Sigit masuk ke ruangan komandannya. Memberinya hormat dan dipersilahkan duduk oleh komandang Agung.
"Duduk, Git" kata Agung. Sigit duduk berhadapan dengan Agung. Agung memberikan berkas-berkas nikah kantor untuk Sigit. Membuat Sigit bingung dan menautkan alisnya.
"Apa ini Ndan?" Komandan Agung hanya tersenyum "Kamu bisa baca kan itu apa?"
Sigit mengangguk. "Berkas nikah kantor. Tapi untuk siapa?"
"Kamu lah!"
"Ha??" Sigit melotot dan menganga tak percaya. "Komandan pagi-pagi ngelawak nih" ucap Sigit bercanda. "Push up 10x"
Sigit segera melakukan perintah komandannya. Dia masih kebingungan mendapati berkas itu. "Cukup" kata Agung.
"Isi semuanya, dan segera kumpulkan ke saya biar kalian cepat sidang pra nikahnya" Sigit masih tak mengerti dengan yang dikatakan komandannya.
"Telpon mamah papahmu jika kamu masih bingung. Panglima TNI yang menyuruhku untuk memberikan berkas nikah itu untukmu. Selamat ya, ternyata jodohmu bukan sembarangan" ocehan Agung semakin membuat Sigit kebingungan.
"Baik Ndan, terima kasih. Saya permisi dulu" Agung mengangguk dan Sigit segera memberi hormat kepada komandannya. Lalu berlalu dari ruangan itu.
Dia segera kembali ke ruangannya. Disana sudah ada Luna yang membawa berkas untuk ia tanda tangani. Dia meletakkan meja itu di mejanya. Luna penasaran dan membukanya.
"Nikah kantor? Sama siapa Si?"
"Push up 20x" ucapnya kepada Luna. Luna lupa jika dia sedang berhadapan dengan atasannya. Segera dia push up sesuai keinginan Sigit.
Luna benar-benar kepo. Saat ingin menginterogasi Sigit yanh sedang menandatangi berkas Yudi masuk. "Ndan, bajunya calon ibu" ucapnya.
Yudi ikut duduk di samping Luna. Sigit menatap mereka. "Apa?" tanyanya.
"Komandan mau nikah sama siapa?" tanya Luna sangat penasaran. Sigit hanya mengangkat bahunya tanda tak tahu. "Lhaaah, gimana sih?" sahut Yudi.
Sigit memberikan berkas itu kepada Luna. "Aku mau telpon mamah sama papah dulu nanti. Aku juga bingung. Kapolres memberiku ini membuatku semakin bingung. Aaarrrhhgggg, kenapa siiiiih??" ucapnya kesal.
Yudi dan Luna tertawa. "Haduuuhh, sepertinya aku harus cari gandengan. Karena komandan dan mbak Luna sudah punya masing-masing"
Sigit kaget saat Yudi menyebut Luna sudah memiliki gandengan. "Ha? Sama siapa Lun?"
Yudi segera kabur saat Luna sudah alan menghukumnya. "Woy" kata Sigit.
"Apa sih?"
"Sama siapa?"
"Lhah, omongan Yudi mbok percaya. Oh iya, bisa bantu aku gak menyidik Danang? Pak Kamto gak bis tuh"
Sigit menautkan alisnya. "Surat perintahnya ke siapa? Kamu?" Luna mengangguk. Sigit tertawa. "Hadapi bos! Semangaaaaat"
"Aaahh, Si. Beneran deh, aku mending gak ketemu sama dia. Aku malas mendengar permintaan ayah begina begini"
"Kamu sama Danang kenal dimana sih Lun?" tanya Sigit masih penasaran mengapa sepupunya itu bisa kenal lelaki selain dari jajaran kepolisian. Teman SMA Luna kebanyakan perempuan, Sigit tak tahu jika Danang dulu adalah teman pertamanya.
"Panjang ceritanya, ayolah bantu aku" Sigit menggeleng. "Kamu itu orang yang profesional. Gak bakalan mungkin kamu melibatkan perasaan terhadap pekerjaan. Semangat! Kamu pasti bisa! Jatuh cinta gak salah kok Lun"
Luna berdiri. "Kayak situ pernah jatuh cinta saja" lalu berlari kecil meninggalkan ruangan itu sebelum Sigit menghukumnya lagi.
Sigit segera menyelesaikan pekerjaannya. Berkutat dengan laptop yang dengan setia ikut menatapnya juga.
Fikirannya tak fokus melihat berkas nikah dan seragam bhayangkari itu. Dia membukanya lagi dan menutupnya kembali.
"Apa-apaan papah sama mamah ini? Kenapa bisa begini sih? Aku mau dinikahkan dengan siapa? Hadoooh, kalau aku telpon sekarang mereka pasti sedang sama-sama kerja. Nanti saja lah" Akhirnya Sigit menyingkirkan berkas nikah dan seragam itunke laci mejanya.
Yudi datang lagi dan memberikan surat perintah operasi nanti malam. "Kos melati dan karaoke A" ucap Sigit.
"Iya Ndan"
"Okeh, aku ikut" Yudi duduk di kursi itu lagi. "Calon komandan anak panglima ya?" Sigit menautkan alisnya bingung.
"Darimana kamu tahu?" padahal ia sendiri tak tahu itu betul atau tidak.
"Dari bu Marni, tadi pas ngambil seragam calon bu komandan. Gak nyangka saya, komandan pilihannya yang seksih-seksih begitu. Saya kira pilihannya yang kayak mamah Anin"
Sigit tersenyum kecut. Jiwa jahilnya keluar. "Push up 30 kali karena menghina calon ibu komandan"
Yudi pasrah. Dia melakukan push up 30 kali sesuai keinginan komandannya. Selesai itu dia segera pamit undur diri dari ruangan komandannya.
Waktu sholat dzuhur tiba. Sigit segera mengambil sajadah dan pecinya dan berlalu ke mushola polres. Selesai itu dia segera kembali ke ruangannya. Luna masuk membawakan makan siang untuknya.
"Kunci pintunya Lun" perintah Sigit.
"He? Aku ning jero lho iki. Ngko dikiro ono opo-opo (He? aku di dalam lho ini. Nanti dikira ada apa-apa)"
Sigit berdecak. "Aku mau telpon mamah sama papah. Minta penjelasan kepada mereka tentang berkas dan baju itu"
"Hmm, okelah, aku makan di luar saja" Luna hendak meninggalkan ruangan Sigit.
"Disini saja, dengarkan ucapan mamah dan papah. Bantu aku nantinya"
"Bantu? Bantu apa maksudmu?" tanya Luna lagi.
"Bantu kabur kalau jadi dinikahkan"
"Emoh! Om Bagas dan papah akan menghajarku habis-habisan kalau tahu ide gilamu itu" Luna menolak ide Sigit itu. Para orang tua mereka lebih handal dalam hal strategi. Bila dibandingkam dengan dirinya dan Sigit ia tak ada apa-apanya. Mereka bagai anak ingusan yang masih amatiran.
"Makan dulu lah" ucap Sigit akhirnya. Mereka berdua makan dalam keheningan. Selesai makan, Sigit segera meraih ponselnya dan menghubungi papahnya. Tak diangkat.
Dia mencoba kembali menghubungi mamahnya dan diangkat. "Assalamualaikum mah"
"Waalaikum salam, anaknya mamah akhirnta nelpon juga. Kenapa sayang?"
"Mah, ini kepada Sigit diberi beekas nikah kantor dan seragam bhayangkari. Untuk siapa?" tanyanya mencoba mengorek informasi dari mamahnya dengan tenang.
"Untuk kamu dan Muti" jawab mamahnya singkat.
"Muti? Muti siapa? Mamah jangan bercanda deh. Kenal yang namanya Muti saja gak, ini disuruh nikah. Ini ide siapa sih mah? Ha? Sigit beneran bingung nih?"
"Hahaha, gak usah bingung. Besok jum'at mamah dan papah ke Semarang. Papah akan menjelaskan semuanya"
Sigit mulai gusar. Dia berdecak karena mamahnya hanya memberikan sedikit informasi kepadanya. "Mamah nih, ah, Sigit gak mau nikah sama orang yang gak Sigit kenal apalagi gak Sigit cinta. Sigit tahu mamah sudah ingin punya mantu. Tapi nanti mah, kalau Sigit sudah mendapatkan orang yang tepat"
"Iya Muti orangnya. Pernikahan ini akan membawa kalian menuju cinta karena mandat nak"
"A-apa tadi? Cinta karena mandat? Mandat dari siapa sih mah? Mamah bikin alu pusing deh. Jangan berbelit-belit deh mah"
"Mandat dari seorang ayah yang ingin anaknya dijaga oleh orang yang tepat. Sudah dulu ya, mamah belum sholat nih. Assalamualaikum sayang"
"Tapi mah....." panggilan terputus. "Waalaikum salam" Sigit duduk dengan lesunya.
"Lun, suruh orang kamu nyari info gadis bernama Muti, anak panglima TNI"
"Uhuk uhuk uhuk" Luna tersedak air minumnya sendiri. "Ehm, anak panglima? Maaakkk.... Minpi apa kamu bisa berjodoh dengan anak panglima Git?"
Sigit semakin sebal karena Luna malah menggodanya. "Lakuin aja kenapa sih?"
"Iya-iya. Muti, anak panglima. Dia di Semarang atau dimana?"
"Sepertinya Semarang" Luna ingin protes kok sepertinya. Tapi ia urungkan niatnya mengingat suasana hati Sigit yang tak karuan adanya
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
play girl jodohku donk babang Sigit 😂😂
2021-12-28
0
liend
duuhhh cape aku push up wae ihhh ahahahahhaha
2021-12-05
0
Yunida Julianti
ku pikir jihan si, ga baca sinopsisnya seeeh 😂
2021-10-15
0