya melakukan hal yang sama padanya. Kini usia Alan 27th, Date 17th dan Alethea 15th.
****
Hari ini, setelah kunjungannya bersama ayahnya ke panti, Alan diam di kamarnya melewatkan waktu makan malam. Otaknya sibuk menyusun strategi untuk menggagalkan niat ayahnya menikahi gadis ingusan dari panti.
“Kak, apa kau tidur?” Aletha masuk ke kamar Alan tanpa mengetuk pintu.
“Kemarilah.” Sahut Alan menegakkan tubuhnya.
“Apa kau sakit? Papa menanyakanmu tadi kenapa tidak ikut makan bersama kami.”
“Aku malas berlama-lama melihat wajahnya. Tidak ingat usia.” Alan mulai bersungut. “Panggil Dante kemari.” Perintahnya kemudian.
Tanpa menunggu dua kali, Aletha berlari seraya berteriak memanggil kakaknya. “DANTE!”
Tak lama kemudian seorang remaja tampan datang dengan wajah ditekuk karena emosi. “Bisa gak kamu gak usah teriak?! Dan aku ini abangmu. Sopan sedikit.”
“Iya, maaf. Kak Alan memintamu menemuinya.”
Langkah Dante terhenti mendengar bahwa Alan ingin bertemu dengannya. Seingatnya, seharian ini dia bersikap wajar dan tidak membuat keributan di sekolah. “Kenapa?”
“Entahlah. Sikapnya aneh, tidak seperti biasanya. Raut wajahnya muram dan sepertinya sedang berselisih dengan papa.”
Dante mengangguk sekilas kemudian bergegas menuju kamar Alan. Dalam kondisi normal, Alan akan mencarinya sendiri atau menemuinya, bukan memanggilnya ke kamar. Dante paling takut bila diminta masuk ke kamar Alan, menurutnya kamar itu mirip seperti berada dalam lemari pendingin walau cuaca sedang panas.
“Kak, apa kau mencariku?” tanyanya takut-takut.
“Kalian, kemarilah.” Dua remaja itu berjalan dengan perasaan was-was mendekati Alan yang duduk di kursi besar di balik meja kerjanya.
“Papa berencana menikah lagi.”
“Oh itu, biarkan saja. Aku tidak ingin ikut campur urusannya.” Sahut Dante sinis.
Mereka sudah terbiasa dengan tabiat ayah mereka yang tidak bisa hidup tanpa ditemani wanita di sisinya. Hal itu sudah tidak masuk dalam pikiran Dante.
“Menikah? Bukannya papa pernah bilang bahwa tidak akan menikah lagi di perayaan ulang tahunnya ke lima puluh tahun. Dengan siapa papa akan menikah? Apa aku mengenalnya?” Aletha merasa terganggu dengan kabar itu.
“Tidak, kita tidak mengenalnya. Dia salah satu gadis dari panti Destiny.” Alan menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi.
“Gadis panti katamu? Usia berapa dia hingga masih pantas kamu sebut gadis, Kak?”
“Dia seusia denganmu, Dan. Delapan belas tahun.”
“APA?! Kamu serius?!” Aletha berteriak terkejut.
Alan tidak menjawab, hanya mengambil sebuah amplop dari dalam laci meja kerjanya dan menyerahkan amplop itu pada Aletha. Dengan marah dan penasaran, Aletha membuka amplop dan mengeluarkan beberapa lembar kertas di dalamnya.
“Apa ini?” tanya Aletha.
“Kamu lihat dulu. Itu data tentang calon ibu tiri kita.”
Dante mendekatkan kepalanya ke lembar kertas yang dipegang adiknya. Di situ tertulis lengkap informasi tentang gadis yang akan ayahnya nikahi dan sebuah foto ukuran postcard yang sepertinya diambil dengan sembunyi-sembunyi. Menampilkan gadis cantik sedang tertawa lepas.
“Wow, cantik juga untuk ukuran gadis panti.” Celetuk Dante. “Sepertinya dia tidak punya beban hidup, hingga bisa tertawa lepas begitu.”
“Diam kamu!” Aletha membentak Dante, melempar kertas dan amplop ke meja kemudian berlari keluar kamar.
“Hahaha, cemburu dia.”
“Dan, apa kamu tidak keberatan dengan ini?” Alan menunjuk foto di depannya.
“Keberatan juga tidak akan merubah keputusan papa untuk menikahinya. Asalkan jatah bulananku terpenuhi, aku tidak mau memikirkannya. Apalagi kali ini wanita yang akan dia nikahi seusia denganku, pasti akan seru ke depannya.” Dante duduk di tepi ranjang kakaknya.
“Dasar bocah!”
“Kak, sudah saatnya kamu berpikir untuk mencari wanitamu sendiri. Jangan hanya sibuk menghalau wanita-wanita di dekat papa. Tabiatmu jadi sinis dan dingin. Hidup itu butuh dinikmati.” Ucapnya acuh dengan otot wajah Alan yang mulai mengeras.
“Bisa tidak, kamu sedikit memikirkan keluarga kita? Kamu nantinya juga akan menjadi salah satu pemimpin di perusahaan papa. Jangan hanya memikirkan kesenanganmu sendiri.”
“Nanti, akan ada waktunya aku mengalami itu. Tapi untuk saat ini, aku ingin menikmati masa remajaku.”
“Kalau begitu sebaiknya kamu keluar. Aku mulai bosan melihat wajah meenyebalkan milikmu.” Alan membuang mukanya.
“Sori, Kak.” Dante melenggang keluar kamar dengan santai.
****
Yuk, sambil nunggu author up cerita selanjutnya. Jangan lupa tekan 'lope', like, komen, vote dan rate bintang 5 ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Ama
Mampir kak....
jgn lupa mmpir balik ke novelku
"Terjerat Cinta artis tampan"
2021-03-02
2
Ama
next thor😍
2021-03-02
2
Fitri Lin
lanjut...GPL...
2021-03-02
2