Cinta Karena Mandat (Revisi)
Semarang sedang diselimuti awan hitam. Langit tak henti-hentinya menangis dari kemarin sore. Membuat hawa menjadi sejuk. Jalanan sepi tak ada yang mau terkena air hujan yang menyejukkan itu.
Sigit Nagendra Ardhitama, seorang polisi di kota Semarang. Usianya sekitar 27 tahun. Masih jomblo. Wajahnya sangat manis. Membuat para gadis yang melihatnya selalu terpesona. Tapi Sigit tak pernah menggubris semuanya. Dia hanya fokus untuk mengejar karirnya.
Malam itu dia baru saja pulang dari kerja. Melepas jas hujan dan menggantungnya di cantelan depan rumahnya. Sigit lebih senang memakai motor ketimbang naik mobil. Itu karena lalu lintas Semarang yang tak bisa ditebak kapan akan macet dan kapan akan lenggang.
Sigit membuka pintu rumahnya. "Baru pulang kamu Git?" tanya kakek Umang kepada cucunya. Ya, Sigit tinggal bersama kakek Umang. Papah dan mamah Sigit di Bandung. Adiknya, Maryam Ayu Ardhitama seorang kowad. Sedangkan mbah Ardhi dan mbah Rita sudah tiada.
"Iya kek. Tadi ada operasi patung, karena personilnya kurang Sigit ikut saja" jelas Sigit sambil menyalami kakeknya. Sigit adalah seorang atasan di bagian kriminal di tempatnya bekerja.
"Kamu sudah makan? Mau kakek hangatkan makanan?" Sigit tersenyum dan menggeleng. "Gak usah kek, Sigit mau langsung tidur saja. Capek"
Kakek Umang mengangguk. "Ya sudah istirahat saja. Sudah telpon mamahmu? Dia menanyakan anak kesayangannya terus tuh"
Sigit tersenyum kecut. "Pasti mamah tanya, Sigit sudah punya pacar belum, bla bla bla"
Kakek Umang tertawa melihat ocehan Sigit. "Pantas lah mamah kamu bertanya seperti itu. Usia kamu itu sudah pantas memiliki gandengan Git"
"Hmmm, kakek sama saja. Tidak membela cucunya. Sudah ah, Sigit mau tidur" Sigit meninggalkan kakeknya sendirian.
Dia melemparkan dirinya ke atas ranjangnya. Melihat ponselnya yang berdering. "Luna? Ngapain ini bocah?"
"Halo Assalamualaikum Lun"
"Waalaikum salam, Ijin Ndan! Kapolres menyuruh kita untuk melalukan operasi dadakan"
"Bisa gak sih bicaranya kayak biasa aja?" protes Sigit kepada Luna. Aluna Lestari seorang polwan usianya sama dengan Sigit 27 tahun, sama-sama masih jomblo. Anak Tari dan Tristan. Sepupu dari Sigit. Pangkat Luna masih dibawah Sigit, makanya dia memanggil Sigit dengan sebutan komandan.
"Ayo operasi pak bos! Di kafe dan bar X. Pakai kaos biru. Surat jalan sudah aku bawa. Mau dijemput atau gimana?"
"Hmm, lagi pengen rebahan. Jemput. Capek kalau pakai motor"
"Oke, tunggu di jalan depan" Luna segera mematikan panggilannya.
"Kebiasaan kalau nutup gak pake salam. Dasar Luna!" Sigit berganti baju dengan seragam yang dimaksud pleh Luna. Dia keluar kamar dan memakai sepatunya.
Kakek Umang yang dari kamar mandi bingung akan cucunya, sudah rapi lagi. "Kerja lagi?" Sigit mengangguk. "Bagaimana bisa dapat istri jika yang kamu urusi cuma pekerjaan"
"Itu lagi yang dibahas. Sudah lah kek, nanti kalau jodoh juga pasti datang sendiri. Sigit berangkat ya. Kakek jaga diri di rumah"
Umang memukul lengan Sigit. "Sebelum kamu jadi polisi, kakek terlebih dahulu menjadi TNI sampai jadi penjahat. Jadi jangan mengkhawatirkan kakek. Berani mendekat satu bola mata akan kakek cungkil"
"Hahaha, takuuuut" Menyalami kakeknya dan berlalu menuju jalan depan. Hujan sudah reda. Dia tak jadi memakai payungnya. Dia melihat sepasang muda mudi yang sedang mesra berjalan bergandengan tangan.
Sigit melihatnya dengan tatapan jijik. Tak enak dirasa. Sang gadis yang sadar akan tatapan itu menghentikan langkahnya. "Apa kamu lihat-lihat?! Punya masalah kamu sama kami??"
Sigit celingukan bingung dengan siapa gadis ini berbicara. "Aku?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya kamu! kenapa tatapannya begitu?? Ada yang salah??" Sang cowok menenangkan si cewek.
"Udah dong Muti sayang, gak usah dipermasalahkan. Maaf ya mas. Pacar saya sedang PMS"
Mutiara Insani, usianya sekitar 24 tahun. seorang PNS di kota Semarang. Sebenarnya dia minta pindah dari tempat kerjanya yang dahulu. Untuk melupakan seorang lelaki yang bernama Humam.
Ya dia pernah mencintai seorang laki-laki bernama Humam, tapi tak mendapatkan reatu dari sang Ayah yang merupakan seorang panglima TNI.
"Memang kenapa dengan tatapanku? Mengganggumu??" balas Sigit tak kalah sengit. Saat akan adu mulut ada seorang lelaki datang menghampiri Muti.
"Muti? Kamu lagi sama siapa? Kamu selingkuh dari aku?" tanya cowok yang satunya. Sigit melipat tangannya di depan dada. Memperhatikan dan menikmati pertunjukan malam itu.
Sigit berjongkok dan berpangku tangan melihat percekcokan yanh terjadi. "Kamu kan jadwalnya selasa dan rabu" ucap Muti.
Sigit mendelikkan matanya. Ciih, seorang playgirl ternyata.
"Aku mau putus dari kamu!" kata cowok yang mempergokinya.
"Oke, siapa takut! Kamu kira aku gak bisa dapatkan yang lain?? Kamu yang akan rugi karena memutuskan aku!!" Sahut Muti judas.
Mobil polisi datang. Membuat mereka membubarkan diri. Luna turun menghampiri Sigit yanh masih berjongkok.
"Ngapain Si? Beol? Atau apa?" tanya Luna tak sopan.
Sigit menjitak kepalanya. "Mau dihukum kamu? Itu tadi ada pertunjukan bagus! Kalian keburu datang sih!"
Luna berkacak pinggang. "Apanya yang bagus nonton orang adu mulut? Bising iya. Ayo lah. Nih surat jalannya" Luna menyodorkan secarik kertas kepada Sigit.
"Kafe dan bar X. Bakalan ketemu cowok yabg naksir kamu dong Lun! Pantesan semangat banget" Luna meninggalkan Sigit yang mencoba menggodanya.
.
Kafe dan Bar X
Para polisi itu langsung menutup akses keluar masuk bar itu. Sigit menemui manager pemilik tempat itu. Menjelaskan maksud dan tujuan mereka ada disana. Sedang para anggota yang lain langsung memeriksa satu per satu orang yang ada disana.
Banyak pelanggaran yang ditemukan disana. Ada 3 orang gadis belia yang ada di sana. Mereka ditemukan sedang mabuk dengan para om-om yang bersama mereka. Ada juga yang saat kejadian sedang having se*x.
Tes kencing salah seorang pengunjung adalah positif menggunakan narko*ba. Membuat Danang, manager sekaligus pemilik tempat itu harus memberikan kesaksian atas kejadian itu.
Saat itulah Danang bertemu dengan Luna. Dia sampai tak mengedipkan matanya melihat wanita cantik dihadapannya.
Luna memberikan jadwal kapan Danang harus datang memberikan kesaksian. "Anda dijadwalkan untuk datang memberikan kesaksian pada hari jum'at besok. Kami akan segera mengirimkan surat pemanggilan anda" Jelas Luna sambil masih sibuk menulis.
Danang hanya diam menikmati pemandangan di depannya hingga Luna menggebrak meja di depannya. "Hey!" panggil Luna kasar. Dia merasa tak nyaman Danang memandangnya begitu.
Sigit sampai menghampirinya. "Kenapa Lun?" Luna hanya menggeleng. "Gak papa" Sigit memperhatikan Danang dan tertawa melihatnya. "Pak Danang, apakah ada yang aneh dengan wajah wanita ini?"
Danang menggeleng. "Dia terlalu cantik untuk menjadi polwan. Harusnya dia tidak menjadi polwan"
Sigit dan Luna menautkan alis mereka. "Lalu jadi apa?" tanya Sigit.
"Jadi istri saya selamanya" ucap Danang dengan sadar. Sigit terbahak-bahak mendengarnya. Luna hendak meninggalkan meja itu. Tangannya dipegang oleh Danang, dan dengan refleks Luna menamparnya.
"Saya harap anda menjaga sikap anda" tegas Luna lalu pergi meninggalkan mereka. Sigit meringis melihat tamparan itu. Berbeda dengan Danang, dia malah tersenyum dan mengelus-elus pipinya.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Ira Suryadi
Hai Author Salam kenal,,,🤗dlu Aku pernah mampir di cerita bpk Bupati,,skrg Aku mampir di cerita mu yg ini Sepertinya Ceritany menarik Aku Cba baca dlu ya Author,,🤗☺
2024-07-10
0
Ummi Ime 🙈
Mampir untuk pertama...✌️
2022-10-06
1
Maryani Sundawa
karya mu yg lain udh tak baca mak, tinggal ini...tapi langsung favorit ko😍😍👍
2022-05-27
0