SEPERTI QA'IS DAN LAILA
"Dan, pemenang penyanyi pendatang baru terfavorit tahun ini diraih oleh, Dhira Syah ...."
Gemuruh tepuk tangan para penonton yang hadir, mengembangkan senyum bangga di bibir gadis berusia delapan belas tahun pemilik nama itu. Dengan balutan gaun malam yang menjuntai gadis itu naik ke atas panggung yang selama setahun ini telah membesarkan namanya.
Andhira Kirana Syahputri, yang lebih dikenal dengan Dhira Syah. Putri satu-satunya Alvina Devi dan Afrizal Syahputra. Gadis cantik yang semakin terlihat anggun dan berkharisma dengan balutan hijab menutupi mahkota perempuannya.
Berawal dari iseng karena ditantang teman sekelasnya, Dhira mengikuti audisi kontes menyanyi. Siapa sangka suara emas yang biasa dia tunjukkan di panggung pentas perpisahan sekolahnya sekarang banyak dinanti-nantikan oleh penggemarnya yang nggak hanya dari kalangan remaja, tapi juga ibu-ibu pemburu menantu. Anda juga Bu?
"Makasih ...." ucap Dhira disertai senyum manis setelah menerima tropi dan juga beberapa hadiah.
"Assalamualaikum warahmatullahi waa barakatuh ... Alhamdulillah, Dhira nggak nyangka akan mendapatkan predikat sebagai pemenang penyanyi pendatang baru terfavorit." Dhira berusaha menahan harunya.
"Terima kasih Allah, ini semua berkatMu. Makasih buat Mami, Bunda, dan Mama, Dhira mencintai kalian. Buat Mbak dan Mas Nau, Mbak Din sama Mas Dafa, Mas Malik juga Mbak Mala, Mbak Ipeh ini kemenangan kalian. Makasih buat support kalian. Juga buat para penggemar Dhira, makasih sudah dukung Dhira sampai disini. Sekali lagi makasih buat kalian semua yang nggak bisa Dhira sebutin satu-satu. Assalamualaikum ...." Dengan senyum Dhira mengakhiri ucapan terima kasihnya.
Raut bahagia terpancar dari wajahnya. Seolah tak lelah, senyum mengulum mewakili kebahagiaannya. Dia berjalan ke arah Nauval yang duduk di barisan kursi penonton. Beberapa artis terkenal juga teman sesama kontestannya dulu, memberi selamat.
"Selamat ya Dek. Mas ikut senang," ucap Nauval tanpa uluran tangan atau pelukan. Hanya senyum yang dia berikan untuk luapan kebahagiaan.
"Dhira seneng bangeeetttt Mas ... Dhira pengen peluk Mami, Bunda sama Mama. Juga pamerin kemenangan Dhira."
"Nanti biar Mas yang minta cuti beberapa hari ke pihak manajemen kamu." Dhira hanya membalas dengan anggukan.
Rentetan acara selesai. Ditemani Nauval, Dhira keluar. Nauval memastikan keamanan Dhira dari kejaran pemburu berita. Setelah beberapa menit memuaskan hasrat para wartawan dengan berfoto dan menjawab beberapa pertanyaan mereka, Dhira dan Nauval berjalan menuju parkiran.
Permintaan Nauval untuk menunggu di lobi tidak diindahkan Dhira dengan alasan takut sendiri. Dia takut kalau tiba-tiba ada fans fanatiknya yang menyerang, siapa yang mau melindunginya?
"Seneng banget Mi .... Dhira nggak sabar pengen peluk Mami. Mas Nau nanti yang izinin Dhira ke Mak Pit," jelas Dhira ke wanita di seberang yang sudah setahun tak dijumpainya.
Berjalan di belakang gadis manis itu, Nauval tersenyum melihat rona bahagia yang dari tadi Dhira pancarkan. Sungguh, tiada apapun yang berarti buat Nauval selain senyum Dhira.
"Awas!" teriak Nauval. Dengan cepat dia tarik tangan Dhira dan merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Sebuah mobil meluncur dan menikung tajam.
"Aduh!" pekik Dhira. Gerakan cepat Nauval membuat kaki Dhira yang memakai heel terkilir.
"Apanya yang sakit Dek?" tanya Nauval tanpa melepas pelukannya, nada kecemasan terdengar dari suaranya. Namun, Dhira sadar dengan status publik figur yang dia sandang. Pelan dia dorong tubuh Nauval untuk membebaskan tubuhnya dan kembali menjaga jarak.
Meskipun setiap hari mereka bersama, tapi mereka bukanlah muhrim. Nauval dan Dhira tahu batasan yang harus mereka jaga. Dhira juga nggak mau segala gerak geriknya memancing para pemburu berita mengeksposnya dan menjadikannya konsumsi publik. Ada harga diri yang harus dia jaga selain harga dirinya sendiri.
"Kayaknya kaki Dhira terkilir Mas ...." ucap Dhira menahan sakit.
"Yang mana?" seru Nauval. Dia tunjukkan kecemasannya dengan bertekuk lutut dan memastikan sakit yang Dhira keluhkan.
"Nggak usah sampai kayak gitu Mas." Dhira memundurkan tubuhnya. Sekali lagi, dia berusaha menjaga image nya sebagai seorang artis muda yang baru naik daun.
"Kamu tunggu sini aja, aku ambil mobilnya."
Nauval lajukan mobilnya di tengah lengangnya jalanan ibukota. Jam menunjukkan setengah satu dini hari. Namun, tak serta membuat kota ini tidur, hanya lengang bukan berarti tidur.
"Kamu sudah telpon Naura sama Dinda buat nyambut kamu di lobi?" Pertanyaan Nauval tak dihiraukan Dhira. Pemenang award penyanyi pendatang baru itu lebih memilih sibuk membalas setiap ucapan selamat di akun sosmednya. Nauval lebih memilih diam dan konsentrasi dengan setirnya.
Senyum itu masih belum pudar.
"Astaga, Mas! Kemal Abdullah mengirimkan ucapan selamat buat aku!" Dhira melonjak girang sambil memamerkan ponselnya ke Nauval. Nauval menoleh sekilas lalu tersenyum.
"Mas Nau tau kan siapa Kemal Abdullah? Pembalap terkenal dari Singapura. Dia asli Indonesia loh Mas, kabarnya kontraknya udah habis, dia mau pulang ke Indonesia. Sambil nunggu kejuaraan selanjutnya ... ... ..." cerocos Dhira. Dia adalah pengagum Kemal Abdullah.
'Lebih dari yang kamu tahu, aku tahu siapa dia,' batin Nauval.
"Semoga besok Dhira diberi kesempatan buat ketemu dan foto bareng sama dia," ujar Dhira penuh pengharapan.
'Andai kamu tahu siapa dia!' Nauval masih bicara dalam batinnya. Dia tidak mau, semua kebenaran yang dipendam selama belasan tahun terungkap dari mulutnya.
Memasuki area apartemen elite di Jakarta. Terlihat Naura dan Dinda berdiri di depan pintu masuk apartemen. Senyum bahagia mereka berdua, sudah tersungging saat melihat mobil yang mereka kenali. Dinda dengan setelan baju tidur panjang berbahan satin motif bunga sedang Naura dengan daster batik, keduanya juga memakai kerudung berwarna senada.
Nauval menghentikan mobilnya tepat di depan mereka. Tanpa menunggu aba-aba, dua gadis yang usianya hanya terpaut satu tahun itu membuka pintu sedan keluaran terbaru milik Nauval.
"Congratulation ...." pekik Dinda. Usianya baru sembilan belas tahun tapi bentuk tubuhnya seperti janda anak dua. Tubuh adik Dafa ini padat berisi. Montok bin bahenol.
"BarakAllah ...." pekik Naura dan Dhira bareng. Mereka mengoreksi ucapan selamat yang dilontarkan Dinda.
"Iya deh, maap. Ampun dah, kalau berurusan dengan mahasiswi sastra Arab. Kenapa nggak sekalian dulu kuliah di Kairo sono!" seru Dinda. Naura tersenyum manis, sindiran itu untuknya. Karena Dhira memilih untuk fokus berkarir.
"Uhuk uhuk. Kalian tiap hari ketemu, tiap hari bareng, tapi kalau udah ketemu masih saja kayak dunia milik kalian ya ... Mas disini kayak ...."
"Cambah pendek di rawon," sahut ketiganya kompak.
Kalian tahu cambah kan? Nah, toge! Cambah itu bahasa jawa. Kalau makan Rawon, pasti nemu toge pendek kan? Mereka bertiga nggak doyan, jadi nasib toge pendek di piring rawon mereka, ada di pinggiran yang mereka sisihkan.
Tawa mereka meledak.
Dhira turun dari mobil dengan tertatih-tatih menahan sakit di kakinya.
"Loh, kenapa kakimu Dek?" tanya Dinda dan Naura kompak.
"Sakit ... terkilir Mbak ...." ucap Dhira dengan nada manja. Dengan sigap Naura menunduk dan memastikan kondisi kaki Dhira. Dia lepas sepatu hak tinggi yang masih menempel di kaki Dhira. Tanpa menunggu perintah, Nauval menenteng sepatu Dhira.
"Besok ke Mbak Mala ya. Kayaknya sedikit bengkak," ujar Naura. Dhira menjawabnya dengan senyum manis.
"Ini sakit banget loh Mbak Din ... Dhira nggak bisa jalan selangkah pun." Dhira dengan memasang wajah memelas. Nauval tersenyum melihat tingkah manja Dhira.
Seolah mengerti, Dinda ikut jongkok sambil melipat tangan kirinya menggenggam lengan atasnya sendiri membentuk L, Naura pun melakukan hal yang sama. Lalu Dhira mengaitkan genggaman tangannya ke lengan Naura, begitu pun sebaliknya. Dan tanpa takut jatuh Dhira duduk di tengahnya dengan senyum mengembangkan pipinya. Sekali lagi tingkah konyol tiga gadis manis ini membuat Nauval tersenyum, kali ini sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Bagaimanapun, mereka adalah gadis kecil Nauval.
Naura adalah adik kandungnya, dia di besarkan dengan menganggap Bunda Lilin, Ibu yang melahirkannya. Dinda, adik satu-satunya Dafa, meskipun beda ayah, Dafa sangat menyayangi Dinda. Dafa mempercayakan adik semata wayangnya itu ke Nauval selama kuliah di Jakarta. Dan Dhira, Nauval juga menganggapnya adik, tapi dengan rasa yang berbeda.
"Nih, ongkosnya apaan?" seru Dinda.
"Kecupan basah dari seorang Dhira Syah, wakakakak ...." Dhira dengan tawa memecah di lobby apartemen.
"Dek, jangan lebar-lebar." Naura yang di sambut dengan bungkaman telapak tangan Dhira ke mulutnya.
"Awas jatuh!" seru Nauval yang sedari tadi berdiri di belakang Dhira, takutnya tuh gadis mungil terjungkal kebelakang. Sambil menenteng sepatu dan tas Dhira, Nauval menekan tombol akses ke apartemen mereka.
Canda dan tawa tergelak di antara mereka bertiga. Setelah memastikan mereka masuk ke dalam hunian yang ketiga adiknya tempati, Nauval kembali pulang ke rumah kecil yang Alvina belikan atas namanya.
Dia rebahkan tubuhnya di atas kasur king size di kamarnya. Lelah dia rasakan saat sendiri. Dia terpaksa melipat beasiswa S2 nya ke London secara diam-diam, demi menjadi pengawal pribadi Andhira Kirana Syahputri. Putri satu-satunya Alvina dan Rizal. Untuk sebuah kebahagiaan baginya saat melihat senyum manis gadis beda dua belas tahun dengannya itu merekah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Qiana
Waaaahhh maaf tak berkunjung 🙏
2022-08-26
1
Rini Antika
kirain mau bilang nama Rini Antika pemenangnya..🤭, Salken ya kak, aku mampir nanti bacanya nyicil, smg berkenan mampir jg ke karya saya yg msh pemula..🙏
2022-08-10
0
Author yang kece dong
aku mampir kaka
2022-05-11
0