Love Single Parent
Ini adalah karya pertamaku.... Happy reading !!
***************************************
"Baik-baik sekolah ya, sayang! " Rania mencium pucuk kepala anaknya bergantian. Kedua anak kecil lucu itu balas mencium tangan mamanya,
"daaa.... mama !" kemudian berlari kecil melewati gerbang sekolah. Seperti biasanya setelah mengantar kedua anaknya ke sekolah dan memastikan aman sampai masuk gerbang, Rania melajukan motornya menuju ke tempat kerjanya.
Perempuan bertubuh mungil dengan kulit putih bersih itu bekerja sebagai staf salah satu perusahaan swasta di kotanya. Diusianya yang masih terbilang muda, baru menginjak 24 tahun itu, Rania harus memikul tanggung jawab yang besar, menjadi tulang punggung keluarganya.
Perjalanan ke kantor Rania membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam. Perusahaan yang tidak terlalu besar, gaji Rania hanya sekedar cukup untuk membiayai kehidupan keluarga kecilnya, ibu dan dua anaknya.
Rania baru saja duduk di kursi kerjanya, tiba-tiba ponselnya berdering, "Hallo, dengan saudari Rania? sapa suara di seberang sana.
"Iya, saya sendiri", jawab Rania.
"Kami dari PT. Internusa, mengucapkan selamat saudari Rania, anda diterima di perusahaan kami......Jadwal wawancara dan info lengkapnya akan kami share lewat email", suara di seberang sana menjelaskan.
"Oh.... iya pak, terima kasih! " balas Rania
Sambungan telepon terputus.
"Yesss ......aku diterima di perusahaan besar itu ", Rania berseru heboh sampai mengepalkan kedua tangannya ke udara.
Beberapa hari yang lalu Rania mencoba mengirimkan lamaran via email ke PT. Internusa, Perusahaan terbesar di Surabaya. Rania sengaja memilih perusahaan itu karena pernah mengetahui profilnya sewaktu kuliah di Surabaya tiga tahun yang lalu. Perusahaan itu punya prospek yang bagus dan juga menawarkan gaji yang lumayan besar.
Dulu, setelah lulus kuliah, ia harus harus kembali ke kotanya dan bekerja di sana karena tanggung jawab untuk menjaga duo kembarnya yang waktu itu masih berusia 2 tahun.
"tapi gimana sama duo comel ? " Rania bergumam. Raut wajahnya berubah sedih. Duo comel, ia berikan untuk panggilan pada anak kembarnya yang lucu itu.
Rania harus menguatkan hatinya, karena dengan menerima panggilan kerja di perusahaan itu berarti dia harus siap berjauhan dengan kedua anaknya.
Apa dia bisa?
Dia pasti akan merindukan dua bocah kecil yang imut dan lucu itu.
"Ada apa, kok kayak sedih gitu? " Mina teman di sebelah kubikelnya yang baru datang, menyapanya.
Mina adalah teman Rania dari mulai SD sampai SMA. Pada saat kuliah saja mereka terpisah, Mina tetap kuliah di kotanya dan Rania kuliah di Surabaya. Semasa sekolah Rania memang lebih cerdas dari Mina, sehingga ia bisa diterima kuliah di Unversitas kenamaan di Surabaya. Mereka juga tetanggaan, cuma beda gang saja.
" aku dapat panggilan kerja Min, lamaran yang aku kirim beberapa hari yang lalu", jawab Rania lemas. Beberapa hari lalu Rania sempat bercerita perihal lamaran itu kepada Mina.
"loh bukannya kamu senang ketrima di perusahaan besar gitu? " Mina mengeryitkan dahinya. "udah lama kan kamu pengen kerja di perusahaan bonafit itu ?"
Rania mengedikkan bahunya.
"Aku mikir duo comel? " bibir Rania mengerucut.
"aku yakin mereka akan baik-baik saja , ada ibu kamu dan lagi..... mereka anak-anak yang mandiri", Mina menyemangati.
" Tetap semangat, sebagai teman aku tetap dukung kamu! " , Mina berdiri menepuk bahu Rania.
Mina tahu betul bagaimana keadaan keluarga Rani. Untung Rania cerdas, dengan kecerdasannya Mina yakin Rania akan mampu bekerja dengan baik di perusahaan besar itu. Kariernya akan lebih bagus di sana.
"Kapan rencana wawancara? " Mina kembali duduk di kursinya. Rania membuka email di ponselnya. " tiga hari lagi ", katanya kemudian.
"Masih cukup waktu buat ngurus pengunduran diri kamu, terus..... kasih pengertian ke anak-anak ", balas Mina.
"Hemm, lihat ntar aja, Min.... moga aja anak-anak bisa ngerti ", Rania mulai membuka file pekerjaan di komputernya.
Waktu berlalu cepat, hingga saat istirahat tiba. Rania dan Mina segera melakukan sholat dhuhur dan makan siang. Masih di kantin, seusai makan siang Rania segera melakukan video call pada duo comelnya. Ia selalu menyempatkan diri untuk menghubungi anaknya.
"Assalamu'alaikum sayang, udah di rumah?", sapa Rania.
"Wa'alaikum salam, ma !", jawab kedua anak itu kompak. Tampak dua anak berumur 5 tahun itu saling berebut agar berada di depan kamera. Rania hanya menggelengkan kepala tersenyum kecil, "Jangan berebutan, mama lihat kok!".
"Kami udah pulang ma ", seru keduanya hampir bersamaan. "baru makan siang sama uti ", lanjut si gadis kecil Anggia. Uti panggilan untuk ibu Rania. Anggio si cowok kecil mendekatkan perutnya ke kamera, " nih perut Gio udah kenyang, Ma", tunjuknya.
Si gadis kecil juga ikut-ikutan menunjukkan perutnya. "Gia juga ma ."
" ya udah, abis ini istirahat tidur siang ya, sayang! ", Rania terkekeh melihat tingkah kedua anaknya. " Assiaaap, Ma! " Seru keduanya sambil memasang sikap siap. Rania mengacungkan jempolnya. Mina yang duduk di sampingnya ikut terkekeh. "cium mama dulu! ", Rania memonyongkan bibirnya ke kamera di balas duo comelnya.
" mmmuuuuaach..... daaa Mama, Assalamu'alaikum !"
"Wa'alaikum salam, sayang! ", balas Rania sebelum mematikan video callnya.
"lucu ya mereka, Ran, gemesin banget ", Mina terkekeh lucu.
"mereka kebahagiaan aku, Min", Rania tersenyum.
Mereka masih TK, tapi begitu mandiri. Mereka pulang sekolah setengah satu siang dan diantar angkutan dari sekolah. Sampai di rumah ada Ibu Rania yang menjaga dan mengurus keduanya. Cuma saat berangkat saja bareng sama Rania.
***************************************
Jam 4 sore Rania pulang kerja. Setelah sampai rumah, ia parkirkan motornya dan melangkah masuk. Di depan pintu disambut oleh duo comelnya.
"Assalamu'alaikum, mama pulang! " Seru Rania sambil merentangkan kedua tangannya. Duo comelnya berlari kecil menghambur ke pelukan Rania.
" Wa'alaikum salam.... mama! " balas kedua anak kecil itu heboh.
Tampak binar kegembiraan setiap melihat Rania pulang.
"Udah mandi comelnya mama? " Rania berjongkok membelai kepala kedua putranya.
"udah dong, ma", Anggia mengecup pipi mamanya. " Gio cium juga ma! " rajuk Anggio lalu melakukan hal yang sama. Rania membalas mengecup pipi kedua anak itu bergantian.
"mama mandi dulu ya, sayang! ", Rania beranjak dan menggandeng kedua anaknya. "main sama uti sana! ", katanya melepaskan tangan keduanya dan mencium tangan ibunya.
"sini sama uti !", Bu Murti, ibu Rania membawa kedua bocah itu ke ruang tengah.
Rania bergegas mandi. Dia ingin segera mengatakan kabar tentang panggilan kerja tadi siang pada ibunya. Entah kabar itu sesuatu yang gembira atau sedih menurutnya, dia masih bingung. Ia dalam dilema, dan ibunya akan menjadi curahan hati untuknya bercerita.
Lima belas menit kemudian Rania keluar dari kamar mandi. Perempuan cantik dengan bibir merah ranum itu melangkahkan kakinya ke dapur, mengambil sebotol air mineral dari kulkas. Lalu dia berjalan ke ruang tengah dan duduk di sebelah ibunya, sementara duo comel sedang asyik bermain. Rania meneguk minumannya dan menaruhnya di atas meja.
"Bu, Rania akan pindah kerja ke Surabaya", Rania menoleh ke arah ibunya.
"tadi Rania dapat panggilan kerja dari PT. Internusa,
"Gimana menurut, Ibu? " tangan Rania menyentuh tangan ibunya. " anak-anak? " matanya menatap ibu Murti sendu.
"Mereka akan baik-baik saja sama ibu, kamu tenang aja! " Menyentuh balik tangan Rania dengan sebelah tangannya dan tersenyum tulus.
"kamu udah lama kan pengen kerja di perusahaan itu?" - Bu Murti menjeda kalimatnya -" seingat ibu setelah kamu lulus kuliah dulu ", kenang Bu Murti.
Rania mengangguk setuju pada ucapan ibunya.
" Kamu juga harus mikirin kebahagiaan kamu", Bu Murti menyentuh bahu Rania.
" yang penting jaga diri kamu baik-baik! " nasehat Bu Murti. Rania masih terdiam, mendengar nasehat bu Murti.
"Anak-anak bertambah besar, mereka akan butuh biaya yang lebih besar untuk sekolahnya nanti..... ekonomi keluarga kita tergantung pada kamu, nak! ", tangan bu Murti bergerak ke atas menyentuh pipi mulus Rania.
Mata Rania berkaca-kaca, tak butuh waktu lama manik mata coklat yang cantik itu meneteskan air bening yang kemudian jatuh ke pipinya. Sebentar kemudian menghambur memeluk ibunya.
"Rania sayang ibu dan anak-anak, doakan Ran ya, Bu! ", gumam Rania dalam pelukan itu. Ibu Murti menepuk bahu Rania pelan, mengelus kepala belakangnya dengan penuh sayang.
"Doa ibu akan selalu menyertai setiap langkah kamu dan cucu-cucu ibu," Bu Murti menjauhkan tubuh anaknya dan dihapusnya air mata di pipi Rania.
"Udah jangan nangis, malu kalo di lihat anak-anak! "
"Gia dan Gio, sini nak !" Bu Murti melambaikan tangan memanggil dua cucunya supaya mendekat dan membiarkan mereka duduk di tengah-tengahnya dan Rania.
"Ada apa, uti?" Anggia berpindah duduk ke pangkuan utinya.
"Mama nangis? " Anggio juga berpindah duduk di pangkuan mamanya. Disentuhnya pipi mamanya.
"Enggak, cuma kemasukan debu aja", Rania tersenyum memandang kedua putranya.
"Cucu uti seneng nggak kalo mama punya banyak uang? " Bu Murti memandangi kedua cucunya.
"Suka uti !", keduanya berseru heboh.
"Kita bisa kaya dong, uti !", Anggio berseru beranjak dari pangkuan Rania dan merentangkan tangannya.
"eh... eh.., bentar, dengerin uti dulu", Rania meraih tubuh kecil Anggio untuk duduk kembali dipangkuannya.
"Gimana caranya, uti? " Anggia menggelayutkan tangan mungilnya ke leher utinya.
" Gimana ya....? " Bu Murti pura-pura berpikir. "....kasih tahu nggak ya? " Bu Murti menaruh tangan di dagunya sedikit meledek Anggia.
" Utiiiii.... " rengek Anggia manja sambil bersidekap. Bibir mungilnya mengerucut lucu. Rania dan Anggio tergelak di sebelahnya.
" iya.... iya, jangan ngambek dong sayang! ", bujuk utinya sambil menoel bibir Anggia gemas.
" Mama mau pindah kerja di perusahaan yang lebih besar, yang gajinya buuannyak sayang, di Surabaya ", Bu Murti menjelaskan.
Raut kesedihan seketika nampak di wajah kedua anak kecil itu. Anggio beranjak dari pangkuan Rania dan melipat tangannya di depan dada.
"ogah, Gio nggk mau ditinggal mama ! " serunya seraya melengoskan wajahnya. Anggia berdiri dari pangkuan Bu Murti menghambur memeluk mamanya. Rania mengerjapkan matanya penuh tanya.
"Gia ngijinin mama kerja di Surabaya, tapi ada syaratnya." Ia lepaskan pelukannya,
"Mama harus janji !" Anggia menjulurkan jari kelingkingnya dan menautkan ke jari kelingking Rania.
"Seminggu sekali mama harus pulang..... terus - " Anggia melepaskan tautan jarinya dan bersidekap.
"- bawa papa ganteng pulang! " Anggia menyenggolkan sikunya ke siku Anggio yang bersidekap disebelahnya seraya mengedip-ngedipkan matanya. Rania tercenggang, terkejut dengan apa yang dikatakan bocah kecilnya.
Ha.... Apa??? papa ganteng??
Woww... dasar kids jaman now !!
Begitu jauh pemikirannya.
Rania hanya bisa menggelengkan kepala dan memijit pangkal hidungnya pelan.
"Cucu uti kok mintanya aneh-aneh gitu sih! " Bu Murti menyahuti.
Gio yang semula cemberut, berseru heboh dan bersorak riang.
" Gio suka papa ganteng! "
" Horeee... berarti aku akan dapat teman cowok, biar nemenin aku main bola ", katanya dengan mata berbinar.
"Janji ya , ma! " Gio meraih kelingking Rania dan menautkan dengan jari kecilnya. Bu Murti hanya terkekeh pelan. Rania juga ikut terkekeh dan akhirnya mengangguk setuju.
"Iya, mama janji. "
Rania tahu kalo duo comelnya itu memang merindukan sosok seorang ayah. Sejak lahir mereka belum pernah ketemu ayah mereka, karena ayahnya telah lebih dulu di panggil oleh Yang Maha Kuasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Cah Dangsambuh
eeeh ada cerita bagus kok aku baeu tau swkarang ya,,,ga papalah telat juga
2025-04-25
0
fifid dwi ariani
trus Sehat
2023-07-03
0
💲💲quad ☀᪙ͤ🎀Cantika hiat
ya allah ke bawa suasana😥
2023-01-26
0