Bab 3 Sebatang Kara

“Naya, sudah nak. Jangan sampai tangismu menghambat jalan mereka menuju kedamaian. Kita doakan saja mereka, ya.” Laras meraih dan memeluk Naya dengan erat.

“Bu Laras, apa yang terjadi dengan orangtua Naya?” Kesedihan tergambar jelas pada sorot matanya.

“Tenangkan dulu dirimu, Nay. Itu ada dokter Lyla yang tadi sempat memeriksa mereka. Kamu bisa tanyakan pada beliau.” Laras menunjuk seorang wanita cantik berjas putih yang tersenyum ke arah Naya.

Dokter Lyla mendekati Naya dan memeluk bahunya. “Dik, tadi pak Basuki mengalami serangan asma. Ketika saya sampai, bapak sudah meninggal. Saya pastikan dan saya sampaikan ke bu Wati bahwa suaminya sudah meninggal.”

“Lalu apa yang terjadi dengan ibu Naya, Dok?” Naya menghapus airmatanya dengan kasar. Hati dan otaknya berontak, tidak terima dengan apa yang terjadi padanya.

“Ibumu terkena serangan jantung. Karena saya tidak membawa peralatan lengkap untuk situasi semacam ini, maka ibumu terlambat menerima pertolongan. Maafkan saya, Naya.” Dokter Lyla merasa ikut andil atas meninggalnya Wati karena dia gagal menyelamatkan pasiennya.

“Naya, yang sabar ya. Semua ini sudah garis takdir bapak dan ibumu.” Laras memeluk Naya lagi. Namun Naya berontak dan berlari keluar rumah dengan airmata terus mengalir di pipinya.

“Nay, Naya!” teriakan bu Laras tidak menghentikannya berlari. “Mari kita sucikan dulu jenazah pak Basuki dan bu Wati.” Segera saja para pelayat melaksanakan permintaan Laras.

Naya terus berlari tanpa arah hingga kakinya terantuk batu dan Naya jatuh tersungkur. Tangisnya semakin kencang karena badannya juga merasakan sakit seperti hatinya.

“Bapak, Ibu, bawa Naya serta. Naya takut sendirian.” Ratapnya disertai tangisan. Naya bersimpuh di atas tanah, airmatanya terus menetes.

Seorang pria tampan melihat Naya berlari dan terjatuh dari balik kaca mobilnya. Entah mengapa hatinya terasa perih melihat gadis belia itu menangis meraung meratapi kepergian orangtuanya. Dia seperti melihat dirinya sendiri dalam gadis itu.

“Ris, tolong kamu beritahu salah satu pengurus panti untuk membawa gadis itu pulang. Jangan biarkan dia terus menangis seperti itu. Aku benci melihat wanita muda yang rapuh.” Perintahnya pada sekretaris ayahnya yang mendampinginya melayat.

Haris, pria yang dia suruh tadi segera turun dari mobil dan bergegas melaksanakan perintah putra tertua majikannya.

“Nay, Naya.” Seseorang memanggil namanya seraya mengguncang bahunya pelan.

“Mas Bagas.” Naya memeluk pria di depannya yang sudah dianggapnya seperti abangnya itu dn menumpahkan semua kesedihannya di dada Bagas. “Bapak dan ibu Naya, Mas.”

“Sabar ya. Naya harus kuat. Bapak dan ibumu akan sedih melihatmu seperti ini. Bersedihlah secukupnya, jangan terlalu larut di dalamnya. Kamu pasti bisa melewati ini semua, Nay.” Bagas menepuk punggung Naya dengan lembut.

Hingga beberapa saat, Naya masih terus memeluk Bagas sampai tangisnya berangsur reda.

“Ayo kita pulang. Bapak dan ibumu akan disholati dan segera dimakamkan. Kasihan bila terlalu lama menunggu.” Naya mengusap sisa airmatanya dan mulai berdiri dengan bantuan Bagas.

Pemakaman kedua orangtua Naya dilakukan di tanah panti yang dikhususkan untuk tanah makam bagi penghuni panti yang tidak memiliki sanak saudara. Pemakaman berlangsung singkat namun khidmat. Para pelayat mulai meninggalkan makam, tersisa Naya, Bagas dan bu Laras.

“Nay, sebaiknya kita segera pulang. Hari sudah malam.” Ajak Laras.

Dengan berat hati, Naya berdiri dan bersandar pada Laras mulai melangkah meninggalkan makam yang masih basah.

“Untuk malam ini, sebaiknya kamu tidur bersama mbak Rini di kamar panti. Sampai kamu tenang dan bisa memutuskan.” Naya hanya mengangguk dan terus berjalan dalam dekapan Laras.

Setelah memaksa menelan tiga suap nasi, Naya meminum obat yang diberikan dokter Lyla agar lebih tenang. Nyatanya itu adalah obat tidur agar Naya bisa melupakan kesedihannya dan beristirahat malam ini. Naya tidur bergelung dalam kesedihannya setelah kepergian kedua orangtuanya.

****

Sehari, dua hari hingga tiga hari setelah kepergian orangtuanya, Naya hanya mengurung diri di kamar barunya bersama Rini. Sejak pagi hingga sore hari, Naya akan duduk diam di depan jendela dan memandang ke arah rumah kecilnya tempat bapak dan ibunya tinggal bersamanya.

Menjelang maghrib, Naya akan mulai menangis meraung mengingat kepergian bapak dan ibunya. Bu Laras semakin khawatir melihat kondisi Naya seperti itu. Lusi dan Tigor sudah datang menjenguk bersama Reza, Akbar dan Rafli. Namun tidak mampu mengundang tawa Naya yang selalu tersungging di bibirnya.

Naya seperti hidup dalam dunianya sendiri. Sudah tiga hari ini, Naya tidak makan. Segala upaya sudah diusahakan oleh pengurus panti. Tomo, lansia kesayangan Naya pun sudah menyerah membujuk Naya untuk makan, bahkan sekedar menanggapi cerita kesukaan Naya pun tidak berhasil. Si kembar Joni dan Doni juga tidak digubris oleh Naya.

Sampai hari ini, lima hari meninggalnya Basuki dan Wati, Naya hanya makan tiga suap tiap kali waktu makan. Kulitnya pucat, wajahnya tirus, tersisa tulang dan kulit pembungkus daging.

Sebuah Mercy hitam memasuki halaman panti, Rini berlari-lari mencari Laras dengan panik.

“Jon, kamu lihat bu Laras?” tanyanya pada Joni.

“Ndak lihat tuh.” Jawabnya singkat, tanpa mengalihkan matanya dari buku gambar miliknya.

“Ihh, jelas aja kamu gak lihat, nunduk gitu.” Rini melanjutkan pencariannya.

Di dekat ruang makan, Rini melihat ada Bagas sedang bermain dengan beberapa anak panti. Rini mendekatinya, berharap Bagas tahu keberadaan Laras.

“Mas Bagas, lihat bu Laras tidak?” tanyanya dengan nada selembut mungkin.

“Tadi aku lihat sedang berbincang dengan Naya di kamarmu. Coba kamu lihat ke sana.” Bagas kembali bercanda dengan Doni dan anak lainnya.

“Makasih, Mas Ganteng.” Ucapnya centil, lalu bergegas kembali ke kamarnya.

“Bu,” Rini sampai di depan kamarnya dan melihat Laras sedang berbicara dengan Naya.

Laras menoleh ke pintu dan melihat Rini yang berdiri di sana dengan napas terengah-engah. “Kamu ini kenapa, Rin? Kok seperti habis dikejar setan.”

“Bu, ini lebih menakutkan dari rajanya setan. Ada mobilnya pak Indra masuk ke halaman, Bu.” Ucapnya panik disertai gerakan heboh yang khas dari seorang Rini Rusnani, mantan penyanyi dangdut kampung Pahlawan.

“Halah, lihat mobilnya saja kamu heboh begini. Apalagi lihat pemilik mobilnya.” Tukas Laras seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Lho, bu Laras ini gimana. Kalau ada mobilnya berarti ada pemiliknya, Bu. Masa mobilnya datang sendiri tanpa penumpang?”

“Bisa saja itu pak Haris yang datang. Sudah sana, temui dulu siapapun yang datang.” Laras menyuruh Rini kembali ke depan.

Dengan wajah cemberut rini kembali ke depan. “Huh, hari-hari ngurusin anak yatim piatu yang hampir gila itu. Apa manfaatnya coba?” Sambil menggerutu, Rini berjalan ke depan seperti perintah Laras.

Sepeninggal Rini, Laras kembali duduk di sebelah Naya. “Nay, sepertinya orang suruhan pak Indra datang untuk menemuimu. Ayo kita temui, tidak sopan membuat mereka menunggu terlalu lama.” Bujuk Laras.

****

Tiga bab pertama sudah berhasil di up. Jangan lupa like, komen dan votenya ya. Tunggu lanjutan ceritanya ya, akan up setiap hari. See you.

Terpopuler

Comments

Fadhilatul Maslukha

Fadhilatul Maslukha

sabar naya....

2021-04-21

1

DIAN MARTA

DIAN MARTA

selalu ada yg julid yaaaaaa..... mbyak rini

2021-03-22

1

Fitri Lin

Fitri Lin

ikh mbk rini mulutnya jaaaahhhaaattt...

2021-03-02

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kanaya Basuki
2 Bab 2 Keinginan Bapak
3 Bab 3 Sebatang Kara
4 Bab 4 Menerima Bantuan
5 Bab 5 Masa Lalu Alan
6 Bab 6 Tidak Setuju!
7 Bab 7 Wasiat Bapak
8 Bab 8 Aku Harus Bertindak
9 Bab 9 Opa Frans
10 Bab 10 Pemuda Songong
11 Bab 11 Menjadi Pusat Perhatian
12 Bab 12 Rencana Dante
13 Bab 13 Pangeran Berjaket Kulit
14 Bab 14 MONDAY (MONster DAY)
15 Bab 15 Jepang Terlalu Dingin
16 Bab 16 Gadis Penurut
17 Bab 17 Janji Dara
18 Bab 18 Luka Bakar
19 Bab 19 Monster
20 Bab 20 Hukuman Berat
21 Bab 21 Penyesalan Terbesar
22 Bab 22 Bayu Saputra
23 Bab 23 Mimpi Buruk
24 Bab 24 Penghinaan Terbesar
25 Bab 25 Bertamu
26 Bab 26 Terpaksa Memilih
27 Bab 27 Maaf, Aku Makin Membencimu
28 Bab 28 Hidup Sendiri dan Bekerja
29 Bab 29 Berpamitan
30 Bab 30 Menyelamatkan Harga Diriku
31 Bab 31 Gayung Bersambut
32 Bab 32 Mengawasimu
33 Bab 33 Menunggu Waktu
34 Bab 34 Tertahan Gengsi
35 Bab 35 Kebohongan Yang Salah
36 Bab 36 Di Atas Kertas
37 Bab 37 Satu Hari Empat Puluh Delapan Jam
38 Bab 38 Terbang
39 Bab 39 Dendam Seorang Francois Enrico Voerman
40 Bab 40 Pemotongan Paru
41 Bab 41 Bahaya Lainnya
42 Bab 42 Fokus
43 Bab 43 Perjodohan
44 Bab 44 Pengakuan Dante
45 Bab 45 Pria Aneh Lainnya
46 Bab 46 Mengigau
47 Bab 47 Ulang Tahun Lusi (1)
48 Bab 48 Ulang Tahun Lusi (2)
49 Bab 49 Pria Pembohong
50 Bab 50 Jurus Ampuh
51 Bab 51 Kejutan Sebelum Pergi
52 Bab 52 Aku Mohon, Lepaskan Aku
53 Bab 53 Minggu (Tidak) Tenang
54 Bab 54 Kebohongan Lainnya
55 Bab 55 Tempat Bersandar
56 Bab 56 Merindu
57 Bab 57 CLBK (Cerita Lama Belum Kelar)
58 Bab 58 Selamat Tinggal Masa Lalu
59 Bab 59 Menjadi Manusia Baru
60 Bab 60 Hadiah Ulang Tahun
61 Bab 61 Melepasnya Pergi
62 Bab 62 Tak Sanggup Berdiri
63 Bab 63 Bertemu Bapak
64 Bab 64 Belenggu Baru
65 Bab 65 Penyesalan
66 Bab 66 Pengakuan Alan (1)
67 Bab 67 Pengakuan Alan (2)
68 Bab 68 Pengakuan Alan (3)
69 Bab 69 Pengakuan Alan (4)
70 Bab 70 Proklamasi Cinta
71 Bab 71 Ujian Cinta (1)
72 Bab 72 Ujian Cinta (2)
73 Bab 73 Ujian Cinta (3)
74 Bab 74 Firework
75 Bab 75 Kencan Pertama
76 Bab 76 Kencan Petaka
77 Bab 77 Apakah Ini Saatnya?
78 Bab 78 Bersamanya, Saling Mencinta
79 Bab 79 Rugi Besar
80 Bab 80 Jauhi Dia!
81 Bab 81 Hubungan Darah
82 Bab 82 Sebuah Kebenaran (1)
83 Bab 83 Sebuah Kebenaran (2)
84 Bab 84 Mengatur Siasat
85 Bab 85 Akhir Cerita Cinta
86 Bab 86 Melepaskanmu
87 Bab 87 Pertemuan Indah
88 Bab 88 Kesempurnaan Cinta
89 Bab 89 Sangkar Emas Francois Voerman
90 Bab 90 Duniaku Runtuh
91 Bab 91 Goresan Luka
92 Bab 92 Kenangan (1)
93 Bab 93 Kenangan (2)
94 Bab 94 Tetaplah Bersamaku
95 Bab 95 Bertemu Lagi (1)
96 Bab 96 Bertemu Lagi (2)
97 Bab 97 Bertemu Lagi (3)
98 Bab 98 Paul Vanhoutten (1)
99 Bab 99 Paul Vanhoutten (2)
100 Bab 100 Pilihan Sulit
101 Bab 101 Menjemput Kanaya
102 Bab 102 Buku Tanpa Cover
103 Bab 103 Terlambat Datang
104 Bab 104 Tanpa Batas Waktu
105 Bab 105 Ingatan Yang Terkunci
106 Bab 106 Salju Pertama (1)
107 Bab 107 Salju Pertama (2)
108 Bab 108 Salju Pertama (3)
109 Bab 109 Salju Pertama (4)
110 Bab 110 Kembali Pulang
111 Bab 111 Merindukanmu
112 Bab 112 Aku Lelakimu
113 Bab 113 Dia (Hidup) Kembali
114 Bab 114 Teman Baik Tidak Berbohong
115 Bab 115 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (1)
116 Bab 116 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (2)
117 Bab 117 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (3)
118 Bab 118 Memilih Bahagia
119 Bab 119 Benarkah? (1)
120 Bab 120 Benarkah? (2)
121 Bab 121 Benarkah? (3)
122 Bab 122 Benarkah? (4)
123 Bab 123 Menghadapi Kenyataan
124 Bab 124 Berdamai Dengan Takdir
125 Bab 125 Membayar Utang
126 Bab 126 Kalah Telak
127 Bab 127 Almost Done
128 Bab 128 The Day Before Tomorrow
129 Bab 129 The Door of Happiness
130 Bab 130 Akhir Cerita Cinta (End)
Episodes

Updated 130 Episodes

1
Bab 1 Kanaya Basuki
2
Bab 2 Keinginan Bapak
3
Bab 3 Sebatang Kara
4
Bab 4 Menerima Bantuan
5
Bab 5 Masa Lalu Alan
6
Bab 6 Tidak Setuju!
7
Bab 7 Wasiat Bapak
8
Bab 8 Aku Harus Bertindak
9
Bab 9 Opa Frans
10
Bab 10 Pemuda Songong
11
Bab 11 Menjadi Pusat Perhatian
12
Bab 12 Rencana Dante
13
Bab 13 Pangeran Berjaket Kulit
14
Bab 14 MONDAY (MONster DAY)
15
Bab 15 Jepang Terlalu Dingin
16
Bab 16 Gadis Penurut
17
Bab 17 Janji Dara
18
Bab 18 Luka Bakar
19
Bab 19 Monster
20
Bab 20 Hukuman Berat
21
Bab 21 Penyesalan Terbesar
22
Bab 22 Bayu Saputra
23
Bab 23 Mimpi Buruk
24
Bab 24 Penghinaan Terbesar
25
Bab 25 Bertamu
26
Bab 26 Terpaksa Memilih
27
Bab 27 Maaf, Aku Makin Membencimu
28
Bab 28 Hidup Sendiri dan Bekerja
29
Bab 29 Berpamitan
30
Bab 30 Menyelamatkan Harga Diriku
31
Bab 31 Gayung Bersambut
32
Bab 32 Mengawasimu
33
Bab 33 Menunggu Waktu
34
Bab 34 Tertahan Gengsi
35
Bab 35 Kebohongan Yang Salah
36
Bab 36 Di Atas Kertas
37
Bab 37 Satu Hari Empat Puluh Delapan Jam
38
Bab 38 Terbang
39
Bab 39 Dendam Seorang Francois Enrico Voerman
40
Bab 40 Pemotongan Paru
41
Bab 41 Bahaya Lainnya
42
Bab 42 Fokus
43
Bab 43 Perjodohan
44
Bab 44 Pengakuan Dante
45
Bab 45 Pria Aneh Lainnya
46
Bab 46 Mengigau
47
Bab 47 Ulang Tahun Lusi (1)
48
Bab 48 Ulang Tahun Lusi (2)
49
Bab 49 Pria Pembohong
50
Bab 50 Jurus Ampuh
51
Bab 51 Kejutan Sebelum Pergi
52
Bab 52 Aku Mohon, Lepaskan Aku
53
Bab 53 Minggu (Tidak) Tenang
54
Bab 54 Kebohongan Lainnya
55
Bab 55 Tempat Bersandar
56
Bab 56 Merindu
57
Bab 57 CLBK (Cerita Lama Belum Kelar)
58
Bab 58 Selamat Tinggal Masa Lalu
59
Bab 59 Menjadi Manusia Baru
60
Bab 60 Hadiah Ulang Tahun
61
Bab 61 Melepasnya Pergi
62
Bab 62 Tak Sanggup Berdiri
63
Bab 63 Bertemu Bapak
64
Bab 64 Belenggu Baru
65
Bab 65 Penyesalan
66
Bab 66 Pengakuan Alan (1)
67
Bab 67 Pengakuan Alan (2)
68
Bab 68 Pengakuan Alan (3)
69
Bab 69 Pengakuan Alan (4)
70
Bab 70 Proklamasi Cinta
71
Bab 71 Ujian Cinta (1)
72
Bab 72 Ujian Cinta (2)
73
Bab 73 Ujian Cinta (3)
74
Bab 74 Firework
75
Bab 75 Kencan Pertama
76
Bab 76 Kencan Petaka
77
Bab 77 Apakah Ini Saatnya?
78
Bab 78 Bersamanya, Saling Mencinta
79
Bab 79 Rugi Besar
80
Bab 80 Jauhi Dia!
81
Bab 81 Hubungan Darah
82
Bab 82 Sebuah Kebenaran (1)
83
Bab 83 Sebuah Kebenaran (2)
84
Bab 84 Mengatur Siasat
85
Bab 85 Akhir Cerita Cinta
86
Bab 86 Melepaskanmu
87
Bab 87 Pertemuan Indah
88
Bab 88 Kesempurnaan Cinta
89
Bab 89 Sangkar Emas Francois Voerman
90
Bab 90 Duniaku Runtuh
91
Bab 91 Goresan Luka
92
Bab 92 Kenangan (1)
93
Bab 93 Kenangan (2)
94
Bab 94 Tetaplah Bersamaku
95
Bab 95 Bertemu Lagi (1)
96
Bab 96 Bertemu Lagi (2)
97
Bab 97 Bertemu Lagi (3)
98
Bab 98 Paul Vanhoutten (1)
99
Bab 99 Paul Vanhoutten (2)
100
Bab 100 Pilihan Sulit
101
Bab 101 Menjemput Kanaya
102
Bab 102 Buku Tanpa Cover
103
Bab 103 Terlambat Datang
104
Bab 104 Tanpa Batas Waktu
105
Bab 105 Ingatan Yang Terkunci
106
Bab 106 Salju Pertama (1)
107
Bab 107 Salju Pertama (2)
108
Bab 108 Salju Pertama (3)
109
Bab 109 Salju Pertama (4)
110
Bab 110 Kembali Pulang
111
Bab 111 Merindukanmu
112
Bab 112 Aku Lelakimu
113
Bab 113 Dia (Hidup) Kembali
114
Bab 114 Teman Baik Tidak Berbohong
115
Bab 115 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (1)
116
Bab 116 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (2)
117
Bab 117 Tahun Baru, Hidup Baru, Semangat Baru (3)
118
Bab 118 Memilih Bahagia
119
Bab 119 Benarkah? (1)
120
Bab 120 Benarkah? (2)
121
Bab 121 Benarkah? (3)
122
Bab 122 Benarkah? (4)
123
Bab 123 Menghadapi Kenyataan
124
Bab 124 Berdamai Dengan Takdir
125
Bab 125 Membayar Utang
126
Bab 126 Kalah Telak
127
Bab 127 Almost Done
128
Bab 128 The Day Before Tomorrow
129
Bab 129 The Door of Happiness
130
Bab 130 Akhir Cerita Cinta (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!