Malam hari di Kota Surabaya. Di sebuah club terbesar di kota itu, tepatnya di VIP room, tiga lelaki muda dan tampan sedang menikmati alunan musik yang memekakkan telinga. Sesekali mereka menenggak minuman yang berjejer di meja.
Sebentar kemudian datang seorang wanita cantik dengan pakaian seksi. Bahkan bisa dibilang teramat seksi, karena menampilkan separuh bagian atas tubuhnya.
Wanita itu menghampiri lelaki paling jangkung dengan manik mata coklat.
"Hai Rey, kok nggak ngajakin aku sih tadi!" sapanya genit dan manja.
Bukannya menjawab lelaki muda itu malah menarik pinggang si wanita hingga tubuh mereka berdekatan,
"aku tahu kamu pasti nyusulin aku", katanya berbisik dan meniupkan nafasnya ke telinga wanita itu. Yang dibalas dengan senyum menggoda dari si wanita.
Ya, lelaki muda itu adalah Reymond Aditya Mahendra. Putra kedua pasangan konglomerat ternama di Surabaya, Wisnu Mahendra dan Risa Amelia.
Wanita yang dipeluknya adalah Stella, teman kencannya beberapa bulan terakhir ini.
"Woiii Stel, makin seksi aja kamu! " teriak pemuda yang duduk tidak jauh dari Rey. Dia adalah Andra, teman Rey. Lelaki muda tampan berkulit kuning dan manis itu memang suka menggoda cewek-cewek dengan penampilan seksi macam Stella.
"Bisa aja kamu, Ndra! " Stella menoleh ke arah Andra.
"sendirian? " tanyanya seraya duduk di pangkuan Rey.
" Ya enggaklah, Dave aja bawa gebetan, masa aku kagak? " Andra menyengir.
"Woii Dave, gebetan kamu udah dat - "
Andra menghentikan kalimatnya, saat menolah ke arah Dave.
"Bussyeet... udah ***-*** aja kamu! "
Andra mendelik konyol melihat teman di sebelahnya sudah pangku-pangkuan dengan seorang wanita seksi. Mereka berciuman.
"Ngapain? " Dave menjauhkan wajahnya dari si wanita, menyeringai ke arah Andra.
" Gebetan baru lagi?" Andra melebarkan bola matanya. Di balas anggukan kepala oleh Dave. Temannya yang satu ini memang paling suka main-main sama cewek. Tiap clubbing sama Andra dan Rey, selalu bawa gebetan baru.
"Kagak ada gebetan, kamu?" Dave tergelak meledek Andra.
" Tadi nggak pesen aku, sih!"
" Sialan kamu, Dave! " Sungut Andra.
Tak berselang lama datang seorang wanita dengan penampilan tak kalah seksi dari wanita Rey dan Andra.
"Hai, sayang! " Sapa wanita itu ke Andra.
"Kok lama sih kamu? " Rajuk Andre seraya menarik tubuh wanita itu, hingga tubuh mereka menempel. Wanita itu Angela, teman kencan Andra.
"Aku takut ketahuan papa, jadi harus buat drama dulu biar dibolehin keluar", Wanita itu mencebikkan bibirnya.
" Ya udah, yang penting udah datang ke sini! " Andra memeluk pinggang wanitanya. Kemudian menoleh ke arah Rey dan Dave,
"Nggak turun, bro?" Ajak Andra.
"Boleh, c'mon babe! " Rey menimpali. Stella beranjak dari pangkuan Rey.
"Dave, 'c'mon! " teriak Rey.
"Kita nggak turun bro, langsung cabut aja! " Dave mengedipkan sebelah matanya.
Dasar maniak keburu on fire aja.
" Anjirr, udah kagak tahan ya kamu, buruan sana! " Rey tergelak. Dave menyeringai dan mengacungkan jempolnya ke udara.
Andra hanya menggelengkan kepalanya.
Kedua pasangan itu segera turun ke dance floor. Menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan musik.
"Bener kata Andra, kamu makin seksi! " Bisik Rey di telinga Stella. Tangannya nakal menyentuh bagian atas tubuh Stella yang terbuka . Wanita itu mendesah pelan.
" tapi belum bisa jatuhin kamu! " Bisik Stella ke telinga Rey. Dibalas kekehan oleh Rey.
"Gimana kalo malam ini? " Stella menyentuh dada bidang Rey. Menunjukkan senyum menggodanya.
" Boleh, kamu yang minta ya? " Rey mengerling nakal.
Tidak membuang kesempatan, Stella segera menarik tangan Rey menjauh dari dance floor. Sementara Andra dan Angela sudah pergi entah kemana.
Saat keduanya bergegas untuk menuju private room, tiba-tiba dihadang dua orang lelaki berbadan tinggi besar. Mereka tak lain adalah pengawal pribadi Wisnu Mahendra.
"Maaf Tuan Muda, Tuan Wisnu menyuruh anda pulang sekarang! " Kata salah satu pria tinggi besar itu.
Seketika Rey mengumpat.
Shitt !!
Papa nggak asyik banget, sih!!
Nggak tahu anaknya mau ***-*** apa?
" Ngapain?" Sungut Rey.
" Kami disuruh Tuan Wisnu membawa anda pulang! " Jawab lelaki berbadan besar itu.
Bukannya Rey takut pada mereka, Rey juga sanggup melawan kedua pengawal itu. Rey nggak akan kalah, dia jago beladiri.
Sejak SD Rey sudah Aktif ikut kegiatan bela diri, sehingga membentuk tubuhnya yang sekarang, tinggi atletis plus perut dengan roti sobeknya.
Rey mengalah karena nggak mau melawan papanya. Selalu begitu, Rey sudah hafal betul setiap kali dia ke club malam dan akan bersenang-senang dengan wanita pasti digagalkan oleh papanya.
Pak Wisnu memang menugaskan pengawal khusus untuk mengawasi tingkah laku anaknya di luar sana, terutama ketika Rey sedang ke club atau pergi bersama wanita-wanita teman kencannya. Pak Wisnu tidak ingin anaknya terjerumus pergaulan bebas. Cara ini juga beliau lakukan untuk putra pertamanya dulu, kakak Rey dan itu berhasil.
Mendesah pelan, biarpun kesal akhirnya Rey menuruti perintah papanya. Ia raih pinggang stella, kemudian berbisik ke telinganya,
" Lain kali pastiin nggak akan gagal !"
Stella hanya tersenyum kecut. " Aku tunggu saat itu, Rey! " Ganti berbisik ke telinga Rey. Ia lepas tangannya yang bergelayut di tangan Rey.
Rey melangkah meninggalkan Stella diikuti dua pengawal di belakangnya.
Stella mengumpat kesal.
Brengsekk!!
Si tua Wisnu selalu gagalin rencana aku.
" Awas aja nanti, aku akan naklukin kamu Rey! " gumam Stella mengepalkan tangannya.
Setibanya di rumah Rey langsung menyeruak masuk ke ruang kerja papanya, masih di ekori dua pengawal yang tadi menjemputnya. Dengan gerakan sedikit kasar, ia buka pintu jati besar itu,
" Ya elah Pa, nggak tahu banget anaknya lagi seneng-seneng. Ngapain sih disuruh pulang ?" Rey bersungut-sungut.
Pak Wisnu memberi tanda agar kedua pengawalnya itu meninggalkan mereka berdua.
"Sampai kapan kamu akan seperti itu? -
Pak Wisnu menghela pelan -" kamu harus berhenti Rey, nggak baik untuk masa depan kamu."
Rey masih berdiri dengan tampang kesal. Ia berjalan mondar-mandir untuk meredakan hatinya yang kesal.
"Aku masih muda Pa, masih pengen seneng-seneng !" teriak Rey.
" Seneng nggak harus dengan cara kayak gitu. Kamu udah mau 28 tahun, mulai pikirin masalah perusahaan. Udah waktunya kamu berubah, kamu yang bakal gantiin papa mimpin perusahaan." Papa Wisnu berucap dengan tenang.
Ketenangan dan kewibawaan yang terpancar dari sikapnya membuat Rey terdiam. Tidak bisa membantah papanya. Papa Wisnu selalu sabar dan tenang dalam menghadapi kenakalan anak keduanya itu. Berulang kali pengawal Papa Wisnu yang disuruh mengawasi Rey, memergoki anaknya itu dengan seorang wanita.
" Serius sama satu cewek yang bener, nikahi dia. Jangan main-main terus kayak gini ", Papa Wisnu menasehati.
Rey yang semula berdiri dengan wajah kesal, berangsur tenang lalu melangkah mendekati papanya. Ia sandarkan tubuhnya di kursi depan papanya,
"Rey belum siap, Pa! " menatap papanya dengan sorot memohon.
"Lagian kan ada kak Roman! " bela Rey.
Hanya alasan. Papa Wisnu tahu anaknya hanya menghindari tanggung jawab memimpin perusahaan karena belum serius saja. Rey anak yang cerdas.
"Kakak kamu biar pegang perusahaan yang di Jakarta.
Udahlah, Papa yakin kamu pasti bisa !" Papa Wisnu beranjak dari duduknya, berjalan ke samping Rey. Menepuk bahu anaknya pelan.
"Yang penting kamu harus nikah dulu, pasti pikiran kamu akan terbuka nanti! " katanya kemudian.
Rey masih terdiam duduk di kursinya, ia garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Apa perlu Papa bantuin cari istri buat kamu?" Papa Wisnu tersenyum licik.
Rey mendongak, menoleh ke arah papa Wisnu yang berdiri di samping kursinya.
"Ogahlah Pa, Rey masih bisa ya cari sendiri ", tolak Rey.
"Buktiin sama, Papa! " tantang papa wisnu.
"Papa kasih waktu satu bulan! "
Papa Wisnu melangkah keluar ruang kerjanya, meninggalkan Rey yang masih bengong di tempatnya.
What ??? Satu bulan.
Rey melongo tak percaya.
Pilihan macam apa yang di kasih Papa ini ??
Bikin pusing aja.
Calon istri dimana kamu???
**********************************
Rania baru saja menidurkan kedua anaknya. Kemudian ikut berbaring di sebelah mereka. Sebuah notifikasi pesan masuk. Ia raih ponselnya di meja kecil sebelah ranjangnya.
Pesan dari Mina.
Mina : " gimana anak - anak kamu, udah di kasih tau? "
Sambil tiduran Rania membalas chat Mina.
Rania : " Iya udah, Alhamdulillah Min, mereka mau ngerti "
Mina : " Nah, apa aku bilang, bener kan?"
Rania menggeleng pelan dan tersenyum. Kemudian menuliskan kembali balasan.
Rania : " Iya, syukurlah mereka nggak rewel, nggak minta macem-macem. Cuma satu macam yang bikin aku pusing "
Mina : " minta apa mereka? "
Rania : " Papa ganteng"
Lama Mina tidak membalas chat terakhir Rania. Rania meletakkan ponselnya di meja lagi, tetap sambil berbaring.
Ia hendak memejamkan mata, ketika tiba-tiba ponselnya berdering, panggilan dari Mina. Ia raih ponsel itu, dan bangkit dari baringannya bersandar di dasbord ranjang.
" Anjirrr Ran, permintaan anak kamu keren banget!" terdengar gelak tawa Mina di seberang sana. Rania sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga.
"nggak lucu tau, bikin aku pusing malah" , keluh Rania.
"Terus apa rencana kamu selanjutnya? " tanya Mina di seberang sana.
" Besok mau ngurus surat pengunduran diri aku, Min !" Rania membenahi selimut anak nya yang menyingkap dengan tangan kanannya.
"iya, semoga lancar ya, Ran ! "
"Makasih, Min". Mereka mengakhiri sambungan telponnya.
Rania hendak menaruh ponselnya, tiba-tiba mengingat sesuatu.
"Kayaknya aku harus hubungi teman aku di Surabaya deh " gumamnya pelan.
Ia cari kontak nomor di ponselnya. Ardi, teman karibnya dulu sewaktu di Surabaya.
"Semoga belum ganti nomer dia", gumamnya sebelum menekan nomer Ardi.
Sesaat panggilannya tersambung.
" Hallo, Assalamu'alaikum, Ra - Rania?" terdengar sapaan dari seberang sana. Ada nada keraguan di sana.
" Wa'alaikum salam, ya ni aku. Ni Ardi kan ? beneran kamu , Ardi? "
Rania meyakinkan dirinya.
Terdengar suara lelaki itu terkekeh di sana.
" Ya, iyalah emang siapa lagi?" suara di seberang sana masih terkekeh.
"Aku nggak nyangka kamu masih simpen nomer aku, kirain udah lupa".
"Enggaklah, aku kira kamu yang lupa, masih nyimpen nomer aku juga ya? " Rania juga terkekeh geli.
Lama sekali mereka nggak kontak. Hampir 3 tahun Rania sudah neninggalkan Surabaya.
Ternyata nomer temannya itu masih sama. Rania juga nggak mengganti nomernya selama ini, takutnya bisa loss contact sama teman-temannya kalo ganti nomer baru.
"Gimana kabar kamu, Ran?
Kangen banget sama kamu", Ardi selalu lebay.
"Alhamdulillah Ar, baik.... kamu gimana? " Rania ganti tanya.
" Nggak terlalu baik sih, abisnya di tinggal pulang kampung sama kamu ", Suara Ardi di seberang sana sedikit mendengkus.
"Aku mau balik lagi ke Surabaya, Ar", Rania beranjak dari ranjang, melangkahkan kakinya untuk duduk di kursi kayu yang ada di kamarnya.
"Beneran? kapan? " Ardi berseru heboh dari balik telepon.
" Lusa, aku dapat panggilan kerja", Rania menyahuti.
"Asyik ..... aku tunggu ya?" ntar sampe Surabaya, jangan lupa hubungin aku".
"Ok..! " balas Rania.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Maura
visualnya thor biar semangat baca
2023-09-10
0
susi 2020
😍😍
2023-08-26
0
susi 2020
🤩🤩
2023-08-26
0