The MOONSTAR

The MOONSTAR

Bab 1

Pengenalan tokoh

Ren seorang pembalap liar, dia memiliki seorang ibu dan seorang kakak laki-laki bernama Saka. Ayahnya sudah meninggal 2 tahun lalu, saat Ren berusia 20th, dan dia membeli sebuah motor dari uang warisan sang ayah yang dia gunakan untuk balapan liar.

Fayre adalah seorang mahasiswi, dia juga memiliki cafe sendiri, padahal dia berasal dari keluarga kaya raya.

Karena hubungannya dengan sang Ayah yang keras kepala, dia memilih tinggal bersama kedua temannya yaitu Ivy dan Myla di sebuah apartemen.

.

.

.

Ren sedang meratapi nasib yang menurutnya sangat menyedihkan, di saat teman-teman seusianya kuliah, sedang dia hanya seorang pengangguran, dan hanya jadi bahan cemoohan para tetangga di sekitar rumahnya.

Untungnya dia memiliki seorang ibu yang sangat berhati baik, yang selalu menyayanginya walaupun dia sendiri sering membuat masalah.

Ibu Ren yang bernama Ayu memiliki usaha warung makan d rumahnya, dia hanya di bantu anak sulungnya, yaitu kakak Ren yang bernama Saka, hubungan Ren dan Saka pun tidak pernah akur selayaknya saudara kandung, menurut Saka, Ren hanya menyusahkan keluarga mereka saja.

Itulah yang membuat mereka jarang akur, setiap kali berbincang akan berakhir dengan perdebatan, seperti sekarang ini...

"Dari mana lu jam segini baru balik, mabok? balapan liar?" Tanya Saka dengan tatapan sinis.

"Bukan urusan lu, urus aja idup lu sendiri, lu pikir apa yang udah lu buat keluarga ini juga tambah ancur, bukan karna kelakuan gua doang," Jawab Ren sambil meniup asap rokok ke wajah kakaknya.

"Sudah-sudah, kalian ini kenapa kalau bertemu selalu saja bertengkar." Lerai sang Ibu.

"Ren apa kamu udah makan nak? " Tanya Ibu.

"Udah bu, aku lelah mau tidur," jawab Ren enggan.

"Enak banget lu, pulang cuma buat makan ma tidur, ngga liat lu, bentar lagi kita mau buka warung." omel Saka.

"Udah saka biarin adikmu istirahat," bela Ibu.

"ibu selalu membelanya, makanya jadi tambah berandal aja tuh anak, memalukan!" umpat Saka.

Ren yang sedang berjalan di tangga menuju kamarnya seketika berbalik dan menghajar kakaknya.

Saka yang belum siap menerima tinju dari adiknya pun, terjengkang ke belakang, dan ibu segera berlari melerai perkelahian anaknya.

"Jaga mulut lu brengsek!! lu pikir apa yang udah lu kasih buat keluarga ini? lu juga buat malu, gara-gara lu sama pacar brengsek lu, kita harus jual tanah buat ngebebasin lu dari penjara, lu yang bego mau aja di tipu pacar lu, bangsat!! " maki Ren.

Dengan terus di peluk sang ibu, Ren mengucapkan rasa sakit hatinya kepada sang kakak.

Saka yang merasa bersalah pun hanya tertunduk, menyadari kalau dia pun sama brengseknya dengan sang adik, tapi dia berusaha berubah, tidak seperti sang adik yang makin lama malah semakin liar dan selalu membuat sang ibu terus memikirkannya.

"Gue emang pernah salah, tapi gua coba perbaiki kesalahan gua ... tapi lu? semakin hari semakin liar!" Saka membela diri.

"Udah-sudah, Ibu mohon jangan bertengkar lagi, cuma kalian yang ibu punya sekarang," ucapnya dengan air mata yang sudah mengalir deras.

Sedang di luar warung makannya, tetangga yang melihat hanya berbisik-bisik membicarakan mereka.

Ren yang melihat sontak berteriak. "Mau apa liat-liat? Ngga ada kerjaan kalian?"

Saat mau mendekat ke arah kerumunan tetangga tadi, Ibu menahan, dan melarangnya.

Para CCTV hidup alias mulut tetangga pun akhirnya membubarkan diri.

Saat ada seorang pelanggan datang bertanya apa warungnya sudah buka, dan di jawab saka dengan bentakan kalau warungnya belum buka, pelanggan yang ketakutan akhirnya memilih pergi. Karena tahu Ren juga salah satu ketua geng yang di takuti.

Setelahnya Ren memilih pergi dari rumah, karena merasa jengah dengan situasi saat itu.

Walaupun sang ibu mencegahnya, tapi Ren memaksa tetap pergi dari rumah menuju bengkel tempat dia dan teman-teman gengnya biasa berkumpul.

Rooftop menjadi tujuannya, tempat di mana biasa Ren dan teman-temannya yaitu Taksa si humoris yang bekerja sebagai driver ojek Online.

Liam si pemalu seorang mahasiswa yang diam-diam menyukai Nuna.

Sedang Nuna satu-satunya perempuan di genk mereka yang sangat tergila gila dengan Ren, tapi Ren masih cuek dengan Nuna. Padahal Nuna gadis paling cantik di wilayah mereka, dan keponakan dari pemilik bengkel tempat mereka bekerja dan berkumpul.

.

.

.

Ada cerita menarik dari perkenalan mereka, yang pertama Taksa.

Awal pertama perkenalan mereka yaitu saat Ren sedang menunggu ojek di jalan, tapi tak kunjung ada ojek yang lewat, lalu Taksa menghampiri dan menawarkan jasanya.

Ren yang memang sedang menunggu pun langsung mengiyakan tawaran Taksa, tapi dia bilang tidak bisa pesan lewat aplikasi karena HP-nya mati, dan Taksa pun tak mempermasalahkannya.

Singkat cerita Taksa yang memang orang yang ramah lantas mengajak Ren berbincang di perjalanan, padahal Ren sangat enggan menjawab pertanyaan Taksa, dan berpikir kenapa ada lelaki secerewet Taksa ini.

Saat mereka sampai di belokan daerah yang lumayan sepi, motor mereka di hadang segerombolan preman yang biasa memungut uang para driver ojek yang melintas.

Dengan gemetar Taksa hendak membuka dompetnya, tapi keburu Ren turun dari motornya lalu mendatangi para preman yang berjumlah 3 orang itu.

Ren mengatakan pada mereka untuk segera menyingkir karena dia sedang buru-buru, lalu para preman hanya tertawa terbahak-bahak menanggapi ucapan Ren.

"Heh bocah!! Lu mau lewat kasih duit dulu sini, tuh kang ojek aja dah tau kalo lewat sini kudu ngasih duit, " ucap sang ketua preman.

Dan mereka kembali tertawa terbahak-bahak.

Taksa yang ketakutan mengatakan kalau hari ini dia belum mendapatkan uang, karena tadi bannya bocor.

Dan anak buah preman yang dekat dengan Taksa mencengkeram baju Taksa sambil mengatakan kalau mereka tidak peduli.

Ren yang benar-benar jengah dengan situasi ini akhirnya menghajar anak buah preman yang sempat mencekik Taksa juga.

Perkelahian pun tak dapat di hindari, Ren yang melawan 3 orang sedikit kewalahan.

Taksa yang ketakutan dan bingung, dia takut jika melawan para preman, tapi dia juga tidak tega melihat Ren yang sepertinya sudah kewalahan.

Akhirnya dengan sedikit keberanian dia memukulkan helmnya ke preman yang hendak memukul Ren dengan sebatang kayu di tangannya.

Perkelahian terjadi semakin sengit, Ren yang sedikit mendapat bantuan dari Taksa akhirnya bisa memukul mundur para preman yang sudah babak belur, Ren dan Taksa tertawa sambil bertos ria.

"Thanks broo!! dah bantuin gw. Ngomong2 nama gw Taksa, lu?"

"Ren."

Taksa menghela napas, "biarpun nanti gua pasti di bales sama mereka lagi, tapi gw seneng se'enggaknya gw berani ngelawan tadi."

"Mereka biasa malakin para driver?"

"Lu, emang mereka sering minta jatah."

Taksa melihat sepertinya Ren tengah memikirkan sesuatu, entah apa itu.

Lalu mereka bangkit untuk melanjutkan perjalanan mereka.

Di jalan, Taksa mengajak Ren untuk makan di warung langganannya, yang menurut Taksa rasanya enak dan harganya murah.

Ren hanya bergumam untuk menjawab Taksa, di perjalanan Taksa kembali mengajak Ren berbicara yang hanya di jawab iya atau gumaman Ren saja.

Akhirnya mereka sampai di warung tujuan Taksa itu, yang tak lain rumah Ren sendiri, ya warung makan yang di maksud Taksa adalah warung makan ibunya Ren.

Dengan malas Ren mendekat ke arah ibunya, dan menyalaminya.

Taksa hanya terkejut karena ternyata Ren adalah anak pemilik warung, sebab dia tidak pernah melihat Ren di sana, hanya mengenal Saka.

"Heh lu, berapa ongkosnya?" ucap Ren sebelum memasuki rumahnya.

"Ngga usah broo ... itung-itung ucapan makasih gue dah di tolong tadi."

Taksa menawari Ren untuk makan, tapi Ren hanya berlalu saja dari mereka semua menuju kamarnya.

Ibu Ren akhirnya bertanya kepada Taksa, "Nak Taksa kenal dengan anak ibu, Ren?"

"Baru kenal tadi bu, dia nolongin saya tadi menghajar para pemalak," jelas Taksa.

"Cari masalah aja, kalo ntar mereka bales dendam gimana lu pada? Apa-apa tuh di pikirin dulu jangan maen asal adu jotos aja!!" sela Saka.

Dan ibu hanya menghela nafas, menyuruh Taksa untuk makan, dan mengucapkan terima kasih karena sudah mengantar Ren pulang.

Taksa juga sebenarnya takut, kalau-kalau nanti para preman akan balas dendam. Tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi.

Di sini lah awal mereka akhirnya dekat. Saat itu Taksa yang tiba-tiba di keroyok oleh segerombolan preman yang mau balas dendam, meminta tolong pada teman-teman drivernya untuk memanggil Ren di bengkel langganan Ren.

Singkat cerita, walaupun Ren ini terkesan cuek tapi entah kenapa dia ke pikiran dengan orang yang baru beberapa hari bertemu dengannya itu. Ren mengakui dia bisa sedikit tertawa atas kekonyolan teman barunya itu.

Akhirnya Ren pun pergi bersama para driver ke tempat Taksa di hadang, mereka bekerja sama menyelamatkan teman mereka, akhirnya mereka memenangkan perkelahian.

Karena para driver sebenarnya sudah sangat geram pada para pemalak yang selalu memalak mereka.

Setelah membuat para preman berjanji untuk tidak memungut di daerah mereka lagi, mereka semua tertawa di pinggir jalan dengan luka lebam pada wajah mereka, tapi mereka bangga akhirnya merek bisa lepas dari para pereman itu.

"Gue dah yakin lu pasti dateng bro! gua tau lu orang baik. Boleh gua jadi temen lu?" ucap Taksa sambil mengacungkan kepalan tinju ala lelaki.

Ren menjawab dengan seringai an khasnya, dan juga mengulurkan kepalan tinjunya ke arah Taksa, itu lah awal mereka akhirnya berteman.

"Dunia gw keras, gw butuh temen yang juga siap nerima gw sama dunia gw, lu sanggup? " ucap Ren dengan pandangan menyelidik menatap calon temannya.

Taksa menjawab dengan mantap kalo dia yakin berteman dengan Ren, karena menurut Taksa, Ren adalah lelaki yang baik. Dan dia yakin kalau Ren pun setia kawan.

"Gue akan selalu di samping lu broo!" balas Taksa yakin.

Dan pandangan mereka menerawang ke depan dengan pikiran masing-masing.

Akhirnya Taksa di perkenalkan dengan dunia Ren yaitu balap liar.

Taksa yang sedikit takut karena ayahnya itu sangat melarang dirinya untuk ikut hal-hal seperti ini akhirnya memantapkan diri, bahwa Ren tidak mungkin melewati batas norma yang ada.

Dia yakin karena mengenal Ibu Ren dan bisa melihat jika Ren adalah anak yang baik hanya saja mungkin sedikit kesepian.

Lambat laun mereka semakin akrab, meskipun ayah Taksa tak menyukai Ren karena beliau menganggap Ren itu berandalan, tapi melihat anaknya yang tak berperilaku aneh ia lantas membiarkannya saja.

Balapan demi balapan Ren kerjakan dan Taksa dengan setia mendampinginya.

Taksa yang sedikit banyak tahu tentang mesin motor selalu setia mengecek kendaraan Ren saat akan bertarung. Dan mengajarkan beberapa trik pada Ren kapan saat yang tepat untuk menarik gasnya.

Saat selesai balapan Ren selalu menyisihkan uangnya untuk Taksa, awalnya Taksa menolak, tapi Ren memaksa jika uang itu untuk keperluan sekolah adik Taksa.

Ren tahu Taksa menjadi tulang punggung di keluarganya, sama seperti dirinya, kehidupan Taksa tak lebih baik dari dirinya, hanya Taksa masih memiliki orang tua yang lengkap saja perbedaannya.

Ayah Taksa bekerja sebagai sopir angkutan yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari hari.

Taksa memiliki adik perempuan yang masih bersekolah, walaupun Ren sedikit jengah melihat adik Taksa yang sedikit genit terhadapnya, tapi dia tetap menyayangi adik Taksa.

Taksa selalu mengingatkan adiknya agar tidak bersikap berlebihan terhadap Ren, bagaimana pun Taksa tahu Ren tidak nyaman jika di dekati adiknya itu.

.

.

.

"La, lu jangan gitu ngapa kalo ada Ren, kecentilan banget sih, malah ilfil tuh si Ren pasti ngeliat lu," ucap Taksa kepada adiknya Lala

"Issh apaan sih Bang, Lala tuh berterima kasih aja sama bang Ren. Kata Abang kan bang Ren yang sering kasih uang ke Abang buat ongkos jajan Lala sehari-hari," jawab Lala sambil menyengir.

"Ya ngga gitu juga dodol, kan dia bantuin gw, bukan secara langsung ngasih ke lu bego," Sambil toyor kepala adiknya itu.

Lala yang kesal karena abangnya seperti tidak merestui ia dekat dengan Ren berlalu kesal, sambil mengentak-entakkan kakinya. Taksa hanya menggeleng melihat kelakuan sang adik.

Ibu Taksa yang datang lantas bertanya kepada Taksa kenapa anaknya itu tertawa sendiri dan Taksa hanya menggeleng saja bahwa tidak ada apa-apa.

Di kamar Lala mencoba menghubungi nomor Ren yang dia ambil dari ponsel kakaknya itu.

Dering pertama tidak di angkat, dering kedua kali masih belum di angkat, baru dering ketiga teleponnya di angkat oleh Ren.

Dengan berdecak sebal, dia ingin memprotes kepada Ren kenapa lama sekali mengangkat telepon darinya. Tapi ia urungkan, Lala takut seperti kata sang kakak jika itu malah akan membuat Ren muak padanya.

Lala yang biasa di gandrungi teman-teman lelakinya, merasa tertantang saat melihat Ren yang cuek terhadapnya.

Saat teleponnya di angkat, dia berusaha semanis mungkin berbicara dengan Ren.

"Halo ... sapa nih?" jawab Ren sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Lala tergagap menjawabnya " Ha ... halo Bang Ren, ini Lala," sambil menggigit bibir bawahnya gugup.

Ren yang terkejut kenapa tiba tiba adik temannya itu menelepon bertanya ada perlu apa.

Tapi saking gugupnya Lala dia bingung harus bicara apa, jadi dia hanya menanyakan apakah Ren sudah sampai di rumah dan Ren hanya menjawab singkat pertanyaannya sambil mematikan Hp nya dan melemparnya ke kasur.

Lala masih gugup memegang erat dadanya yang berdebar sangat kencang, hingga dia memutuskan untuk tidur dan berharap memimpikan Ren.

.

.

Next.

Terpopuler

Comments

rose

rose

lanjuuttt

2021-03-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!