Pengakuan

"Ya Ra bentar" sahut Cenza dan membuka pintu.

Dalam hati ia berdoa semoga Zara lekas keluar.

"Ada apa Ra? "

"Kak, Zara mau tanya, tadi Kak Cenza keluar sama siapa? pacarnya ya? "

"Tidak kok Ra, itu teman kantor Kak Cenza"

"oh kirain pacar, syukurlah kalo begitu Kak"

"Kok syukur? emang kenapa Ra? "

"Sebenarnya ini rahasia, tapi Zara mau Kak Cenza tau" kata Zara pelan.

Arka yang sudah bisa menebak isi kepala adiknya cuma bisa menggeram kesal di kamar mandi.

"Rahasia apa sih Ra? Kamu jangan buat Kakak penasaran deh"

"Kak, tadi sebelum Kakak pulang, Kak Arka mondar-mandir terus kayak setrikaan gitu, Kak Arka kayaknya suka juga deh sama Kak Cenza, hanya saja Kak Arka gengsi untuk bilang ke kak Cenza"

"Tidak mungkin Ra, kalau suka tidak mungkin selama ini Arka selalu cuek dan jutek sama aku"

Cenza sengaja mengeraskan volume suaranya

"Ssssttt, jangan keras-keras Kak, mati aku kalau Kak Arka tau Aku lagi gosipin dia"

Dalam hati Cenza tertawa, karena yang jelas Arka sudah mendengar percakapan mereka.

Arka di kamar mandi benar-benar gemas sama adiknya. Rasa-rasanya dia ingin keluar dan menjitak Zara.

"Ya sudah Ra, kakak mau istrahat dulu, besok baru kita lanjutkan"

"Ok kak, oh ya pinjam toilet bentar Kak, mau pipis, kebelet nih"

"Ooops sorry Ra, Aku juga kebelet, kamu pipis di kamar kamu saja ya" Cenza pura-pura meringis menahan pipis.

Zara pun segera keluar. Hampir saja jantung Arka copot dibikinnya. Apa jadinya kalau Zara sampai masuk ke kamar mandi.

Mendengar Zara sudah kembali ke kamar, Arka pun keluar dari kamar mandi.

Ia berhenti sebentar menatap Cenza yang juga balas menatapnya.

"Sorry Za untuk yang tadi. Aku janji tidak akan mengulanginya. Aku cuma lagi pusing" kata Arka dan berjalan ke pintu. Namun langkahnya terhenti karena tiba-tiba Cenza memeluknya dari belakang dengan sangat erat.

"Za, kamu ngapain? " tanya Arka terkejut

Cenza tidak menyahut, Ia menyandarkan kepalanya di belakang Arka. Menghirup wangi Arka sepuasnya.

"Za"

Cenza hanya diam. Arka meremas lembut tangan Cenza yang melingkar diperutnya , kemudian Ia berbalik menghadap Cenza.

Arka menatap mata Cenza, mata yang sekarang sedang menatapnya dengan penuh cinta.

Cenza mengalah, ia menyembunyikan wajahnya di dada Arka karena malu. Arka memeluk Cenza dan mencium rambut Cenza yang harum.

"Za, maukah kamu menjawab aku dengan jujur? "

"Kamu mau tanya apa Ka? sahut Cenza masih menyembunyikan wajahnya di dada Arka

" Serius kamu tidak pacaran sama cowok itu? "

Cenza menggeleng

"Za apakah kamu mau menjadi pacar aku? "

Cenza mengangguk dan semakin mempererat pelukannya. Arka merasakan dadanya hangat.

Ia meraih dagu Cenza dan menengadahkan wajah Cenza ke arahnya.

"Kenapa kamu menangis Za? "

"Karena aku sudah menunggumu mengatakan itu sejak lama Ka, aku sudah menyukaimu sejak pertama kita berkenalan. Aku... "

Belum selesai Cenza berbicara, bibirnya sudah dibungkam Arka dengan bibirnya.

Arka mencium Cenza menikmati manisnya bibir gadis itu. Cenza pun membalas ciuman Arka dengan penuh cinta. Dadanya seperti meledak karena bahagia. Cowok yang selama ini selalu ia hadirkan dalam mimpi-mimpinya sekarang berada dalam pelukannya, mencium dirinya dengan penuh cinta.

Arka melepas ciumannya. Jika ia tidak menyudahinya, ia kuatir mereka akan berakhir di ranjang Cenza. Tidak hanya Arka yang bergairah, Cenza pun sama bergairah nya dengan Arka.

"Sayang, Aku mencintaimu" bisik Arka di telinga Cenza, memberi kecupan lembut di telinga gadis itu, yang membuat Cenza merinding.

"Aku lebih mencintaimu Ka" jawab Cenza, matanya benar-benar dipenuhi cinta, dan Arka kembali memeluknya. Ia lega karena gadis yang selama ini diam-diam ia cintai ternyata menyimpan rasa yang sama dengan dirinya.

"Sekarang aku mau balik ke kamar, ganti bajumu dan segera istrahat" bisik Arka dan mengecup kening kekasihnya

"Selamat beristirahat sayang" balas Cenza dan mengecup bibir Arka. Nampaknya itu menjadi area kesukaan Cenza.

Arka membuka pintu, melihat sebentar membaca situasi dan melangkah keluar dari kamar Cenza.

Setelah Arka pergi Cenza melemparkan dirinya ke tempat tidur yang empuk. Memeluk guling dan tertawa sendiri. Ia berguling ke sana kemari membayangkan ciumannya dengan Arka.

"Ah indahnya" Cenza ingin sekali membagi kebahagiaannya dengan seseorang, ingin curhat, tapi ia bingung kepada siapa ia harus bercerita.

Sama halnya dengan Arka, ia pun tak bisa tidur. Ia masih merasakan lembutnya bibir Cenza yang tadi diciumnya.

Ingin sekali ia menelepon Cenza, tapi mereka tidak punya nomor satu sama lain.

Jika ia minta ke Zara adiknya, yang pasti burung beo itu akan heboh dan menceritakan ke seluruh dunia kalau kakaknya sedang jatuh cinta, karena meminta nomor Cenza bla bla bla...

Arka pun hanya bisa uring-uringan di kamar.

 

\*

 

"Good Morning Ma" sapa Arka pada mamanya yang lagi membantu Bi Inah di dapur

"Good Morning sayang, tumben kamu pagi-pagi sudah ganteng aja, mau ke mana? bukannya ini weekend? biasanya kamu tidur sampai siang"

"Arka mau joging Ma, olahraga biar sehat dan makin keren"

"Hmmm kau salah minum obat apa Ka? tidak seperti biasanya" kata Bu Riri sambil terus mengulek bumbu.

Cenza masuk, ia melihat Arka rasanya pengen peluk saja. Tapi mereka sepertinya belum berani menunjukkan hubungan mereka. Tanpa membuat kesepakatan mereka berdua sama-sama berpura-pura tidak terjadi apa-apa semalam.

"Pagi Tan, mau masak apa nih, Cenza bantuin yah"

"Pagi sayang, tidak usah, mending kamu joging saja biar sehat, kamu liat tuh si Arka mau joging, kamu tidak iri? "

Cenza melirik Arka seolah minta persetujuan, Arka mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum.

"Emang boleh ya Ka? " Cenza pura-pura bertanya

"Terserah" jawab Arka

dan tanpa menunggu perintah dua kali, Cenza sudah melesat ke atas, mengganti bajunya, memakai sepatu dan segera turun.

"Nah gitu kan bagus, daripada kamu di sini mending kamu temani Arka, benar kan Ka? "

"Terserah Mama deh mau bilang apa"

sahut Arka sambil berjalan keluar diikuti Cenza.

Sampai di luar mereka bersisian.

"Ka"

"Ya Sayang"

"Boleh aku pegang tangan kamu? "

Tanpa menyahut Arka malah merangkul pundak Cenza dan merapatkan tubuh Cenza ke arahnya.

Cenza kaget, "gimna kalau ada yang liat Ka? "

"Kan tadi kamu yang minta gandengan Za"

"Iya Ka, tapi kan... "

"Ssst" Arka menyilangkan telunjuknya di atas bibir Cenza. Cenza pun berhenti protes.

"Ka"

"Apa lagi? minta dicium? "

"Maunya" kata Cenza sambil mencubit perut Arka

"Aku belum punya nomor kamu Ka"

"Sini Aku save" ia mengambil ponsel di tangan Cenza dan mulai mengetik nomornya.

"Langsung miscall biar aku save nomor kamu"

Cenza pun memanggil nomor yang tadi diketik Arka, memanggil Hati-ku...

dan Arka menyimpan nomor Cenza di ponselnya dengan nama Penjaga Hati...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!