Setelah kepergian para polisi itu dari barnya, Danang memeriksa cctv yang ada. Dia kecolongan karena bisa ada gadis belia yang masuk ke barnya. Dia geram. Dia memanggil satpam dan orang kepercayaannya.
Danang marah kepada satpam itu. "Tapi pak, yang meloloskan bukan saya, para pengawal itu. Mereka memang memberikan identitas kepada saya, tapi saya rasa itu identitas palsu, makanya saya panggil pengawal itu dan mereka meloloskannya" jelas satpam itu.
"Panggil dua pengawal tadi yang berjaga" suruh Danang kepada satpam itu. Lalu meninggalkan ruangan Danang.
"Cari tahu tentang polwan yang tadi datang menemuiku. Dan caritahu orang ini" Danang menunjukkan cctv saat Luna bersama dirinya dan menunjukkan wajah orang yang datang bersama para gadis belia itu.
Wajahnya terlihat samar di cctv itu. Membuat orang kepercayaan Danang melakukan cek semua cctv. "Baik pak, akan saya laksanakan. Saya akan ke ruang kontrol cctv"
Danang mengangguk. "Berikan laporan sebelum jum'at pagi padaku". Orang itu mengangguk dan berlalu dari hadapan Danang.
"Benarkah itu kamu? Aluna Lestari?" kata Danang bergumam sambil duduk di kursinya.
.
Mereka yang digelandang ke polres kota langsung diproses. Para gadis belia itu takut dan menangis. Petugas menanyakan keluarga yang bisa dihubungi tapi mereka tak mau menjawab.
Setelah diperiksa, identitas yang mereka bawa adalah identitas palsu. Membuat petugas semakin yakin bahwa mereka sedang dijadikan alat untuk kasus prosti*tusi. Saat ditanya siapa yang membawa mereka, mereka hanya diam saja.
"Jika kalian diam seperti ini, hukuman kalian akan lebih berat nantinya" ucap Eka saat memeriksa mereka.
Luna menggeledah isi ponsel mereka satu per satu, masih ada chat yang tersimpan dari salah satu ponsel milik mereka. "Mereka dibawa oleh seseorang" kata Luna dan memperlihatkannya kepada Sigit.
"Minta rekaman cctv kepada pihak bar, kita butuh data itu" perintah Sigit. Luna berdecak. "Yang lain saja lah"
Sigit menautkan alisnya bingung. "Hahaha, kamu takut digodain lagi sama si Danang?" Seseorang datang mendekat kepada Luna. "Info pemilik bar itu adalah anak dari Ana dan Arka"
Luna mengangguk. "Terima kasih infonya, dan tolong mintakan rekaman cctv di bar X" orang itu mengangguk. Sigit geleng kepala melihat sepupunya. "Bos bodyguard! Kenapa nyari tahu tentang Danang?" tanya Sigit penasaran.
"Ayah juga selalu ngawasin aku kali Git. Pasti nanti ayah yang tahu lebih dulu soal Danang, dan selalu nanti aku dilarang beginj begitu" tutur Luna.
"Hmmm, pakdhe agak lebay"
"Kamu tahu tante Ana? Dia adalah musuh semasa kuliah emaknya kita. Dia pernah ngejar-ngejar papah kamu. Terus ngejar Ayah juga"
Sigit menautkan alisnya. "Kok kamu tahu sih?"
"Ibun yang cerita semuanya. Cerita tentang masa lalu" Sigit hanya mengangguk.
Penyelidikan dihentikan mengingat waktu terus berjalan. Akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing. Seperti biasa, Sigit akan mengantarkan Luna pulang jika sudah sangat larut. Karena ayahnya hanya percaya dengan Sigit.
"Mobilmu tak bawa ya" ucap Sigit. Luna mengangguk lalu segera masuk ke dalam rumahnya. Ayahnya masih menonton bola. Dia menyalami ayahnya dan segera masuk ke kamar.
Saat Luna memegang handel pintu, ayahnya bilang. "Jauhi lelaki yang kamu tampar" ucapnya. "Iya yah" sahut Luna.
Begitulah Tristan terhadap anak perempuannya. Luna melemparkan tubuhnya ke ranjang. "Sampai kapan ayah akan melarangku seperti itu? Danang, kamu apa kabar?"
Luna mengenal Danang, dia adalah teman satu SMA nya saat Luna pindah dari Kalimantan ke Semarang. Mereka satu kelas dan Danang adalah yang menjadi teman pertamanya.
Luna menepis pikiran itu lalu segera memejamkan matanya tanpa membersihkan diri terlebih dahulu.
.
Masa laluuuuuu, terpesonaaaa aku terpesonaaaa memandang memandang wajahmu yang maniiiis.
Alarm ponsel itu terdengar nyaring di telinga. Sang pemilik masih enggan membuka matanya. Hingga sang kakek membangunkannya.
"Subuh dulu" kata kakeknya. Sigit segera menuju kamar mandi dan berbegas untuk sholat subuh. Seperti biasa, dia akan jogging terlebih dahulu di sekitar area rumahnya. Banyak gadis-gadis yang mengidolakannya. Selalu melempar senyum tiap berpapasan dengannya.
"Hai pak pol" sapa salah seorang perempuan bernama Jihan. Seorang PNS muda di Samsat kota Semarang. Ya, dia adalah teman kerja Muti. Saat itu dia bersama dengan Muti, makanya berani untuk menyapa Sigit. Muti saat itu sedang menginap di rumah Jihan, karena harus mengerjakan laporan bersama.
Muti geleng kepala terhadap Jihan. Bisa-bisanya godain cowok saat jogging. Tiba-tiba kaki Muti kram. "Aduh duh duh, sakit kaki akuuuuuuu" ucap Muti sambil terduduk dan memegang kakinya yanh menjadi kaku.
Jihan panik dan refleks minta tolong. "Tolong.... tolongg....." Sigit yang tak jauh dari mereka menoleh ke belakang. Dilihatnya dua orang perempuan yang menggodanya tadi sedang dalam masalah dan butuh pertolongan.
"Kenapa?" tanya Sigit sambil berjongkok memastikan keadaan. "Kaki teman saya kram" jawab Jihan. Sigit segera meluruskan kaki Muti. Membuat Muti mengaduh kesakitan.
Muti refleks memukul-mukul lengan Sigit yang kekar. Setelah beberapa menit melakukan peregangan otot akhirnya kram itu hilang. Tapi membuat Muti menjadi agak susah berjalan.
"Besok lagi kalau mau olahraga pemanasan dulu. Biar gak kejadian begini lagi" nasehat Sigit kepada Muti. Muti melihat wajahnya. "Kamu cowok yang semalam kan??"
Sigit mengingat kejadian semalam sebelum dirinya dijemput oleh para kawanannya. "Ooo, kamu cewek playgirl semalam? Kena karma ya kakinya jadi kram. Makanya mbak, jangan suka mainin hati lelaki" ucap Sigit sambil berlalu meninggalkan mereka.
"Dasar! Cowok sok kecakepan!" teriak Muti kepada Sigit tapi tak digubrisnya.
Jihan tertawa mendengar temannya dikatakan playgirl oleh seorang laki-laki. Karena sepengetahuan Jihan, cowok yang bertemu dengan Muti akan berakhir menjadi kekasih sementaranya saja.
"Jangan ketawa gak jelas kamu! Bantuin!" perintah Muti. "Siap anak panglima!" jawab Jihan sambil tersenyum.
.
Apel pagi seluruh jajaran kepolisian dilakukan di lapangan polres. Sekitar setengah jam lamanya apel itu berlangsung.
Sigit menuju ruangannya. Luna mengekor di belakangnya. "Pagi, Ndan!"
"Pagi Lun, gimana gadis belia itu? Sudah ada yang mau mengaku?" tanya Sigit.
"Semalam sih belum. Tapi pagi ini aku belum bertanya lagi. Kapolres mau ketemu kamu tuh"
Sigit menghentikan langkahnya membuat Luna menabrak tubuh Sigit. "Sisi nih kebiasaan kalau jalan tiba-tiba berhenti"
Sigit menjitak kepala Luna. "Sopan sama atasan. Bos besar ngapain minta aku le ruangannya?"
"Sepertinya operasi bar, tempat karaoke, dan kos-kosan jadwalnya dimajukan. Tahu lah, tanyakan sendiri saja" Luna meninggalkan Sigit dan berlalu kembali ke mejanya.
Yudi rekan kerja Luna membawa surat perintah untuk memintai Danang keterangan. Luna membacanya. "Kok aku yang jadi penyidik Yud. Pak Kamto kemana?"
"Pak Kamto nyelidiki kasus lain mbak Lun. Banyak copet di pasar X" kata Yudi. Luna menyandarkan kepalanya di mejanya.
"Bagaimana aku bisa menghindarinya jika terus dipertemukan seperti ini? Aaahhh, rasanya ingin cuti aku, Yud!"
Yudi menepuk bahu seniornya. "Semangat mbak Lun! Sambil menyelam minum air mbak Lun, sambil penyidikan sambil pedekate. Hehehe"
Luna melempar spidol ke arah Yudi yang sedang tertawa puas mengejeknya.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
liend
rumit ya hubungan danang sama luna... mangaaat lun
2021-12-05
0
Az Zidan
mau melupakan,.malah suruh pedekate 😅
2021-11-12
1
☠T⃟c⃟a⃟h⃟ C⃟l⃟a⃟n⃟d⃟a⃟'a⃟n⃟☠
q dah sampai thor
2021-11-07
0