Tengah malam, jam sudah menunjukkan pukul 00.12 menit, Cenza belum bisa tidur, ia pun turun untuk mengambil minuman karena ia merasa sangat haus. Ia berjalan dalam gelap karena ia tidak tahu sakelar lampunya terletak di mana.
setelah menuangkan air ke dalam tumbler nya ia pun berbalik dan hendak balik ke kamarnya, namun Ia menabrak seseorang yang hendak masuk.
Dari wangi tubuhnya Cenza tahu itu Arka
"Oops Sorry, Aku tidak tahu letak sakelar nya, makanya Aku gelap-gelapan, sorry ya Ka"
kata Cenza, jantungnya berdetak tak karuan berada di dekat Arka.
"Lain kali hati-hati" sahut Arka dingin.
Ia menekan sakelar lampu dan ruangan pun terang benderang.
Cenza membatalkan niatnya untuk segera kembali ke kamar.
Ia bersandar di pintu dan mengamati Arka yang sedang sibuk membuat Kopi.
Arka yang merasa diawasi segera berbalik
"Masih ada yang perlu dibicarakan? "
"Aku belum bisa tidur, boleh kita mengobrol?"
"Apa hubungan kita sedekat itu? " Arka menaikkan sebelah alisnya
Tapi Cenza tidak menyerah.
"Karena sekarang Aku tinggal di sini, boleh dong Aku ingin dekat dengan penghuninya" senyum ramah yang manis menghiasi wajah cantik Cenza.
"Jangan buang-buang waktumu" wajah tampan itu datar-datar saja
Dengan cuek Arka membawa kopinya, dan berjalan ke ruang keluarga, sepertinya Arka juga sulit tidur makanya sudah jam begini Ia malah minum kopi.
Cenza mengikutinya.
Arka sepertinya hendak menonton karena Ia meraih remot TV, akan tetapi gerakannya terhenti saat menyadari Cenza mengikutinya.
"Ada apa? kok kamu buntuti Aku terus? "
suaranya menunjukkan rasa tak suka.
"Boleh Aku ikut menonton? “
Arka tidak menyahut, ia duduk dan mulai menonton. Cenza pun duduk di sofa sebelah kanan Arka.
Cenza benar-benar jatuh cinta pada Arka, melihat Arka membuat hatinya berbunga-bunga.
bukannya menonton Ia malah memperhatikan Arka.
Arka mulai risih menyadari Cenza memperhatikannya sejak gadis itu duduk di sana.
"Bisa kamu tinggalkan Aku sendiri? " pinta Arka
"Kenapa Ka? Aku mengganggu ya? "
"Ya sangat mengganggu" Arka mulai kesal
"Apakah kita tidak bisa berteman Ka? Aku hanya ingin mengenalmu"
"Sayangnya Aku tidak"
Arka kembali menonton acara yang sebenarnya tidak ia perhatikan, karena pikirannya sedang berkeliaran ke mana-mana.
Ia tidak habis pikir apa yang merasuki gadis itu sehingga berani-beraninya Ia berada di situ, di ruangan yang sama dengannya.
5 menit,...
10 menit,,..
"belum jalan juga" batin Arka
"Ehm Ka, besok sibuk tidak?"
"Entahlah" jawab Arka malas
"Temani Aku jalan dong Ka, biar Aku bisa cepat hafal jalan di sini"
"Sama Pak Arif saja".
"Sejak kapan Aku jadi sopirnya" gerutu Arka dalam hati.
Cenza mengalah, untuk hari ini usahanya sampai di sini.
"Ya sudah Aku nanti minta ditemani Pak Arif Saja. Aku ke kamar ya" Cenza berdiri berharap ada jawaban, tapi Arka sudah berubah jadi patung.
"Gemas pengen Ku jitak nih orang. Tidak ada sopan-sopannya ya sama cewek secakep Aku" gumam Cenza sambil berjalan ke pintu
"Barusan kamu bilang apa? “
"Aku bilang kamu cowok terkeren sekota ini" jawab Cenza jutek dan terus berjalan. Saat hendak membuka pintu kamar pundaknya dicekal seseorang, dan dia tahu siapa itu.
Arka mendorong tubuh Cenza sampai bersandar ke pintu kamar, dan meletakkan kedua tangannya ke pintu, di antara kepala gadis itu.
"Jangan terlalu berusaha Cenza, atau kamu sendiri yang akan kecewa dan terluka" Arka berkata penuh penekanan.
Yang diajak bicara hanya diam, Cenza sedang berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak kencang karena berada sedekat itu dengan Arka.
Tiba-tiba pintu kamar Zara yang berada di sebelah kamar Cenza terbuka, dan ia cuma melongo melihat posisi Arka dan Cenza, sebelumnya ia sedang membaca novel di kamar karena belum bisa tidur, namun ia mendengar suara Kakaknya meskipun sangat pelan. Karena penasaran makanya Zara pun keluar, dan apa yang dilihatnya sekarang.
Arka buru-buru mengangkat tangannya sebelum adik perempuannya berpikir yang macam-macam
"Wah, Aku terkejut" kata Zara sambil tertawa cekikan, takut membangunkan Papa, Mama mereka.
"Sorry karena sudah mengganggu" katanya kemudian kembali menutup pintu. Zara merasa heran juga karena bukannya tadi Kakaknya nampak cuek-cuek saja ya, tapi apa yang dilihatnya barusan membuat dia bingung.
Cenza hanya menatap Arka yang sudah berjalan meninggalkan Cenza yang masih bersandar di pintu.
Cenza masuk ke kamar dengan perasaan campur aduk, senang karena bisa menatap wajah Arka sedekat itu, tapi juga gugup karena kata-kata Arka.
"Apa maksudnya? " gumam Cenza.
Cenza terlelap setelah lelah menebak-nebak maksud Arka.
Minggu pagi Arka bangun pagi untuk berolah raga menenangkan pikirannya yang lagi kacau.
Semalam ia sulit untuk memejamkan mata. Wajah Cenza yang semalam memelototinya terus mengganggu pikirannya.
Setelah cukup puas Arka kembali ke rumah, ia berjalan dengan handuk kecil di pundaknya. Tubuhnya yang atletis hanya dibalut baju tanpa lengan dengan celana pendek.
Papa dan Mamanya sedang mengobrol di ruang keluarga bersama Cenza.
"Sayang, hari ini sibuk tidak? "
"Tidak kok Ma. Arka lagi malas keluar Ma, kalau Reno ke sini jemput Arka jalan, baru keluar"
"Papa sama mama kan mau ke luar Kota Ka, nanti di antar Pak Arif ke Airport, kamu tolong temani Cenza ya, biar dia familiar sama jalan di sini Ka"
"Aduh nanti sajalah Ma, sepulang Pak Arif dari Airport kan bisa Ma"
"Kita saja yang jalan Kak. Aku juga ikut, kalau Kak Reno mau ya sekalian saja di ajak biar seru" kata Zara yang tiba-tiba muncul dengan ide yang menurut Arka konyol.
"Ide bagus sayang" sambung Pak Ray yang kembali serius membaca koran di tangannya.
"Nah tuh Papa saja setuju sama Aku" kata Zara tanpa memperdulikan tatapan Kakaknya yang lagi kesal.
Cenza hanya jadi pendengar yang baik.
Cenza dan Zara turun bersama menemui Arka dan Reno yang sudah menunggu di bawah.
Cenza kelihatan sangat manis meskipun hanya memoles wajahnya dengan make up tipis.
Celananya yang pendek memamerkan kakinya yang putih mulus.
Reno melongo melihat Cenza
"Busyet, kece banget tuh cewek"
"Biasa saja" gumam Arka
"Ini mah luar biasa Bro"
"Hi Kak Reno, sudah lama ya? "
"Belum kok Ra"
"Oh ya kenalin, ini Kak Cenza"
Reno dan Cenza pun bersalaman dan memperkenalkan nama masing-masing.
Arka segera bangun diikuti Reno. Reno yang menyetir mobil, Arka duduk di sampingnya.
Reno, Zara dan Cenza sepertinya cocok. Mereka bertiga asik berbagi cerita, hanya Arka yang diam, sesekali mengotak-atik ponselnya.
"Nanti tinggal di apartemen atau tetap tinggal di rumah Om Ray, Za? "
"Awalnya setelah dapat Apartemen Aku mau pindah Ren, tapi Om Ray sama Tante Riri minta Aku tinggal di rumah Om Ray saja"
"Kan enakan di rumah Aku Kak, banyak yang bisa diajak ngobrol kalo susah tidur" kata Zara sambil melirik kakaknya.
Cenza yang sadar akan kata-kata Zara ikut melirik Arka, tapi yang dilirik pura-pura ****.
Reno yang melihat mereka dari kaca spion tengah melirik Arka, apalagi Zara sambil senyum-senyum jadi curiga.
"Maksud kamu apa Ra? "
"Ya gitu deh Kak. Tidak ada maksud apa-apa Kak, Kak Reno saja yang kepo" jawab Zara tapi masih melirik Kakaknya.
"Tapi dari tadi kamu kok melirik Arka terus, mencurigakan deh. Za maksud Zara apa?" Reno makin penasaran dan sekarang ia beralih ke Cenza.
"Apa-apaan sih Ren?" Arka yang dari tadi diam akhirnya bersuara.
"Itu Zara senyum-senyum terus sambil lirik-lirik kamu"
"Tau nih Zara" Cenza ikut memojokkan Zara. Ia memelototi Zara agar tidak meneruskan kekonyolan nya. Reno yang makin penasaran membuat Arka tidak nyaman.
Tapi Zara tidak mau berhenti, ia benar-benar senang bisa membuat kakaknya ketar-ketir.
"Kak Reno penasaran ya? tanya saja ke Kak Arka nya
" Nah tuh, apa Aku bilang, ada yang mencurigakan nih, ayo jujur" kata Reno sambil tertawa dan meninju lengan Arka.
"Jujur apa sih Ren, gila kamu bisa percaya tuh omongannya Zara"
"Hahahahaha kalian berdua mencurigakan, baru kenalan sudah mulai kucing-kucingan, ngobrolnya pas malam-malam, gitu ya Ra? "
"Bukan Aku yang bilang loh" kata Zara.
sepanjang jalan Reno dan Zara terus menggoda Arka dan Cenza tapi yang digoda kalem-kalem saja, tidak menanggapi sampai mereka berhenti karena dicuekin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments