Keesokan harinya, seperti biasa Rania bangun pagi-pagi sekali. Setelah sholat shubuh, ia segera menyiapkan semua keperluan duo comel dan juga dirinya.
Bu Surti membantu menyiapkan sarapan di dapur.
"Ayo bangun, sayangnya mama! " disingkapnya selimut yang menutupi tubuh kedua anaknya. Menepuk-nepuk bokong keduanya bergantian, sehingga mereka menggeliat.
Anggio mengucek-ucek matanya,
"pagi mama ! " sapanya masih dengan mengucek matanya. Anggia yang terbaring di sampingnya, beranjak duduk dan mengerjapkan matanya " Udah pagi, ma? " sambil menguap kecil.
" Iya, ayo buruan mandi, ntar kesiangan!" Rania yang berdiri di samping ranjang mambantu kedua anaknya untuk segera beranjak dari baringnya.
"jangan lupa rapikan dulu tempat tidurnya! " ingat Rania sambil mengelus kepala keduanya.
Kemudian ia langkahkan kakinya ke kamar mandi, menyiapkan perlengkapan mandi anaknya.
Rania memang melatih kedua anaknya agar membiasakan untuk merapikan tempat tidurnya setelah bangun. Memang tidak rapi, tapi ia biasakan itu agar anaknya belajar untuk bertanggung jawab sejak kecil.
"Udah, gitu aja biar nanti mama yang benerin!"
Rania kembali lagi ke kamar dan menghampiri kedua anaknya.
"Gio yang mandi dulu, ma!" Anggio keluar dari kamar. Rania dan Anggia mengekorinya.
"Nggak barengan aja biar cepet !" Rania menyahuti.
"Enggak ma, Gio sendiri aja!" Gio segera masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya. Rania tersenyum kecil dan menggeleng.
"Emang kenapa Gio kok pengen mandi sendiri sayang, biasanya berdua kan? " Rania bertanya pada Anggia.
"itu ma ......kemarin Ust. bilang kalo kita harus menjaga anggota tubuh, tidak boleh di lihat orang lain", terang Anggia.
Ust. adalah panggilan untuk guru mereka.
Rania mendengarkan dengan seksama. Sebentar kemudian menganggukkan kepalanya. "Jadi begitu ya?" Rania bergumam.
Cepat belajar sekali anaknya ini.
Dalam hati Rania merasa bangga pada duo comelnya itu. Ia juga merasa bersyukur, karena mereka bisa mandiri secepat ini.
"Emang bener begitu, Ma? " Anggia mendongak ke atas menatap mamanya. Rania segera meraih tubuh kecil itu ke gendongannya. Ia cium pipi cubbynya.
"Iya sayang, Ust. bener .... memang ada bagian tubuh yang harus ditutupi, tidak boleh dibuka sembarangan di depan orang lain", Rania menjelaskan.
Sebentar kemudian pintu kamar mandi terbuka. Gio keluar dengan memakai handuknya.
"Awww......!" Anggia berteriak menutup matanya saat handuk yang dipakai Anggio merosot.
Rania munurunkan Anggia dari gendongannya. Bergegas meraih tubuh Anggio dan memakaikan handuknya.
"Udah sayang, sekarang gantian kamu mandi sana !" Rania meraih tangan Anggia yang masih menutupi matanya, sedang tangan satunya memegangi Anggio di gendongannya.
"Tapi mandinya sama mama ya?" Anggia mencebikkan bibirnya.
" Eh .... nggak bisa, kamu nggak dengerin kata Ust. kemarin! " protes Anggio.
"Kita sama-sama cewek, kan nggak papa kata Ust.?" Anggia menjulurkan lidahnya meledek Anggio.
Rania terkekeh pelan. Lalu menurunkan Anggio dari gendongannya.
"Iya, Gia masuk kamar mandi dulu, mama gantiin baju Gio bentar ", pinta Rania.
Anggia segera masuk kamar mandi.
Rania membawa Anggio ke kamar. Mengambil baju sekolah yang sudah dia siapkan tadi. Anggio memegangi handuknya erat, ketika mamanya bersiap mau memakaikan bajunya.
"Loh kenapa, sini mama bantu ganti baju! " Rania meraih tubuh Anggio.
"Malu Ma, Anggio ganti baju sendiri aja!" rengeknya.
"Nggak papa, kan sama mama sayang.....nggak boleh itu kalo di lihat orang lain, kayak temen cewek kamu misalnya", terang Rania.
Anggio nampak terdiam sejenak, namun akhirnya mengangguk mengerti dan membiarkan mamanya membantu memakaikan bajunya. Setelah mengganti baju Anggio, Rania bergegas ke kamar mandi membantu Anggia.
Lima belas menit kemudian, mereka sudah siap. Melangkah menuju meja makan, Rania membawakan 2 piring kecil berisi roti dengan selai coklat yang sudah disiapkan ibunya. Kedua anaknya sudah duduk manis di sana. Dua gelas susu sudah siap di depan kedua anak itu. Anggio suka susu putih, sedang Anggia suka susu coklat.
"Kamu sekalian sarapan juga, Ran! " Ibunya menghampiri Rania dan membawakan sepiring roti yang sama. " Ibu udah sarapan duluan tadi! " lanjut Bu Murti.
" Iya bu, makasih. Biar susunya Ran ambil sendiri, Bu! " Rania melangkah ke dapur, sebentar kembali dengan segelas susu di tangannya.
Mereka sarapan dengan tenang, sepuluh menit kemudian mereka bersiap berangkat. Bu Murti membawakan tas kedua cucunya sampai depan pintu, sementara Rania membantu keduanya menggenakan sepatu.
"Berangkat dulu, Bu! " pamit Rania sambil mencium tangan ibunya, diikuti duo comelnya.
Bu Murti tersenyum, kemudian memasangkan tas di punggung kedua cucunya. " Hati-hati di jalan", katanya kemudian.
"Assalamu'alaikum ! " ketiganya serempak. "Wa'alaikum salam! " Jawab Bu Surti.
Rania segera melajukan motornya. Seperti biasanya, mengantar duo comelnya ke sekolah, setelah itu baru dia menuju ke tempat kerjanya. Dua hari lagi Rania berangkat ke Surabaya.
Hari ini sesuai rencana Rania akan mengajukan pengunduran diri.
Beberapa menit setelah sampai di kantornya, dengan langkah pasti Rania menuju ruangan Direktur. Ia ketuk pintu kaca di depannya, lalu perlahan digesernya dan melangkahkan kakinya masuk.
"Permisi, Pak!" Rania berucap ketika sampai di depan meja Pak Hadi, Direkturnya. Beliau mempersilahkan Rania duduk.
Rania menyampaikan maksudnya kepada Pak Hadi, yang ditanggapi beliau dengan ramah. Pak Hadi memang terkenal sebagai pemimpin yang ramah, supel dan juga baik hati.
"Jadi kamu mau pindah kerja ?" Pak Hadi setelah mendengar penjelasan Rania.
"Iya, Pak! " Jawab Rania.
"Kinerja kamu bagus, sayang banget sebenarnya perusahaan ini melepas karyawan seperti kamu !" Pak Hadi mendesah pelan. "Tapi mau gimana lagi, masa depan kamu akan lebih baik di perusahaan besar itu", lanjut laki-laki paruh baya itu.
"Terima kasih atas dedikasi kamu selama di perusahaan ini, semoga kamu sukses di perusahaan yang baru", Pak Hadi berucap tulus.
"Terima kasih, Pak! " Rania mohon diri.
Dari ruangan Direktur Rania kembali ke meja kerjanya.
"Gimana, udah beres?" tanya Mia ketika Rania sudah duduk.
"Alhamdulillah Min, udah kelar", Rania menoleh ke arah Mina dan tersenyum. "Sebelum pulang kerja disuruh ngambil surat sama pesanggonnya di HRD", lanjut Rania.
"Syukurlah! " sahut Mina.
"Aku pasti akan kangen kamu", Raut wajah Mina berubah sendu.
"Alay kamu Min, kita kan tetanggaan, kapanpun bisa ketemu ", Rania berdiri mengacak rambut Mina. Keduanya tergelak.
"Eh, Ran...... bisa nggak aku ikutan request bawain papa ganteng? " celetuk Mina.
"Kayak duo comel kamu", lanjutnya sambil menyengir.
Rania terdiam. Mengeryitkan keningnya.
Memang lagu pake request???
"Boleh!" sahut Rania akhirnya.
Rania merasa lega karena masalahnya sudah kelar. Kedua anaknya setuju ia bekerja di Surabaya, itu sudah cukup baginya. Rania bisa tenang bekerja di tempat yang baru nanti.
*******************************************
Di pagi yang sama di Surabaya, di rumah besar berlokasi di perumahan elit di pusat kota. Di kamar besar yang mewah di dominasi warna grey, seorang laki-laki muda tampan, Rey Aditya Mahendra nampak sedang menghubungi seseorang.
"Ndra, kamu handle urusan kantor dulu, aku mampir ke perusahaan papa!", ucap Rey pada orang di seberang sana seraya melangkah menuju sofa dan duduk di sana.
"Siap, bos! " sahut suara di seberang sana.
"Gimana semalam, gagal ***-***?" Suara di seberang sana tergelak kencang.
"Kampret kamu, Ndra! " Rey mendengus kesal. Suara di seberang sana adalah Andra teman kerja Rey, juga sahabatnya.
"Ck, sialan emang pengawal papa", Rey menggerutu.
"Itu tandanya Pak Wisnu sayang sama kamu", Andra terkekeh. " Coba kalo enggak, mana mungkin selalu kasih pengawal pribadi buat ngawasin kamu?", Andra tergelak lagi.
"Emang bocah harus diawasi !" Rey menjepit ponsel di antara bahu dan telinga, tangannya bergerak mengambil sepatu dan memakainya.
"Loh kan emang masih bocah kamu tuh.... Andra menjeda kalimatnya -" bocah gemblung", Andra tergelak kencang di seberang sana.
"Sialan kamu !" Umpat Rey kesal.
Mengangkat kepalanya yang menempel di bahunya, ia pegang ponselnya di tangan.
"Eh... tunggu deh, dari tadi kamu ngledekin aku, happy banget kayaknya lihat temen menderita ...... emang udah jebol gawang semalam?", Rey ganti meledek Andra.
Andra terdiam di seberang sana.
"Eh... itu... anu.... ", tiba - tiba Andra gugup.
Rey tergelak kencang sambil memukul-mukul pahanya. " Anu.... anu apaan? " katanya kemudian.
"Anjirrr ...... gercep juga kamu, Ndra. Pantesan puas banget ngledekin aku, sialan emang !" Rey kembali tergelak.
"Bukan gitu Rey, maksud aku - " ..... tuuut, belum selesai Andra berucap di seberang sana, Rey mematikan sambungan telepon.
Rey meletakkan ponselnya di meja, melanjutkan memakai sepatunya.
"Andra kampretttt.....berani-beraninya kamu ngeduluin aku jebolin gawang cewek", gerutu Rey sambil terkekeh.
"Loh , Rey kok belum berangkat, udah jam sepuluh nih !" Suara wanita di depan pintu kamar, membuat Rey menolehkan kepalanya.
Wanita paruh baya dengan penampilan sosialita yang masih terlihat cantik dan elegan. Mama Risa, Mama Rey melangkah masuk dan menghampiri Rey di sofa.
"Barusan kelar nih, Ma !" Rey meraih ponsel dan kunci mobil di meja.
"Papa tadi pesen sama mama, kamu disuruh segera nyusul ke kantor ", Mama Risa duduk di sebelah Rey. Melipat kakinya dengan anggun.
"Ada kak Roman juga " lanjut Mama.
Roman kakak Rey yang mengelola perusahaan di Jakarta.
"Kak Roman? " Rey mengeryitkan dahinya.
"Iya, tadi bilang dari bandara langsung ke kantor papa .... ada sedikit urusan di sini katanya", terang mama Risa.
"Buruan berangkat sana anak ganteng, Mama !" Mama Risa menepuk bahu Rey.
"Dari lahir ya, Ma aku ganteng", Rey membusungkan dadanya.
Mama Risa melipat tangannya di bawah dada. "Eh ....masa sih, tapi kok belum laku ya?", ledeknya.
Rey yang sudah mau beranjak, mengurungkan niatnya lalu mendelik konyol ke arah mamanya.
"Enak aja, banyak cewek yang naksir sama Rey, ya Ma !", belanya.
"Mana buktinya coba? " Mama Risa mencebikkan bibirnya.
"Buktiin sama Mama, bawa calon mantu mama pulang !" tantang Mama Risa.
Rey tiba - tiba jadi gelagapan mendengar ucapan Mamanya.
Busyettt ...... !!!
Nggak papa, nggak mama, kok gini banget sih mintanya???
Rey makin pusing nih...
"Tenang ma, besok Rey bawa pulang mantu Mama !" Rey mengedipkan satu matanya.
Rey beranjak dari sofa, dikecupnya cepat pipi mamanya lalu melangkah keluar kamarnya.
Mama Risa hanya terkekeh geli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
susi 2020
🤩🤩🤩
2023-08-26
0
susi 2020
😂😂🤣
2023-08-26
0
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-07-03
0