•> BAB 5 <•

Kemal tidak berhenti menyunggingkan senyumnya, betapa bahagia itu tidak bisa digambarkan. Setelah delapan belas tahun dia akan bertemu kembali dengan wanita yang membesarkannya. Meskipun dia bukan ibu yang melahirkannya, tapi Kemal sangat mencintai wanita yang dia panggil mami.

Kedua jempolnya tidak berhenti bergerak, memberikan kabar gembira ini pada pria yang dia panggil BiQi. Pertemuan tanpa sengaja akan dia ciptakan antara mami dan BiQi nya. Setidaknya rindu yang menggunung selama delapan belas tahun, akan mencair dengan tatapan yang meraung.

Sedangkan Nauval, dia terdiam. Wajahnya tanpa ekspresi. Dia takut, kemunculan Kemal akan memupus segala rasa. Akan menghapus keberadaannya, memutus asa yang lama dia rajut dan membuatnya hangus seketika. Di hadapan Dhira.

Nauval sedikit terkesiap, tapi dia tidak terkejut. Sudah pasti Kemal yang memanggil Bae untuk datang. Dan Alvi pasti tidak mengizinkan Bae masuk, karena Bae masih berdiri dengan resah di sebelah mobil sport keluaran terbaru miliknya.

"BiQi, ayo masuk bareng kami aja!" seru Kemal. Tanpa menunggu ajakan yang kedua kali, Bae masuk ke kursi penumpang.

"Apa kabar BiQi?" Nauval mengulurkan tangannya lalu mencium punggung tangan Bae takdzim.

Pintu pagar belum terbuka.

Tanpa banyak bicara Nauval turun, untuk memberi tahu Pak Agus dia yang datang.

Pak Agus, satpam setia Rizal, yang berusia hampir enam puluhan tapi fisiknya masih kuat. Berulang-ulang Alvina menyuruhnya untuk istirahat di rumah saja. Namun, merasa berhutang budi, karena kedua anaknya diberi jalan kesuksesan, Pak Agus berkilah kerjanya cuma duduk santai dan membukakan pagar saja.

"Pak Agus, ini Nauval."

"Bentar nggeh Mas Nauval." Pak Agus dari celah pagar. Nauval mengangguk. Paham dengan peraturan rumah yang nggak sembarang orang bisa masuk, Nauval berdiri mematung. Dia masih berusaha terlihat santai meskipun sebenarnya debar di jantungnya tak beraturan. Membayangkan apa yang akan berlaku setelah Dhira bertemu dengan idola yang diidam-idamkan, Kemal Abdullah.

Mengerti apa yang terjadi di depan pintu pagar. Bae keluar, dia pindahkan mobil sport nya menjauh dari rumah Ibu Rizal. Semenjak Ibu Rizal berpulang, Alvina tinggal di sana bersama Dhira, Ifah dan Pak Agus.

"Mas Nauval sama siapa?" tanya Pak Agus dari balik celah lagi.

"Iya Pak, oh sama Kemal juga ... BiQi." Sedikit gamang dia menyebutkan nama Bae, tapi setidaknya dia tidak berbohong dengan menyebut BiQi.

Nauval berdiri menunggu lagi. Dia sangat paham karakter wanita yang dia panggil tante itu. Sahabat karib bundanya. Orang baik, tapi paling tidak suka kalau privasinya dilanggar meskipun oleh orang terdekatnya.

"Monggo Mas."

Setelah aba-aba Pak Agus, Nauval kembali ke kemudinya.

"Seribet ini mau masuk rumah Mami?" tanya Kemal. Nauval hanya mengangguk. Emosinya campur aduk, membayangkan apa yang akan terjadi. Entah drama apa yang akan disuguhkan bentar lagi.

"Dia nggak suka privasinya disentil Tuan Abdullah ...." Bae dari kursi belakang.

Memasuki kediaman Ibu Rizal. Rumah itu masih sama, rumah besar dengan gaya klasik, air mancur dan taman itu masih sama. Nauval memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Alvina.

"Assalamualaikum ..."

Semua terkesiap dengan dua orang yang datang bersama Nauval.

"Waalaikumsalam warahmatullah." lirih suara Alvina tercekat melihat sosok yang pernah mengisi hidupnya. Tubuhnya tak lagi bergetar melihatnya, hatinya sudah tak merasakan candu yang dulu pernah beradu dalam rindu. Karena kini, tempat itu masih diisi dengan cinta penuh sesal yang membatu.

"Dia BiQi, Tante Alvi." Nauval seolah paham dengan tatapan tajam Lilin padanya.

"Waalaikumsalam, silahkan duduk!" seru Dhira. Hanya dia yang terlihat senang, bisa melihat sang idola berdiri di depannya. Siapa sangka jika mimpinya bisa terwujud dengan cepat.

"Ifah, tolong bikinin teh lemon tanpa gula dan jus alpukat untuk tamu kita. Untuk kita, seperti biasa," ucap Alvina datar.

"Tunggu, tunggu! Jus alpukat kesukaan Kemal, lalu teh lemon tanpa gula? Berilah aku sedikit rasa manis dalam hidup, Dear ... Aku satu teh manis hangat aja." Ucapan Bae membuat Dhira terheran.

'Dear? Panggilan itu buat Mami kah?' Dhira bermonolog.

Keberadaan Kemal tak menarik lagi. Pria dengan setelan jas berwarna navy itu kini lebih menarik perhatian. Wajahnya tampan, mirip dengan Kemal Abdullah. Lesung pipi dan senyum menawan, meskipun rambut sudah beruban tetap saja menarik perhatian.

"Mami ...." Kemal berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Alvina yang duduk di sebelah Dhira. Dia ingin menumpahkan semua rindu yang tertawan dalam cawan kegalauan.

Semakin tercengang lah Dhira. Mami? Kemal Abdullah memanggil wanita yang melahirkannya mami?

Langkah Kemal berhenti karena acungan lima jari Alvina. "Ingat Kemal, kita bukan muhrim. Jaga batasanmu!" seru Alvina.

"Ada apa ini Mi? Siapa pria itu, terus apa hubungan Mami dengan Kemal Abdullah? Kenapa dia juga memanggil Mami?" Dhira menebus penasarannya dengan bertanya. Alvina melirik ke arah Lilin.

"Biar Bunda yang jelasin, yuk Nduk!" seru Lilin sambil menggamit lengan Dhira. Meskipun berusaha menunjukkan wajah keberatan, tapi Dhira mengikuti langkah Lilin masuk ke kamarnya di lantai atas.

Dhira masih melihat ke ruang tamu dimana maminya berdiri dari duduknya. Dia penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang selama ini tidak dia ketahui? Ada hubungan apa maminya dengan Kemal Abdullah?

"Mi, izinin Kemal peluk Mami ... Bukannya Kemal putra Mami juga?" Pembalap muda itu mengiba, dia bahkan bertekuk lutut di depan Alvina.

Spontan langkah Dhira terhenti. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dia dengar. 'Kemal putra Mami? Apa yang Mami rahasiakan dariku?' batin Dhira. Dia ingin melangkah kembali, tapi Lilin menarik tangannya.

"Bunda yang akan jelaskan!" Lilin menegaskan.

"Nau, bawa Kemal pergi dari sini dulu. Akar dari masalah ini adalah aku. Biar aku yang menyelesaikan dengannya dulu!" Perintah Bae.

"Masalah apa yang belum diselesaikan? Masalah kita sudah selesai!" sentak Alvina lalu membalikkan tubuhnya hendak pergi. Namun, langkahnya terhenti. Kemal jatuh tersungkur karena berusaha menghentikan langkah Alvina dengan memaut pergelangan kaki Alvina.

"Kemal mohon Mi, jangan acuhkan Kemal! Sehari saja, izinkan Kemal merasakan kasih sayang Mami seperti dulu! Kemal janji setelah itu, Kemal nggak akan minta apapun lagi." Kemal terisak, sesak di dadanya menjadi isak yang mengesak. Seorang Kemal Abdullah menangis di kaki Alvina.

Air mata Alvina menetes, dia juga menangis. Hatinya juga sakit. Tidak seperti ini yang dia inginkan, tapi apa yang dia lakukan adalah suatu hakikat. Bagaimanapun Kemal bukan putranya, dia hanya melaksanakan amanat dari Sarah. Merawat putra dan suami yang baik hati padanya.

"Jika kamu marah atas kedatanganku, aku pergi. Aku hanya ingin memastikan apa kamu baik-baik saja. Jangan seperti ini, ini bukan kamu, Dear!" seru Bae. Alvina masih berdiri membelakangi mereka.

Nauval berjalan mendekati Kemal lalu membujuknya untuk bersabar dengan isyarat matanya.

"Mami ... Mami Kemal minta maaf, jika Mami masih marah dengan kejadian delapan belas tahun lalu. Andai Kemal bisa milih, Kemal pengen di posisi Ayah! Kemal masih mengutuk diri Kemal sendiri, kenapa bukan Kemal saja! Kenapa harus Ayah?" pekik Kemal sambil terisak. Nauval memeluknya.

"Sabar Dek, nanti aku bantu membujuk Tante Alvi! Sekarang ikut aku dulu!" Nauval mengajak Kemal keluar dari kediaman Ibu Rizal dan membawanya melesat dengan sedan keluaran terbaru hadiah ulang tahun dari Bae.

Hanya ada Alvina dan Bae. Dua insan yang pernah menautkan rasa, yang terpisah karena salah menganggap cinta mereka suatu dosa. Terombang ambing hati ibarat kapal itu. Saat satu hati sudah menemukan pelabuhannya, akankah masih mencari dermaga untuk bersandar? Meskipun pelabuhan itu sudah mati tapi cinta itu terlanjur terpatri. Dan sekarang dermaga itu datang menawarkan tempat bersandar, haruskah, itu pertanyaannya.

Alvina mengepalkan tangannya dan mencengkeramnya erat untuk menahan emosinya sendiri. Kuku panjangnya melukai telapak tangannya, sedikit darah mengalir.

"Kamu terluka!" Bae meraih tangan Alvina. Alvina terkesiap, dia berusaha menarik tangannya. "Dear ku, nggak pernah menyakiti orang lain. Apa yang merubahmu sampai seperti ini?" Bae menarik paksa Alvina ke arah dapur. Bae mengguyur telapak tangan Alvina yang terluka dengan kucuran air dari wastafel.

"Hish, auw ... Perih Bae!" pekik Alvina. Bae tersenyum nakal.

"Aku merindukan nama itu kau panggil. Panggil dengan benar dong Dear ...." seru Bae sambil mengeringkan tangan Alvina dengan lap di sebelah wastafel.

"Jaga batasanmu!" Alvina menarik tangannya kasar. Bae tertawa keras. Tawanya masih sama, membentuk lubang di pipinya yang mampu membuat semua wanita terperosok ke dalamnya.

"Aku belum menyentuhmu! Aku baru menyentuh kain penutup tubuhmu. Aku tahu batasanku! Kalau tidak, sudah aku lakukan dari dulu!" sentak Bae sinis. Alvina terdiam.

"NGGAK MUNGKIN BUNDA! AKU MENCINTAINYA!"

Terpopuler

Comments

Lovallena (Lena Maria)

Lovallena (Lena Maria)

mampir kak 🤩
jangan lupa mampir juga di 30 hari mengejar badai 🥰

2021-09-11

1

💖 Masitah Azzahra 💖

💖 Masitah Azzahra 💖

mesakno kemal, marai aq pengen nangis maneh 😭😭😭

2021-08-16

6

𝆯Ꭱyana 𝓐𝓭𝓮停顿时刻 𝓢𝓻࿐

𝆯Ꭱyana 𝓐𝓭𝓮停顿时刻 𝓢𝓻࿐

mau komen kasihan kemal juga kok aku mala pengen ketawa ya semprul🤭astaga bini nakal bikin akang mala ngenes 🤣🤣🤣🙈🙈

2021-07-30

1

lihat semua
Episodes
1 •> BAB 1 <•
2 •> BAB 2 <•
3 •> BAB 3 <•
4 •> BAB 4 <•
5 •> BAB 5 <•
6 •> BAB 6 <•
7 •> BAB 7 <•
8 •> BAB 8 <•
9 •> BAB 9 <•
10 •> BAB 10 <•
11 •> BAB 11 <•
12 •> BAB 12 <•
13 •> BAB 13 <•
14 •> BAB 14 <•
15 •> BAB 15 <•
16 •> BAB 16 <•
17 •> BAB 17 <•
18 •> BAB 18 <•
19 •> BAB 19 <•
20 •> BAB 20 ALVINA BERBAGI <•
21 •> BAB 21 <•
22 •> BAB 22 <•
23 •> BAB 23 Ucapan Terima Kasih <•
24 •> BAB 24 <•
25 •> BAB 25 <•
26 •> BAB 26 <•
27 •> BAB 27 <•
28 •> BAB 28 <•
29 •> BAB 29 <•
30 •> BAB 30 <•
31 •> BAB 31 <•
32 •> BAB 32 <•
33 •> BAB 33 <•
34 •> BAB 34 Edisi Spesial <•
35 •> BAB 35 <•
36 •> BAB 36 <•
37 •> BAB 37 <•
38 •> BAB 38 <•
39 •> BAB 39 <•
40 •> BAB 40 <•
41 •> BAB 41 <•
42 •> BAB 42 <•
43 •> BAB 43 <•
44 •> BAB 44 <•
45 •> BAB 45 <•
46 •> BAB 46 <•
47 •> BAB 47 <•
48 •> BAB 48 <•
49 •> BAB 49 <•
50 •> BAB 50 Pelengkap Halu <•
51 •> BAB 51 <•
52 •> BAB 52 <•
53 •> BAB 53 <•
54 •> BAB 54 <•
55 •> BAB 55 <•
56 •> BAB 56 <•
57 •> BAB 57 <•
58 •> BAB 58 <•
59 •> BAB 59 <•
60 •> Bab 60 <•
61 •> BAB 61 <•
62 •> BAB 62 <•
63 •> BAB 63 <•
64 •> Bab 64 <•
65 •> Bab 65 <•
66 •> BAB 66 <•
67 •> BAB 67 <•
68 •> BAB 68 <•
69 •> BAB 69 <•
70 •> BAB 70 <•
71 •> BAB AKHIR <•
Episodes

Updated 71 Episodes

1
•> BAB 1 <•
2
•> BAB 2 <•
3
•> BAB 3 <•
4
•> BAB 4 <•
5
•> BAB 5 <•
6
•> BAB 6 <•
7
•> BAB 7 <•
8
•> BAB 8 <•
9
•> BAB 9 <•
10
•> BAB 10 <•
11
•> BAB 11 <•
12
•> BAB 12 <•
13
•> BAB 13 <•
14
•> BAB 14 <•
15
•> BAB 15 <•
16
•> BAB 16 <•
17
•> BAB 17 <•
18
•> BAB 18 <•
19
•> BAB 19 <•
20
•> BAB 20 ALVINA BERBAGI <•
21
•> BAB 21 <•
22
•> BAB 22 <•
23
•> BAB 23 Ucapan Terima Kasih <•
24
•> BAB 24 <•
25
•> BAB 25 <•
26
•> BAB 26 <•
27
•> BAB 27 <•
28
•> BAB 28 <•
29
•> BAB 29 <•
30
•> BAB 30 <•
31
•> BAB 31 <•
32
•> BAB 32 <•
33
•> BAB 33 <•
34
•> BAB 34 Edisi Spesial <•
35
•> BAB 35 <•
36
•> BAB 36 <•
37
•> BAB 37 <•
38
•> BAB 38 <•
39
•> BAB 39 <•
40
•> BAB 40 <•
41
•> BAB 41 <•
42
•> BAB 42 <•
43
•> BAB 43 <•
44
•> BAB 44 <•
45
•> BAB 45 <•
46
•> BAB 46 <•
47
•> BAB 47 <•
48
•> BAB 48 <•
49
•> BAB 49 <•
50
•> BAB 50 Pelengkap Halu <•
51
•> BAB 51 <•
52
•> BAB 52 <•
53
•> BAB 53 <•
54
•> BAB 54 <•
55
•> BAB 55 <•
56
•> BAB 56 <•
57
•> BAB 57 <•
58
•> BAB 58 <•
59
•> BAB 59 <•
60
•> Bab 60 <•
61
•> BAB 61 <•
62
•> BAB 62 <•
63
•> BAB 63 <•
64
•> Bab 64 <•
65
•> Bab 65 <•
66
•> BAB 66 <•
67
•> BAB 67 <•
68
•> BAB 68 <•
69
•> BAB 69 <•
70
•> BAB 70 <•
71
•> BAB AKHIR <•

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!