Bab 2 Keinginan Bapak

“Ibu makan saja dulu, nanti kita buka amplopnya sama bapak.” Naya meletakkan piring yang dibawanya tadi di sebuah meja yang biasanya mereka gunakan untuk makan bersama.

Rumah yang mereka tempati hanya terdiri dari dua buah kamar dan satu ruangan yang lebih luas dari kamar yang mereka tempati. Naya tidak memiliki ruangan khusus untuk makan atau menerima tamu karena mereka jarang kedatangan tamu seperti keluarga kebanyakan.

Kalaupun ada tamu, biasanya mereka akan berbincang di teras atau koridor panti. Untuk kegiatan kebersihan diri, mereka menumpang di kamar mandi panti. Begitu juga untuk urusan perut. Praktis rumah Naya hanya digunakan untuk beristirahat.

Setelah ibunya menghabiskan makannya, Naya mengajak Wati ke kamar bapaknya berikut amplop yang dia dapat dari Laras. Naya sudah tidak sabar memamerkan pada kedua orangtuanya bahwa sebentar lagi dia bisa membelikan obat asma bapak dan keperluan mereka menggunakan hasil keringatnya.

“Pak,” panggilnya lirih.

“Hmm.” Bapak menoleh ke arah pintu dan tersenyum melihat Naya, tangannya melambai meminta Naya mendekat. “Ada apa? Senang? Hhh…” tanya Basuki singkat.

“Pak, ini Naya punya berita bagus buat kita semua.” Naya meminta Wati duduk di tepi ranjang, sedangkan dia sendiri berdiri seraya membuka amplop seperti pembaca teks proklamasi.

“Tadi bu Laras manggil Naya ke kantornya. Beliau menawarkan pekerjaan untuk Naya.” Basuki menggerakkan kepalanya ke atas seperti bertanya, 'Kerjaan apa?'.

“Naya diminta menjadi pengurus panti, karyawan tetap seperti bu Laras, mbak Rini dan mas Bagas. Bagaimana, Pak, Bu?” Naya meminta pendapat.

“Apa kamu bisa, Nak? Jadi pengurus panti itu kerjanya banyak, tanggung jawabnya besar. Hubungannya bukan hanya dengan orang sekitar dan penghuni panti, tapi itu amanat dari Tuhan. Tidak boleh asal-asalan kerjanya.” Wati khawatir karena Naya masih terlalu muda, mudah goyah pendiriannya.

“Iya sih. Kalau bapak, bagaimana?”

“Bapak ingin Naya kuliah.” Basuki menghela napas pendek-pendek.

“Iya, Pak. Naya juga ingin kuliah. Nanti uang hasil Naya kerja di panti akan Naya gunakan untuk membayar biaya kuliah. Bapak ingin Naya jadi apa?”

“Orang berguna.”

“Hehehe, ini lebih berat lagi dari mengurus panti.” Naya tersenyum mendengar keinginan bapaknya.

Bapaknya melambai, meminta Naya mendekat. Basuki memegang tangan Naya erat dan berkata, “Lakukan yang membuatmu bahagia.” Lalu pria itu melambai lagi meminta Naya meninggalkannya.

“Ayo, Nay. Biarkan bapak istirahat. Kita bicara di luar saja.” Wati menarik lengan Kanaya agar mengikutinya.

“Bu, sepertinya bapak belum membaik. Apa tidak sebaiknya kita panggilkan dokter?”

“Nanti juga membaik. Lagipula, pinjaman kita pada panti sudah begitu besar. Ibu malu bila harus pinjam lagi.” Ucap ibunya sendu.

“Tidak apa, Bu. Nanti biar Naya yang membayar pinjaman kita menggunakan uang gaji Naya.” Ibu hanya tersenyum seraya membelai kepala Naya.

“Nay, kamu sudah besar. Ingat pesan bapak dan ibu, jangan pernah melakukan hal yang membuatmu tidak bahagia. Sudah cukup kamu merasakan ketidakbahagiaan selama bersama kami.”

“Ibu kok ngomongnya gitu? Seperti mau pergi jauh saja. Naya khan jadi sedih. Lagipula, Naya bahagia kok.” Naya memeluk ibunya erat.

“Jadi wanita itu harus kuat, tegar, tidak boleh lemah. Karena wanita itu tempat bersandar suami dan anak. Kita harus bisa menjadi penopang keluarga.”

“Iya, Bu. Akan Naya ingat pesan ibu. Lalu bagaimana dengan amplop ini?” Naya melambaikan amplop di tangannya.

“Pikirkan dulu baik-baik. Kalau kamu merasa sanggup, lakukan. Bapak dan ibu selalu mendukung pilihanmu.”

“Terima kasih, Bu.” Naya memeluk dan mencium pipi keriput ibunya.

****

Tak terasa acara perpisahan siswa kelas dua belas akhirnya digelar hari ini. Naya sudah sibuk sejak pagi untuk memeriksa kesiapan tim dan acara. Naya termasuk tipe perfeksionis dan teliti bila menyangkut pekerjaan.

“Lus, sudah kamu pastikan semua seksi siap ya?”

“Beres, Nay. Aman.”

“Tigor mana? Untuk area parkir dan keamanan, siap?”

“Tigor masih diskusi dengan pak Rudi dan satpam sekolah terkait itu. Kamu sendiri bagaimana? Mau jadi pasangan siapa nanti malam? Reza atau Akbar? Atau malah Rafli?”

“Apaan sih. Aku akan tetap menjadi ketua kegiatan. Sudah, kerja sana. Gosip aja kerjanya.” Naya melenggang meninggalkan Lusi yang sedang mencebik ke arahnya.

“Nay, Naya!” seseorang berteriak memanggil Naya.

Naya menghentikan langkahnya dan menengok ke belakang. Tiga pria yang Lusi sebutkan namanya tadi sedang berjalan cepat ke arahnya.

“Nay, untung ketemu kamu di sini.” Ucap Reza.

“Ada apa nih? Kok pada ke sini semua?” Naya kebingungan melihat tiga pria tampan sekolahnya menghampirinya bersamaan.

“Kami tidak mau saling tikung. Secara jujur kami mau meminta kamu untuk memilih menjadi pendamping acara perpisahan nanti malam bersama salah satu dari kami.” Timpal Akbar.

Reza, Akbar dan Rafli adalah tiga pria tampan dan memukau di sekolah Naya, mereka bersahabat dan digandrungi hampir semua siswi, kecuali Naya. Reza mantan ketua OSIS sebelum Naya. Akbar selalu menjadi juara umum di sekolah. Rafli kapten tim basket dengan fans yang sebagian besar cewek-cewek cantik di sekolah Naya.

“Kamu tentukan pilihanmu di depan kami semua. Agar sportif dan tidak ada yang sakit hati atau bermain curang.” Tambah Rafli.

“Apaan sih kalian? Naya tidak bisa memilih salah satu, karena…”

“Kalau begitu, kamu nanti temani kita bertiga ya.” Celetuk Reza. “Kita gak keberatan kalau kamu maunya begitu.” Disambut anggukan kedua teman lainnya.

“Bukan begitu, Naya tidak bisa menemani kalian nanti malam. Karena Naya sudah harus ada di rumah sebelum maghrib. Kalian pilih saja salah satu dari mereka, pasti mereka bersedia. Maaf ya.” Naya meninggalkan ketiga pria tampan yang sedang melongo mendengar jawaban Naya.

Reza yang pertama kali menengok ke arah yang tadi Naya tunjuk dengan dagunya. Ternyata di belakang mereka sudah ada beberapa siswi yang sedang tersenyum centil dan mengedipkan matanya ke arah mereka bertiga menunggu dipilih untuk dijadikan pendamping acara perpisahan.

“Waduh, bisa babak belur kita. Kabuuurrr…!” Reza berlari ke arah Naya pergi diikuti dua temannya.

****

Sudah hampir maghrib ketika Naya memarkir sepedanya di tempat parkir panti. Tidak biasanya halaman depan sepi dengan keliaran anak-anak yang bermain atau sekedar berkumpul melihat teman lainnya bermain.

Naya bersenandung lirih saat melewati koridor panti menuju rumahnya. Bahkan kantor Laras juga sepi dan pintunya tertutup. Tak ingin banyak berpikir, Naya terus saja melangkah. Hingga tiba di dekat rumahnya, suasana di hadapan Naya berbanding terbalik dengan yang dilihatnya sejak memasuki halaman panti.

Semua pengurus dan penghuni panti tumpah ruah di depan rumahnya, bahkan berdesakan di ruang tengah. Dan yang membuat Naya segera berlari, hampir semua yang ada di sana menangis. Bapak, batinnya.

Naya menyerbu kerumunan orang yang berada di rumahnya. Melihat Naya datang, semua orang secara otomatis membuka jalan baginya. Naya langsung menuju kamar bapak dan apa yang dilihatnya membuat lututnya lemas.

“Bapak! Ibu!” Naya menubruk tubuh bapak yang terbujur kaku di ranjang. Mengguncangnya dengan keras agar bapaknya bangun dan membuka mata.

“Bapak!” Naya meraung seperti singa kesakitan. Tak berhasil membangunkan bapaknya, Naya beralih pada tubuh ibunya, “Bu, Ibu. Ini Naya, Bu. Bangun, Bu!” Naya mengguncang tubh ibunya tak kalah keras dengan yang dilakukannya pada tubuh bapaknya.

“Pak! Jangan tinggalkan Naya. Bu! Naya takut sendirian.” Naya terus menangis meraung tanpa henti.

Semua yang hadir di situ turut menangis menemani kesedihan Naya yang kehilangan kedua orangtuanya sekaligus.

****

Terpopuler

Comments

Sapta Rini

Sapta Rini

😭😭😭😭

2022-02-07

0

an_na

an_na

😢😢😢
kasian banget Naya thor..
duh...😢😢😢

2021-08-12

1

Fadhilatul Maslukha

Fadhilatul Maslukha

nyampek sini udah bikin nangis thor..

2021-04-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kanaya Basuki
2 Bab 2 Keinginan Bapak
3 Bab 3 Sebatang Kara
4 Bab 4 Menerima Bantuan
5 Bab 5 Masa Lalu Alan
6 Bab 6 Tidak Setuju!
7 Bab 7 Wasiat Bapak
8 Bab 8 Aku Harus Bertindak
9 Bab 9 Opa Frans
10 Bab 10 Pemuda Songong
11 Bab 11 Menjadi Pusat Perhatian
12 Bab 12 Rencana Dante
13 Bab 13 Pangeran Berjaket Kulit
14 Bab 14 MONDAY (MONster DAY)
15 Bab 15 Jepang Terlalu Dingin
16 Bab 16 Gadis Penurut
17 Bab 17 Janji Dara
18 Bab 18 Luka Bakar
19 Bab 19 Monster
20 Bab 20 Hukuman Berat
21 Bab 21 Penyesalan Terbesar
22 Bab 22 Bayu Saputra
23 Bab 23 Mimpi Buruk
24 Bab 24 Penghinaan Terbesar
25 Bab 25 Bertamu
26 Bab 26 Terpaksa Memilih
27 Bab 27 Maaf, Aku Makin Membencimu
28 Bab 28 Hidup Sendiri dan Bekerja
29 Bab 29 Berpamitan
30 Bab 30 Menyelamatkan Harga Diriku
31 Bab 31 Gayung Bersambut
32 Bab 32 Mengawasimu
33 Bab 33 Menunggu Waktu
34 Bab 34 Tertahan Gengsi
35 Bab 35 Kebohongan Yang Salah
36 Bab 36 Di Atas Kertas
37 Bab 37 Satu Hari Empat Puluh Delapan Jam
38 Bab 38 Terbang
39 Bab 39 Dendam Seorang Francois Enrico Voerman
40 Bab 40 Pemotongan Paru
41 Bab 41 Bahaya Lainnya
42 Bab 42 Fokus
43 Bab 43 Perjodohan
44 Bab 44 Pengakuan Dante
45 Bab 45 Pria Aneh Lainnya
46 Bab 46 Mengigau
47 Bab 47 Ulang Tahun Lusi (1)
48 Bab 48 Ulang Tahun Lusi (2)
49 Bab 49 Pria Pembohong
50 Bab 50 Jurus Ampuh
51 Bab 51 Kejutan Sebelum Pergi
52 Bab 52 Aku Mohon, Lepaskan Aku
53 Bab 53 Minggu (Tidak) Tenang
54 Bab 54 Kebohongan Lainnya
55 Bab 55 Tempat Bersandar
56 Bab 56 Merindu
57 Bab 57 CLBK (Cerita Lama Belum Kelar)
58 Bab 58 Selamat Tinggal Masa Lalu
59 Bab 59 Menjadi Manusia Baru
60 Bab 60 Hadiah Ulang Tahun
61 Bab 61 Melepasnya Pergi
62 Bab 62 Tak Sanggup Berdiri
63 Bab 63 Bertemu Bapak
64 Bab 64 Belenggu Baru
65 Bab 65 Penyesalan
66 Bab 66 Pengakuan Alan (1)
67 Bab 67 Pengakuan Alan (2)
68 Bab 68 Pengakuan Alan (3)
69 Bab 69 Pengakuan Alan (4)
70 Bab 70 Proklamasi Cinta
71 Bab 71 Ujian Cinta (1)
72 Bab 72 Ujian Cinta (2)
73 Bab 73 Ujian Cinta (3)
74 Bab 74 Firework
75 Bab 75 Kencan Pertama
76 Bab 76 Kencan Petaka
77 Bab 77 Apakah Ini Saatnya?
78 Bab 78 Bersamanya, Saling Mencinta
79 Bab 79 Rugi Besar
80 Bab 80 Jauhi Dia!
81 Bab 81 Hubungan Darah
82 Bab 82 Sebuah Kebenaran (1)
83 Bab 83 Sebuah Kebenaran (2)
84 Bab 84 Mengatur Siasat
85 Bab 85 Akhir Cerita Cinta
86 Bab 86 Melepaskanmu
87 Bab 87 Pertemuan Indah
88 Bab 88 Kesempurnaan Cinta
89 Bab 89 Sangkar Emas Francois Voerman
90 Bab 90 Duniaku Runtuh
91 Bab 91 Goresan Luka
92 Bab 92 Kenangan (1)
93 Bab 93 Kenangan (2)
94 Bab 94 Tetaplah Bersamaku
95 Bab 95 Bertemu Lagi (1)
96 Bab 96 Bertemu Lagi (2)
97 Bab 97 Bertemu Lagi (3)
98 Bab 98 Paul Vanhoutten (1)
99 Bab 99 Paul Vanhoutten (2)
100 Bab 100 Pilihan Sulit
101 Bab 101 Menjemput Kanaya
102 Bab 102 Buku Tanpa Cover
103 Bab 103 Terlambat Datang
104 Bab 104 Tanpa Batas Waktu
105 Bab 105 Ingatan Yang Terkunci
106 Bab 106 Salju Pertama (1)
107 Bab 107 Salju Pertama (2)
108 Bab 108 Salju Pertama (3)
109 Bab 109 Salju Pertama (4)
110 Bab 110 Kembali Pulang
111 Bab 111 Merindukanmu
112 Bab 112 Aku Lelakimu
113 Bab 113 Dia (Hidup) Kembali
114 Bab 114 Teman Baik Tidak Berbohong
115 Bab 115 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (1)
116 Bab 116 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (2)
117 Bab 117 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (3)
118 Bab 118 Memilih Bahagia
119 Bab 119 Benarkah? (1)
120 Bab 120 Benarkah? (2)
121 Bab 121 Benarkah? (3)
122 Bab 122 Benarkah? (4)
123 Bab 123 Menghadapi Kenyataan
124 Bab 124 Berdamai Dengan Takdir
125 Bab 125 Membayar Utang
126 Bab 126 Kalah Telak
127 Bab 127 Almost Done
128 Bab 128 The Day Before Tomorrow
129 Bab 129 The Door of Happiness
130 Bab 130 Akhir Cerita Cinta (End)
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Kanaya Basuki
2
Bab 2 Keinginan Bapak
3
Bab 3 Sebatang Kara
4
Bab 4 Menerima Bantuan
5
Bab 5 Masa Lalu Alan
6
Bab 6 Tidak Setuju!
7
Bab 7 Wasiat Bapak
8
Bab 8 Aku Harus Bertindak
9
Bab 9 Opa Frans
10
Bab 10 Pemuda Songong
11
Bab 11 Menjadi Pusat Perhatian
12
Bab 12 Rencana Dante
13
Bab 13 Pangeran Berjaket Kulit
14
Bab 14 MONDAY (MONster DAY)
15
Bab 15 Jepang Terlalu Dingin
16
Bab 16 Gadis Penurut
17
Bab 17 Janji Dara
18
Bab 18 Luka Bakar
19
Bab 19 Monster
20
Bab 20 Hukuman Berat
21
Bab 21 Penyesalan Terbesar
22
Bab 22 Bayu Saputra
23
Bab 23 Mimpi Buruk
24
Bab 24 Penghinaan Terbesar
25
Bab 25 Bertamu
26
Bab 26 Terpaksa Memilih
27
Bab 27 Maaf, Aku Makin Membencimu
28
Bab 28 Hidup Sendiri dan Bekerja
29
Bab 29 Berpamitan
30
Bab 30 Menyelamatkan Harga Diriku
31
Bab 31 Gayung Bersambut
32
Bab 32 Mengawasimu
33
Bab 33 Menunggu Waktu
34
Bab 34 Tertahan Gengsi
35
Bab 35 Kebohongan Yang Salah
36
Bab 36 Di Atas Kertas
37
Bab 37 Satu Hari Empat Puluh Delapan Jam
38
Bab 38 Terbang
39
Bab 39 Dendam Seorang Francois Enrico Voerman
40
Bab 40 Pemotongan Paru
41
Bab 41 Bahaya Lainnya
42
Bab 42 Fokus
43
Bab 43 Perjodohan
44
Bab 44 Pengakuan Dante
45
Bab 45 Pria Aneh Lainnya
46
Bab 46 Mengigau
47
Bab 47 Ulang Tahun Lusi (1)
48
Bab 48 Ulang Tahun Lusi (2)
49
Bab 49 Pria Pembohong
50
Bab 50 Jurus Ampuh
51
Bab 51 Kejutan Sebelum Pergi
52
Bab 52 Aku Mohon, Lepaskan Aku
53
Bab 53 Minggu (Tidak) Tenang
54
Bab 54 Kebohongan Lainnya
55
Bab 55 Tempat Bersandar
56
Bab 56 Merindu
57
Bab 57 CLBK (Cerita Lama Belum Kelar)
58
Bab 58 Selamat Tinggal Masa Lalu
59
Bab 59 Menjadi Manusia Baru
60
Bab 60 Hadiah Ulang Tahun
61
Bab 61 Melepasnya Pergi
62
Bab 62 Tak Sanggup Berdiri
63
Bab 63 Bertemu Bapak
64
Bab 64 Belenggu Baru
65
Bab 65 Penyesalan
66
Bab 66 Pengakuan Alan (1)
67
Bab 67 Pengakuan Alan (2)
68
Bab 68 Pengakuan Alan (3)
69
Bab 69 Pengakuan Alan (4)
70
Bab 70 Proklamasi Cinta
71
Bab 71 Ujian Cinta (1)
72
Bab 72 Ujian Cinta (2)
73
Bab 73 Ujian Cinta (3)
74
Bab 74 Firework
75
Bab 75 Kencan Pertama
76
Bab 76 Kencan Petaka
77
Bab 77 Apakah Ini Saatnya?
78
Bab 78 Bersamanya, Saling Mencinta
79
Bab 79 Rugi Besar
80
Bab 80 Jauhi Dia!
81
Bab 81 Hubungan Darah
82
Bab 82 Sebuah Kebenaran (1)
83
Bab 83 Sebuah Kebenaran (2)
84
Bab 84 Mengatur Siasat
85
Bab 85 Akhir Cerita Cinta
86
Bab 86 Melepaskanmu
87
Bab 87 Pertemuan Indah
88
Bab 88 Kesempurnaan Cinta
89
Bab 89 Sangkar Emas Francois Voerman
90
Bab 90 Duniaku Runtuh
91
Bab 91 Goresan Luka
92
Bab 92 Kenangan (1)
93
Bab 93 Kenangan (2)
94
Bab 94 Tetaplah Bersamaku
95
Bab 95 Bertemu Lagi (1)
96
Bab 96 Bertemu Lagi (2)
97
Bab 97 Bertemu Lagi (3)
98
Bab 98 Paul Vanhoutten (1)
99
Bab 99 Paul Vanhoutten (2)
100
Bab 100 Pilihan Sulit
101
Bab 101 Menjemput Kanaya
102
Bab 102 Buku Tanpa Cover
103
Bab 103 Terlambat Datang
104
Bab 104 Tanpa Batas Waktu
105
Bab 105 Ingatan Yang Terkunci
106
Bab 106 Salju Pertama (1)
107
Bab 107 Salju Pertama (2)
108
Bab 108 Salju Pertama (3)
109
Bab 109 Salju Pertama (4)
110
Bab 110 Kembali Pulang
111
Bab 111 Merindukanmu
112
Bab 112 Aku Lelakimu
113
Bab 113 Dia (Hidup) Kembali
114
Bab 114 Teman Baik Tidak Berbohong
115
Bab 115 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (1)
116
Bab 116 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (2)
117
Bab 117 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (3)
118
Bab 118 Memilih Bahagia
119
Bab 119 Benarkah? (1)
120
Bab 120 Benarkah? (2)
121
Bab 121 Benarkah? (3)
122
Bab 122 Benarkah? (4)
123
Bab 123 Menghadapi Kenyataan
124
Bab 124 Berdamai Dengan Takdir
125
Bab 125 Membayar Utang
126
Bab 126 Kalah Telak
127
Bab 127 Almost Done
128
Bab 128 The Day Before Tomorrow
129
Bab 129 The Door of Happiness
130
Bab 130 Akhir Cerita Cinta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!