Rania menyelimuti dua anaknya yang sudah tertidur lelap beberapa menit yang lalu. Di kecupnya kedua kening anaknya bergantian, kemudian beranjak mengambil koper di samping lemari pakaian.
Rania menyiapkan perlengkapan yang perlu di bawa untuk keberangkatan ke Surabaya besok. Beberapa saat berbenah, Bu Murti masuk ke kamarnya.
"Belum selesai, nduk ?" sapa ibunya seraya duduk di tepi ranjang.
"Bentar lagi , Bu !" Rania menoleh ke arah ibunya dan tersenyum.
"Bawa seperlunya aja, biar nggak berat. Satu minggu pulang kan ?" Bu Murti menggeser tubuhnya untuk bersandar di dasbord ranjang.
Rania mengangguk. Menutup kopernya kemudian menaruhnya kembali di dekat lemari. Rania melangkah mengambil sebuah amplop coklat di tas kerjanya. Melangkah mendekati ibunya dan duduk di sisi ranjang.
"Bu, ini untuk kebutuhan rumah selama Ran di Surabaya, " Rania menyerahkan amplop coklat itu kepada ibunya.
"Masalah biaya sekolah anak-anak udah Ran penuhi, jadi ibu bisa tenang", Rania mengusap lembut lengan ibunya.
"Uang pesangon kamu ini, Nduk? Kamu bawa aja buat bekal di Surabaya nanti, ibu masih ada cukup uang buat belanja kebutuhan rumah ", Bu Murti menatap putrinya dengan sorot mata teduh.
"Enggak ...... ini buat ibu aja, Ran masih ada kok simpenan buat biaya hidup di Surabaya", Rania menyakinkan ibunya.
Bu Murti terdiam, masih belum bisa menerima pemberian itu. Rania selalu memberikan uang belanja untuknya setiap bulan dan itu lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ia tidak tega kalau putrinya nanti kekurangan biaya hidup di Surabaya, tidak ada saudara di sana.
Rania yang mengerti kebingungan ibunya segera berucap kembali.
"Bener Bu, Ran nggak bohong, ini simpen aja buat ibu !", Rania mengangguk memberi keyakinan pada ibunya. Ia juga tersenyum tulus dengan penuh binar di matanya.
"Ibu senyum dong, jangan sedih gitu, Ran akan baik-baik saja di sana !", Rania memegang bahu ibunya dengan penuh sayang.
"Kamu janji jaga diri kamu baik-baik ya, nduk !", Bu Murti akhirnya tersenyum.
"Tentu Bu, aku akan baik-baik saja, demi ibu dan anak-anak !", Rania memeluk ibunya.
Sebentar kemudian bu Murti meninggalkan kamar Rania menuju kamarnya sendiri untuk beristirahat. Sementara Rania bersiap membaringkan tubuhnya. Sesaat hendak memejamkan mata, sebuah panggilan telepon mengejutkan Rania. Diraihnya ponselnya di meja sebelah ranjang. Ia tersenyum melihat nama yang tertera di layar.
"Hallo, Assalamualaikum Ran !" sapaan dari penelepon.
"Wa'alaikum salam, Ar .....!" Balas Rania.
"Jadi kapan nih ke Surabaya ? nggak sabar mau ketemu kamu ", Ardi sedikit terkekeh.
Rania ikut terkekeh.
"Emang mau ngapain kalo ketemu ?"
"Mau peluk kamu, boleh kan?" Ardi tergelak di sana.
"Ngaco kamu....besok ya aku berangkat ", Rania mengalihkan ponselnya ke tangan kanan.
"Aku jemput ya ? Ntar tinggal di rumah aku aja Ran !", Ardi berseru heboh.
"Eh ..... mana boleh, aku udah kontrak rumah ya ", sahut Rania.
"Ngapain sih, enakan tinggal di rumah aku kan? " , Ardi sedikit mendengkus.
"Nggak enak kali sama papa mama kamu ", balas Rania.
Sesaat Rania terdiam. Ia merasakan matanya udah agak berat. Kemudian menguap kecil.
"Woii Ran ......udah ngantuk ya ?" tanya Ardi dari seberang sana.
Rania sedikit mengangguk.
"Udah ya Ar....sampe ketemu besok, Assalamu'alaikum !" Rania mengakhiri panggilannya.
"Ya udah, kamu istirahat. Wa'alaikum salam....mimpi indah ya !", suara Ardi terpaksa mengakhiri obrolannya.
**************************************
"Besok langsung balik Jakarta, Rom ?" tegur Mama Risa.
Setelah selesai makan malam, mereka masih bersantai di meja makan. Keluarga Wisnu Mahendra lengkap dengan kedua putra kesayangannya.
"Iya Ma, abis rapat dengan klien !" sahut Roman.
"Bi ....Bibi...! " Panggil mama Risa pada bi siti, asisten rumah tangganya yang sedang membereskan peralatan makan malam mereka. Yang dipanggil bergegas keluar dari pintu dapur.
"Potongan buahnya coba bawa sini, bi! " pinta Mama Risa.
"Ya, Nyonya !" Bi Siti segera kembali ke dapur.
Sebentar kemudian kembali membawa dua piring berisi potongan buah.
"Kok buru-buru, Anita sama Clay baik-baik aja kan? " Mama Risa kembali bertanya pada Roman seraya menerima piring yang di bawa bi Siti. Meletakkan satu piring di depannya dan Satu lagi ke hadapan Roman dan Rey.
Anita istri Roman dan Clay putri kecilnya.
"Alhamdulillah baik, Ma. Anita hamil lagi ", Roman berucap dengan sedikit terkekeh.
"Wahhh.......ganas juga kak Rom !", Rey berseru heboh. Mengambil beberapa potong buah dan memasukkan ke mulutnya.
"Cucu papa jadi dua dong ", papa Wisnu menyahuti dengan binar di mata.
Ia raih tangan mama Risa yang memegang garbu berisi potongan buah dan dimasukkannya ke mulutnya.
"Wahhh... kabar bagus nih !" Mama Risa berseru heboh.
"Udah berapa bulan ?" lanjut Mama Risa.
"Jalan dua bulan, Ma ", Roman sambil mengunyah potongan buah.
"Kamu hati-hati jaganya, trimester pertama masih rentan tuh !" nasehat mama Risa.
"Iya Ma, hamil yang ini Anita sering banget mual, nggak kayak hamil clay dulu. Kasihan kalo di tinggal lama-lama ", terang Roman.
Dengan nada jail kemudian berucap lagi,
"Anita maunya ditemenin terus, nggak mau jauh-jauh dari aku, Ma !" Roman terkekeh, melirik ke arah Rey yang sedang sibuk memakan buah.
Rey tetap asyik makan, hingga kemudian Roman menyenggol kakinya di bawah.
Menoleh ke arah kakaknya, melebarkan manik mata coklatnya.
"Ngapain kak ? ngledekin aku !" kembali memasukkan potongan buah ke mulutnya dengan sedikit mendengkus.
"Perasaan..... Clay masih kecil ya Kak, udah mau nongol aja adiknya !" protes Rey.
"Nggak ada salahnya punya anak lagi, malah bagus itu. Kamu dong buruan nikah sana, biar kasih papa cucu juga !" papa Wisnu mengambil sepotong buah lagi, beranjak melangkah menuju ruang kerjanya.
Assssemmm..... nikah lagi nikah lagi
Kenapa papa jadi nyebelin kayak gitu sih
Nggak sadar apa dia yang selalu gagalin rencana aku buat bikin anak
Huh...
Sebelum benar-benar meninggalkan ruang makan beliau menghampiri Rey di kursinya dan menepuk pundaknya,
"Papa tunggu anak-anak dari kamu, ingat satu bulan lagi !"
Rey memandang punggung papanya yang melangkah menjauh dalam diam. Ucapan papanya terngiang di telinganya, membuat kepalanya jadi sedikit pening.
Anak-anak, satu bulan ???
Calon istri aja blom juga ketemu
Fix.....anak-anak kucing pasti nih yang dimaksud papa
Mama Risa yang melihat itu, mencebikkan bibirnya ikut meledek Rey.
"Nah tuh.....apa juga kata papa kamu, sama kan sama mama ?"
"Tapi nggak satu bulan juga lah, ma !" bilangin ke papa gih !" rengek Rey.
"Usaha dong kamunya, masa penakhluk wanita nyerah !", Mama Risa terkikik geli, "makin cepet makin bagus kan? kamu bisa cepet ngerasain enaknya gimana ?" ledek mama Risa.
"Emang enaknya gimana sih, Ma ?" Rey melipat bibirnya ke dalam menahan senyum geli.
"Kamu pasti nggak mau berhenti !" Rey dan Mama Risa hampir bersamaan.
Kamprett ...... Rey smakin penasaran aja nih
Mau nyoba sama Stella pasti digagalin papa
Sama cewek lain pasti juga sama
Ya Tuhan ...... Rey bisa mati penasaran kalo gini
Rey mengacak rambutnya asal seraya mendengkus kesal,
"Jangan salahin Rey ya Ma, kalo hamilin anak orang !"
"Eh .....gimana " Mama menatap Rey dramatis.
"Nikahin dulu, baru bikin dia hamil !"
Rey mencomot satu potong buah lagi. Kemudian beranjak,
"Rey keluar dulu deh, Ma !" pamit Rey.
"Mau kemana ?" Dahi mama Risa mengeryit dalam. "Rom....Rom ikutin adik kamu, jangan sampe bikin onar !" seru mama Risa.
"Apaan sih, Ma? Mau bikin ***-*** dong !" Rey tergelak meledek mamanya.
"Cabut kak Rom !" Ajak Rey. Roman beranjak, mencium pipi mama cepat, mengikuti langkah Rey.
Keduanya melangkah ke sisi ruangan besar disebelah ruang tengah, di situ terdapat lift yang akan mengantar mereka ke lantai atas.
Mama Risa menghela nafas lega, ia kira Rey akan keluar ke club lagi malam ini.
Menekan tombol 3, mereka berdua segera masuk saat pintu lift itu terbuka.
Sebentar kemudian mereka berdua sampai di lantai tiga. Ruangan terbuka dan luas yang beratap transparan, memperlihatkan pemandangan langit secara langsung.
Sebuah ranjang berukuran king size tertata rapi di sana. Di ujung ruangan terdapat sebuah sofa berukuran besar. Di hiasi beberapa bunga aglonema dengan pot-pot besar, semakin menambah asri ruang itu.
Tak jauh dari sofa, seperangkat perlengkapan komputer lengkap tertata rapi di sana.
"Ruang kerja yang bagus, Bro !" Roman berjalan berkeliling melihat hasil desain adiknya.
Rey membaringkan tubuhnya di ranjang, melipat tangannya di bawah kepala, memandangi indahnya langit malam.
"Hemm... sangat nyaman di sini, Kak !" Rey masih memandangi langit malam yang penuh bintang.
"Tentu saja ..... ", Roman ikut membaringkan tubuhnya di samping Rey.
"Kapan ganti desain kayak gini?" Roman menoleh ke arah Rey.
"Lumayan lama sih kak, kayaknya hampir satu tahun ", pandangan Rey masih lurus ke atas.
"Pasti aku aja yang telat lihatnya !" Roman terkekeh.
Rey ikut terkekeh pelan.
Memang semenjak pindah ke Jakarta, Roman tidak pernah naik ke lantai tiga. Kalau main ke rumah papa Wisnu, cuma di lantai bawah dan di kamarnya lantai 2.
" Sibuk sama Mbak Anita terus sih !" Rey tergelak.
Roman terkekeh kecil. Matanya menerawang menatap langit malam.
"Jadi kangen nih sama kakak ipar kamu !" celetuk Roman.
"Ya.....elah, segitunya kak, blom satu hari juga nggak ketemu ", Rey meledek Roman.
"Blom pernah ngrasain ya kamu !" bela Roman.
"Awas ntar Kalo udah bucin sama cewek, nggak bakalan mau di tinggal kamu..... jangankan satu hari, satu jam aja rasanya... beuhh ... nggak kuat !" lanjut Roman.
"Bussyettt......masa sih !" spontan Rey berseru.
Roman menganggukkan kepalanya.
"Ditelepon aja kalo gitu, kak !" Usul Rey.
"Kagak usah, besok juga udah balik, ntar Clay malah rewel ", Roman menyahuti.
Benar juga, Clay pasti akan nangis merengek pengen ikut papanya.
Mereka sama-sama terdiam, memandangi langit malam yang penuh bintang.
Sesekali diselingi dengan candaan.
Tak terasa akhirnya mereka tenggelam dalam mimpi indah.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
susi 2020
😍😍😍
2023-08-27
0
susi 2020
🤩😘
2023-08-27
0
fifid dwi ariani
trus Sehat
2023-07-03
0