Lanjut ke anggota terakhir Ren yaitu Nuna....
Saat itu malam hari, Ren, Taksa dan Liam sedang menyantap makan malam dengan menu nasi goreng pinggir jalan.
Ren memang tidak pernah menerima Liam jadi bagian teman atau kelompoknya, entah apa mereka ini sebuah kelompok, gumamnya dalam hati.
Tapi ia juga tidak menolak keberadaan Liam di dekatnya, walau pun terkadang dia sendiri heran kenapa dia tidak menolak Liam seperti awal pertemuan mereka dulu.
Seperti sekarang mereka selalu pergi bertiga, dan Liam yang selalu berceloteh tentang apa saja yang terjadi dengan dirinya setiap hari. Ren dan Taksa hanya mendengarkan saja ocehan anak itu.
Rasanya tak pernah habis bahan obrolan jika ada Liam.
Taksa pun senang karena kelompok mereka tak pernah sepi dari canda an Liam, walau kadang dia sendiri apes terkena pukulan atau pun bentakan dari Ren yang menurutnya sangat berisik itu.
.
.
" Sa, gw mo ikutan di tindik dong, kek kalian biar keliatan keren " Ucap Liam Sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Taksa langsung menoyor kepalanya sambil berujar "kagak usah aneh-aneh lu, mau di D.O dari kampus lu! "
Liam pun berpikir dan menjawab ketakutannya " Sebelum di D.O kayaknya bakalan di pasung duluan ma bokap gw dah "
Seketika nyalinya pun menciut membayangkan kemurkaan Ayahnya itu.
" Tau takut masih ngeyel lu " jawab Taksa sambil menyendok sisa nasi goreng di piringnya.
Ren yang diam saja mendengarkan obrolan keduanya pun mendadak seperti mendengar suara seorang perempuan yang sedang menangis.
" Heh! lu pada denger kagak ada suara cewek nangis? " tanya Ren sembari memasang lebih tajam Indera pendengarannya itu.
Liam yang ketakutan langsung memeluk erat lengan Taksa yang duduk di sebelahnya, sedangkan Ren duduk di hadapan mereka berdua.
Karena Liam berpikir ada hal mistis, dan Ia sendiri belum mendengar suara yang di dengar oleh Ren.
" Mba Kun kali nangis, ini kan malem Jum'at " seloroh Taksa sambil menenggak habis teh tawar di gelasnya.
Dan itu malah semakin membuat Liam yang sudah ketakutan semakin ketakutan, dan ia pun membenamkan wajahnya di bahu Taksa, dan Taksa yang merasa risi berusaha melepaskan pelukan Liam.
" Eh ogeb lepasin, ilah ini anak cemen banget dah ahh " ucap Taksa sedikit kesal atas kelakuan Liam.
" Abisnya lu ngomong begituan gw jadi tambah takut lah, ntar anter gw balik ya? " pintanya kepada Taksa, yang di balas toyoran di kepalanya.
Taksa pun menjawab " Dih ogah, balik ndiri sono, ati-ati, sering-sering tengok spion kali dia ngikut bonceng lu" Sambil tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Liam yang hampir menangis itu.
.
.
Tiba....tiba.....
Taksa dan Liam pun akhirnya mendengar suara seperti yang Ren dengar.
" Eh iya ada suara cewek nangis, suaranya kayak kagak jauh dari sini " Taksa sambil mengedarkan pandangannya di luar tenda itu.
Liam yang memang penakut sambil memegang tengkuknya pun bergidik ngeri " Hiiii.....tiba-tiba merinding nih gw."
" Liat yuk broo?.... Takut ada apa-apa ma tuh cewek " Ajak Taksa, karena Taksa yang mendengar suara tangis itu menerka jika suara itu tidak jauh dari tempat mereka.
" Lah kalo cewek, kalo mba Kun gimana? " sela Liam masih dengan khayalan mistisnya.
" Ntar gw suruh ngawinin lu! " ucap Taksa sambil menoyor lagi kepalanya.
Ren pun bangkit berjalan keluar di ikuti oleh mereka berdua, mereka berusaha menemukan asal suara perempuan itu.
Tibalah mereka di tempat asal suara tadi, mereka melihat ada seorang gadis dengan pakaian minimnya duduk di depan perapian di depan sebuah bangunan sedang menangis terisak.
Bangunan itu tak nampak seperti tempat tinggal, karena banyak ban-ban bekas dan coretan di seluruh dindingnya.
Saat mereka memperhatikan dengan seksama, di dalam bangunan tersebut ternyata ramai orang, bukan hanya gadis itu seorang diri.
" Tuh cewek apa kagak dingin ya? Pake baju begituan doang, gw aja yg pake jaket begini masih kedinginan " Liam merasa aneh melihat gadis dengan pakaian minim itu.
" Gw baru inget itu bukannya si Nuna, ponakannya Om Tisna? " Taksa merasa kenal dengan gadis itu.
Liam yang memang tidak tahu nama asli pemilik bengkel tempat tongkrongan mereka pun bingung " Siapa Om Tisna? " tanyanya.
" Elah, Om bengkel namanya Tisna " jawab Taksa sambil menggeseknya kedua telapak tangannya agar sedikit hangat. Dan Liam hanya ber oh ria.
Ren yang memasukkan kedua tangan kesaku jaketnya, seperti sedang mengingat-ingat gadis itu.
Dia memang pernah bertemu gadis itu saat di bengkel, hanya sekilas saja, Tidak pernah bertegur sapa dengannya.
Gadis yang selalu berpakaian seksi itu, terkadang memang datang ke bengkel sekedar memberi rantang yang berisi makanan dari rumahnya untuk sang Paman.
Tiba-tiba Taksa ingat bangunan apa ini" Ini markasnya si Deon kan? Tuh cewek kan, ceweknya si Deon."
Ren hanya menjawab dengan bergumam saja.
" Cantik " celetuk Liam, dan langsung mendapat tatapan sadis dari Ren dan Taksa.
" Why? Emang tuh cewek cantik kan? " Belanya yang memang merasa gadis di depan mereka memang cantik.
Ren dan Taksa kembali menatap bangunan itu, tak memedulikan celetukan Liam tadi. Dengan pikiran mereka masing-masing.
" Ngapa tuh cewek nangis ya? " gumam Liam.
Dan ia berniat hendak menghampiri gadis itu, memberinya jaket, karena menurut Liam gadis itu sepertinya juga kedinginan, terlihat dari dia yang menggosokkan kedua lengannya itu.
Taksa yang tahu jika Liam hendak menghampiri gadis itu pun meletakan telapak tangannya di dada Liam berusaha menghentikan langkah Liam " Mo ngapain lu! Cari mati dateng ke markas orang? Pa lagi mo deketin cewek ketua gengnya!!"
Liam yang memang tidak tahu menahu dengan genk Deon pun hanya pasrah mengikuti keinginan Taksa.
Walaupun hati kecilnya ia ingin sekali mendekati gadis itu, yang sepertinya sedang sedih dan kedinginan, Ia tak memungkiri hatinya berdegup saat menatap gadis itu.
Ren yang akan berbalik pergi meninggalkan markas Deon di buat terkejut oleh teriakan gadis itu.
" Ampun sayang, aku mohon, maaf in aku " Jeritnya sambil menahan sakit karena rambut panjangnya di jambak oleh kekasihnya itu.
Liam yang tak tega pun, akhirnya segera berlari menghampiri gadis itu dan kekasihnya.
Ren dan Taksa yang terkejut atas keberanian Liam itu masih mematung, dan memperhatikan dari tempat mereka saja.
" Bang lepas in bang kasihan ceweknya " ucap Liam sambil memegang tangan Deon yang menjambak gadis itu.
Deon yang kaget atas kehadiran Liam pun melepaskan cengkeramannya pada kekasihnya itu, dan menyeret tubuh kekasihnya ke belakang punggungnya " sapa lu? ada urusan apa lu kesini? Mo ganggu cewek gw ha! " menatap Liam dengan bengisnya.
Liam yang dasarnya memang penakut, makin ciut saja nyalinya mendengar bentakan Deon.
Sambil tergagap Liam pun menjawab " Ng—ngga Bang, gw cuma tadi liat cewek abang nangis, ngga tega aja bang, sumpah bang" sambil membentuk angka V dengan kedua jarinya.
" Halah banyak bacot lu! " Deon langsung menendang perut Liam.
Dan Liam pun jatuh terpental ke belakang, Nuna pun menjerit sambil berusaha menenangkan kekasihnya itu " Udah sayang ngga usah di ladeni, ayo kita masuk aja ke dalam " Rayunya.
Nuna berusaha memberi kode ke arah Liam agar segera pergi dari di sini dengan isyarat matanya.
Deon yang memang sedang emosi pun tak mengindahkan permohonan kekasihnya itu, dan malah menunjuk-nunjuk wajah Nuna dan kembali menjambaknya " Sapa dia? Selingkuhan lu kan! " berteriak.
Nuna yang merasa kekasihnya itu salah paham, berusaha menjelaskan, " Aku ngga kenal sayang, ampun, sakit, tolong lepas in" Sambil berusaha melepaskan tangan Deon dari rambutnya.
Liam yang melihat Nuna yang sangat kesakitan itu pun kembali mendekati sepasang kekasih itu dan memohon untuk melepaskan gadis itu.
" Bang, abang ini kan pacarnya, ngga kasihan apa bang, cewek abang udah kesakitan itu bang, rontok nanti rambutnya bang." Mohon Liam.
Deon yang murka pun kembali menghajar Liam, Liam yang memang tidak jago bela diri hanya berusaha melindungi wajahnya dari pukulan dan tendangan Deon.
Sedangkan Ren dan Taksa hanya melihat dari jauh kejadian itu. Taksa sebenarnya merasa tak tega melihat Liam yang di hajar oleh Deon tanpa bisa melawan itu.
Taksa pun melihat ke arah sahabatnya itu dan sepertinya Ren seakan tidak peduli dengan nasib teman mereka yang di hajar di depan mereka.
Dengan sedikit keberanian Taksa pun berujar " Ren, kita tolong in tuh bocah yuk, klo kagak, bisa mampus tuh bocah di hajar Deon." Dengan nada yang khawatir.
" Lu siap lawan anak buah Deon? gw kagak tau ada berapa orang di dalem sana " Menunjuk dengan dagunya.
" Bisa jadi kita semua mampus di habis in mereka, siap lu? "
menatap temannya dengan tatapan kelamnya.
Taksa pun berusaha menelan salivanya, Ia sendiri sebenarnya pun agak sedikit takut, dia tahu Deon dan anak buahnya itu sering berbuat onar di wilayah mereka, tapi Ia sendiri tak tega melihat rekan mereka di hajar, dan Ia hanya diam saja.
Akhirnya dengan mantap Taksa pun mengangguk menjawab pertanyaan Ren.
Di benaknya "Bagaimana nanti lah yang penting usaha dulu."
Dalam hati Ia pun berdoa agar Ia dan kawannya-kawannya bisa selamat malam ini.
Mereka akhirnya datang menghampiri Deon yang masih menghajar Liam.
Deon yang terkejut melihat Ren dan Taksa pun berhenti, dan menatap mereka berdua.
Taksa langsung menolong Liam yang tergeletak di tanah dan segera memapahnya.
Deon dengan tawanya " Lu Ren kan!" dengan seringainya.
"hemm...." jawab Ren.
" Jadi si culun ini anak buah lu? " menunjuk dengan dagunya.
dengan santai Ren menjawab " Gw kagak punya anak buah, dia temen gw."
Liam yang menahan sakit di perutnya, tersenyum bahagia, akhirnya Ren mengakui Ia sebagai temannya.
Walaupun Ia juga menggerutu di dalam hati kenapa mereka lama sekali menolongnya, setelah Ia merasa badannya remuk semua dan serasa hampir mati.
" Minggir lu, sini in tuh bocah, dia dah ganggu cewek gw."
" Lu yakin temen gw ganggu cewek lu? " sambil menyeringai.
" He! lu kira gw kagak tau, kalian itu biasa nongkrong di bengkel om cewek gw, apa lagi klo kagak ada rasa ma cewek gw " Tuduhnya.
Sambil berbalik dan menyeret Nuna agar merapat ke dirinya, dan menatap tamunya itu.
" Gw kagak ada urusan lagi di sini" Ren berbalik dan mendekat ke arah Taksa dan Liam.
Dan.....
Deon yang merasa tersinggung lantas menendang punggung Ren, Ren pun jatuh tersungkur ke depan, dan Nuna hanya menjerit sambil menutup mulutnya.
Ren segera bangkit dan balas menghajar Deon, saat mereka sedang bergulat, muncul lah anak buah Deon yang mendengar keributan di luar markas mereka.
Tapi belum sempat mereka menolong Bos mereka, sudah ada beberapa polisi yang menodongkan pistol ke arah mereka.
Mereka pun pasrah dan mengangkat tangan, dan para polisi pun menggiring mereka untuk naik dan di bawa ke kantor polisi.
Di kantor polisi mereka masih saling menendang, dan menyalahkan, hingga pak polisi menggebrak meja menyuruh mereka diam.
Satu persatu dari mereka di beri pertanyaan, untungnya mereka hanya di dakwa membuat keributan dan mengganggu warga sekitar.
Tapi malam ini mereka tetap harus tidur di kantor polisi, mereka boleh bebas setelah orang tua atau wali mereka menjemput esok hari.
Di dalam sel Liam pun ketakutan, Ia tidak bisa memejamkan mata. " Mati gw di hajar bokap gw besok " padahal badannya masih terasa sakit akibat pukulan Deon, dan Ia harus bersiap di hajar lagi oleh Ayahnya karena berurusan dengan pihak berwajib.
" Lagian lu sok-sokan, ini juga gegara lu vangke!!" Taksa sambil menoyor kepalnya.
Di seberang mereka, kelompok Deon pun tertawa sinis.
" Kalian selamat malem ini, gw pasti in bakal hajar kalian lagi nanti " ancamnya ke Ren dan kawan-kawannya.
" Kalian ini bisa diam ngga, dari tadi berisik saja, napi yang lain juga mau tidur, diam atau kalian menginap di sini lagi besok " Ancam polisi penjaga.
Dan mereka pun serentak menjawab tidak mau.
Ren memandang atap sel, membayangkan wajah sang ibu, yang pasti akan sangat khawatir, masih memikirkan wajah sang Ibu, Polisi penjaga tadi pun kembali ke sel mereka dan bertanya siapa yang bernama Ren, karena ada seorang ibu yang sedang mencarinya.
" Saya pak " Ren menjawab dengan mengangkat tangannya.
" Cepat, ibumu sudah menunggu." Sambil menutup pintu sel kembali.
" Wajah ibu kamu yang teduh bisa ya punya anak seberandal kamu " sinis Pak Polisi ke pada Ren.
Ren tak menjawab Ia hanya mengepalkan tinjunya saja.
Benar di ruang terima tamu tahanan sudah ada Ibu dan Kakaknya. Kakaknya seperti sedang menyemangati sang Ibu yang sedikit terisak itu.
Saat tatapan mereka bertemu mereka segera bangkit dan sang Ibu segera memegang tangan Ren." Kamu ngga papa Nak?" sambil terus mengelus pipi anaknya itu, matanya sudah berkaca kaca lagi.
Ren yang tahu Ibunya mengkhawatirkan dirinya itu pun segera memegang tangan ibunya " Aku baik-baik aja bu " sambil terus tersenyum.
" Ada apa sebenarnya Nak, kenapa mukamu lebam semua, apa kamu tawuran? " tanya ibunya sambil menangis.
" Aku cuma bantu temen bu, besok juga boleh pulang kan." Masih berusaha menenangkan sang Ibu.
" Bisa ngga sih sekali aja lu ngga buat kita khawatir!" Saka murka melihat begitu santainya sang Adik menjawab kekhawatiran sang Ibu.
Ia masih ingat betapa tergesa-gesanya sang Ibu untuk segera datang ke kantor polisi, setelah di beritahu jika Adiknya itu ditangkap pihak berwajib karena berbuat onar.
" Saka, harusnya kamu tanya kabar Adikmu!" bentak sang Ibu.
" Cih, bukanya dah biasa dia begini bu."
" Gw kagak nyuruh lu kemari" tantang Ren.
" Lu pikir gw bakal biarin ibu malem malem kesini sendirian!" Saka tak kalah garang menjawab Adiknya itu.
Mereka berdua pun bangkit, Ren yang di cengkeram kaosnya oleh Saka pun seperti pasrah jika akan di hajar oleh Kakaknya itu.
Tapi Polisi yang berjaga di situ pun melerai dan menyuruh Ibu dan Saka untuk pulang, dan menjemput esok pagi.
Ren pun kembali ke selnya.
.
.
.
Next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Navaz_Oyu
Ayo dong liam tunjukan kejantananmu😂
2021-02-26
1