'Buukkk ....'
Tidak memperhatikan langkahnya yang terburu karena diburu pemburu berita, tubuh kekar Kemal menabrak seorang gadis yang membawa beberapa kue di atas nampan. Berserakan semua kue yang dibawa gadis itu.
"Astaghfirullah, sorry sorry sorry." Kemal dengan nafas tersengal.
Gadis berambut keriting gantung yang dikucir kuda dan bandana bunga di atas kepalanya itu malah tersenyum sambil memunguti semua kue yang berhamburan.
Kemal terpaku, langkah seribunya tertahan senyum manis gadis itu. Senyum itu melesatkan panah si Cupid, mengait segala rasa yang pernah terhimpit. Terkungkung dan terjepit sepi. Seperti di hipnotis, pria dewasa berusia dua puluh lima itu, jongkok membantu si gadis dengan manik kecoklatan yang terus menyunggingkan senyum, memunguti kue yang berserakan.
"Kayaknya tadi dia lari ke arah sini!" seru salah satu wartawan. Suara wartawan itu menyadarkan Kemal kalau sekarang dia sedang dalam incaran para pemburu berita. Dia pasang hoodie menutupi sebagian wajahnya dan menunduk dalam sambil berpura-pura memungut kue.
Setelah memastikan keadaan sepi, Kemal mendongak. Gadis pemilik senyum manis itu sudah tidak di depannya lagi. Kemal mendengkus dan mengedarkan pandangannya, kemana gadis itu pergi?
"Hei, apa yang sedang kamu lakukan disini?"
Sebuah sedan keluaran terbaru berhenti tepat di depan Kemal. Kemal sedikit membungkukkan badannya melongok siapa orang yang menyapanya.
"Kak Nauval?" seru Kemal tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Wajah itu masih sama. Meskipun sudah hampir sembilan tahun dia tidak lagi tinggal bersama, tapi Kemal masih mengingatnya.
"Ayo naik! Kamu mau kemana Dek?" ajak Nauval. Kemal memenuhi ajakan anak dari mantan sopir pribadi BiQinya.
Sembilan tahun mereka tumbuh bersama di Singapura. Nauval menyelesaikan pendidikannya di sana. Sampai dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia atas permintaan bundanya yang memintanya untuk menjaga ketiga adiknya. Sampai sekarang.
"Kak Nauval nggak kangen sama Kemal?" Entah pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Kemal.
"Nih aku kudu piye? Cuma ketawa dengar pertanyaan kamu, atau kamu mau aku peluk dan cium bibir kamu?" seloroh Nauval.
"Ih, jijik!" seru Kemal. Spontan tangan kiri Nauval menarik tubuh kekar Kemal, memeluknya lalu mencium pipinya. Sedangkan tangan kanannya tetap memegang kendali. "Astaga, apa arti ciuman ini? Kalo fans ku melihat ini, dia pikir Kemal Abdullah seorang gay."
Tergelak tawa mereka. Siapa sangka Kemal mencium balik pipi Nauval. Seketika Nauval berhenti tertawa. Nauval melotot sekilas lalu konsentrasi dengan setirnya lagi sedang Kemal tertawa terbahak bahak.
"Setidaknya aku yang mendahului semua cewek di dunia ini mencium pipimu." Kemal dengan tawa yang masih tergelak.
"Udah jadi idola ya sekarang," ucap Nauval.
"Hilih, yang ngajarin aku buat jadi pembalap kan Kak Nauval. Skill yang aku punya sekarang kan berkat Kak Nauval juga." Kemal menatap wajah tampan Nauval yang hampir mirip dengan Rangga Azof itu. Rambut sedikit gondrong yang selalu dia ikat menjadi ciri khasnya.
"Kamu ingat, waktu itu Babah dan BiQi menolak keras."
"Bukan Kemal kalo nggak bisa membuat mereka menuruti semua yang Kemal inginkan. Padahal, waktu itu aku cuma gertak doang. Dan kamu Kak, yang mendramatisir seolah-olah aku beneran mau lompat dari lantai dua puluh tiga apartemen."
Senyum tipis tersungging di bibir Nauval. Kemal tidak berhenti menatap wajah tampan penuh dengan keikhlasan, mimik wajah itu persis dengan raut pria yang selama tujuh tahun memberikan kasih sayang padanya, meskipun bukanlah ayah kandungnya.
"Oi, bengong mikir apa? Kamu mau kemana? Aku antar." seru Nauval.
"Hari ini aku mau ikut Kak Nauval aja!" jawaban Kemal membuat Nauval tak bereaksi apapun.
Nauval terdiam. Apa yang harus dia katakan sebagai penolakan? Dia sedang perjalanan menjemput Dhira, Alvina dan Lilin. Wanita yang dia panggil bunda setelah menikah dengan papanya, dan dengan penuh kasih sayang membesarkan Naura, adik kandungnya yang karena melahirkan Naura lah mamanya meninggal dunia.
"Aku ajak kamu ke Pemakaman dulu ya, setelah itu aku antar kamu balik ke rumah BiQi." Nauval berusaha mengubah kemauan Kemal. Apa jadinya kalau dia bertemu dengan Alvina dan Dhira?
"Aku males di rumah berdua aja dengan BiQi. Aku tinggal bareng Kak Nauval aja ya?" pinta Kemal. Sekali lagi Nauval hanya diam dengan semua permintaan Kemal.
"Balik ke Singapura kapan?" Nauval berusaha mengalihkan arah pembicaraan.
"Kenapa? Kok nada-nadanya Kak Nauval nggak mau ya Kemal repotin?" tanya Kemal dengan tatapan penuh selidik. Nauval hanya diam.
Mobil berhenti di Pemakaman Keluarga Abdullah. Tanah Pemakaman ini dulu dibeli oleh Tuan Abdullah untuk memberikan kenyamanan pada putrinya untuk bisa duduk sepuasnya di dekat makam suaminya.
Namun, sekarang bukan hanya jasad Rizal yang terkubur di sana. Jasad Tuan Abdullah sendiri, Ummah dan Ibu Rizal juga ada di sana. Keputusan Bae menjadikannya Makam keluarga, berharap bisa ketemu Alvina di sana. Pertemuan yang tidak disengaja, seperti kemauan Alvina. Sayang, takdir tak menghendaki bahkan sampai delapan belas tahun pun, Alvina dan Bae tak pernah bertatap muka.
"Penyesalan itu masih ada Kak Val, kenapa malam itu aku terlelap di pangkuan Ayah. Setelah menjemputku dari rumah Malik, Ayah bertemu dengan BiQi dan Tante Fitriyah. Habis makan aku langsung ketiduran. Dan pas bangun ...."
"Semua sudah terjadi, kehendak Allah pasti lebih indah dari yang kita harapkan."
"Maafkan Kemal, Ayah. Kemal nggak bisa menjaga mami dan adek Kemal selama delapan belas tahun ini. Kemal janji setelah ini, nggak akan Kemal biarin mami dan adek Kemal menangis. Akan Kemal penuhi semua yang mereka inginkan meskipun nyawa taruhannya."
Kalimat terakhir Kemal membuat Nauval terkesiap.
'Semoga kamu nggak menyesal dengan apa yang kamu ujarkan.' Nauval bermonolog dalam batinnya.
Nggak hanya ke Makam Rizal, Kemal dan Nauval juga mengunjungi makam Abah, Ummah juga Uti nya Kemal.
'Drrrrtt ... drrrttt ...'
Getar dari ponsel Nauval.
"Assalamualaikum Bunda ..."
"Waalaikumsalam Nau ... Kita udah nunggu di AW ya Nau ..."
"Iya Bun, setengah jam lagi ya Bun ..."
"Assalamualaikum Bunda nya Naura," pekik Kemal tiba-tiba dari belakang melingkarkan tangannya di bahu Nauval. Kalau saja dia tidak menggunakan headset bluetooth mungkin ponselnya sudah terjun bebas ke tanah karena kaget.
"Nau, kamu sedang bersamanya?" Pertanyaan Lilin membungkam mulut Nauval. "Nau, Kemal bersamamu?"
"Bunda, ajak Kemal ketemu Mami dong. Ini sudah delapan belas tahun ...." pekik Kemal sekali lagi. Nauval terdiam.
"Apa Bae juga bersama kalian?" tanya Lilin dari seberang sana.
"Nggak Bun, Kemal berdua sama Nau. Kami di Makam Keluarga Abdullah, Bun." Nauval dengan nada kecemasan.
Sementara di sampingnya, Kemal memaksanya agar mengabulkan permintaannya kali ini.
Lama tak ada suara dari Lilin. Nauval juga terdiam.
"Nau, kamu masih disana?" Bukan lagi Bundanya yang bicara. Ini suara ....
"Iya Tante. Nauval mendengar dan akan melakukan semua perintah Bunda dan Tante?"
"Bawa dia pulang ke rumah ya, Nau ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
💖 Masitah Azzahra 💖
awal pertemuan kemal dan Sheila
2021-08-16
7
JW🦅MA
mantul autor
lanju 👍👍👍👍👍
2021-06-28
4
JW🦅MA
mantul autor
lanjut
2021-06-28
1